tirto.id - Imam Besar Front Pembela Islam FPI) Rizieq Shihab muncul kembali menjelang akan digelarnya Reuni 212. Lewat video Youtube akun Front TV, Rizieq membeberkan alasan dirinya tidak bisa pulang ke Indonesia.
Rizieq menuding pemerintah Indonesia ikut bertanggung jawab atas kegagalannya pulang ke Tanah Air. Pemerintah Indonesia dianggap sengaja meminta pemerintah Arab Saudi untuk mencekalnya.
"Sejak satu tahun 7 bulan yang lalu tepatnya tanggal 1 Syawal 1439 saya dicekal oleh pemerintah Saudi atas permintaan pemerintah Indonesia, saya tidak diperkenankan untuk keluar dari Saudi," ujar Rizieq dalam cuplikan video YouTube Front TV pada menit 20:50, Minggu (10/11/2019).
Rizieq juga menyebut kepulangannya ke Indonesia untuk menghadiri Reuni 212 yang akan digelar pada 2 Desember 2019 mendatang. Meski nantinya ia tak bisa hadir, ia meminta acara Reuni 212 tetap dilakukan.
"Ada saya atau tidak ada saya, saya hadir atau tidak hadir, reuni ini harus tetap digelar," katanya.
Lebih lanjut, ia menuturkan Reuni 212 harus tetap berjalan. Demi menyemangati pendukungnya, acara Reuni 212, katanya, penting untuk membangkitkan kembali persaudaraan dan persatuan umat.
"Kenapa [acara Reuni 212 penting]? Untuk dibangkitkan kembali persaudaraan dan persatuan kita sekaligus semangat juang untuk membela bangsa, agama dan negara," ujarnya.
Rizeq meninggalkan Indonesia bersama dengan keluarganya sejak April 2017. Pada tahun itu, ia terjerat kasus ‘chat mesum’ dan ditetapkan tersangka oleh pihak kepolisian. Rizieq saat ini juga terkena sanksi denda dari Arab Saudi karena tinggal di sana melebihi batas waktu (overstay).
Skenario Dizalimi Pemerintah
Munculnya Rizieq jelang acara Reuni 212 seakan menguatkan dugaan bahwa kelompok ini akan tetap ada selama Rizieq masih dianggap sedang dizalimi Pemerintah Joko Widodo (Jokowi).
Persaudaraan Alumni (PA) 212 akan terus menggaungkan persoalan sulitnya Rizieq kembali ke Tanah Air, dan memang masalah ini satu-satunya senjata 212 untuk menyerang Jokowi dan pemerintahannya.
"Bisa saja seperti itu. Karena bagaimana pun pendukung Rizieq ada di kelompok 212. Gerakan 212 harus dijaga [Rizieq] agar tetap eksis," kata pengajar komunikasi politik Universitas Al-Azhar Indonesia, Ujang Komaruddin kepada reporter Tirto, Senin (11/11/2019).
Apalagi saat ini, Prabowo Subianto, tokoh dari gerakan 212 pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 telah merapat kepada pemerintahan Jokowi. Menurut Ujang, meski tak lagi mesra dengan Prabowo, Rizieq tetap akan mempertahankan eksistensi kelompok 212 ini dengan berulang-ulang menggelorakan agar ia bisa pulang ke Indonesia.
"Fungsinya agar menjaga eksistensi dan konsistensi perjuangan. Karena mereka menganggap perjuangan belum selesai," kata Ujang.
Hal ini sempat ditegaskan Ketua Presidium PA 212, Slamet Ma'arif bahwa mereka akan melanjutkan perjuangan sesuai dengan hasil Ijtima Ulama IV.
Dari hasil Ijtima memuat keputusan untuk membuat gerakan moral guna menegakkan keadilan, melawan kezaliman, memulangkan Rizieq Shihab, melawan penista agama dan mengkritisi kebijakan pemerintah.
"Kami tak pernah akan membiarkan ada kebijakan apa pun yang bertentangan dengan nilai keadilan dan bertentangan nilai Islam," jelas Ma'arif ketika dihubungi Tirto, Jumat (25/10/2019) silam.
Dosen Komunikasi Politik UIN Syarif Hidayatullah, Adi Prayitno menyebut kelompok 212 sudah kehilangan momentum usai jor-joran mendukung Prabowo, namun akhirnya Prabowo memilih menjadi pembantu Jokowi di pemerintahan saat ini.
"Ya, 212 sudah kehilangan momentum. Kalau mau esksis harus ciptakan momentum baru yang menghentak," kata Adi.
Adi mengatakan kelompok 212 saat ini harus menciptakan momentum baru agar semangat mereka saat Pilpres tetap ada. Membawa nama Rizieq juga merupakan upaya agar nama kelompok 212 tak habis pamornya.
"Ini cara Rizieq merawat soliditas 212. Jangan sampai pasca pemilu dan Prabowo kalah barisan 212 bubar jalan. Itu semangatnya," pungkas Adi.
Penulis: Bayu Septianto
Editor: Maya Saputri