tirto.id - Penyakit Covid-19 dapat dicegah dengan menerapkan perilaku baru untuk memutus mata rantai penularan virus corona (Sars-CoV-2). Pencegahan Covid-19 bisa optimal apabila sejumlah perilaku baru untuk menghindari penularan virus corona dilakukan secara disiplin.
Satuan Tugas Penanggulangan Covid-19 (Satgas Covid-19) selama ini mengampanyekan perilaku 3M untuk mencegah penularan Covid-19. Adapun 3M adalah: memakai masker dengan cara benar; menjaga jarak serta menghindari kerumunan; dan mencuci tangan memakai sabun dengan air mengalir.
Perilaku 3M ini perlu dilakukan oleh semua orang, baik dewasa, remaja maupun anak-anak. Sebab, setiap orang yang terpapar virus corona, baik dengan dampak gejala sakit atau tidak, bisa memicu penularan Covid-19 ke orang lain.
Oleh karena itu, keluarga memiliki peran penting dalam mendorong penerapan perilaku 3M secara disiplin. Sebab, jika ada satu anggota keluarga terinfeksi virus corona maka mereka yang berada di sekitarnya juga berpotensi terpapar.
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo menyebut kunci penanganan Covid-19, salah satunya ada di keluarga. Menurut Hasto, antisipasi penyebaran virus corona yang paling efektif adalah dari level keluarga, sebelum ke tingkat hulu.
"Ketika keluarga dikuatkan, anak-anak dapat menerapkan protokol kesehatan, kakek dan nenek yang memiliki komorbid [penyakit penyerta] tak tertular [Covid-19]," ujar Hasto ketika berbicara dalam talkshow Jaga Keluarga dengan 3M di Media Center Satgas Covid-19, Graha BNPB, Jakarta pada Kamis (8/10/2020).
Salah satu tantangan dalam membiasakan perilaku 3M di keluarga adalah mengajarkan protokol kesehatan itu kepada anak-anak. Misalnya, mengajarkan disiplin memakai masker setiap keluar rumah kepada si kecil.
Dalam acara yang sama, seorang penyintas Covid-19, Made Rossalita Mirah Utami mengaku kini ia berupaya mengajarkan kebiasaan mengenakan masker kepada anaknya yang masih balita, dengan memberi contoh.
"Saya dan suami selalu mencontohkan kepada anak, jika keluar rumah selalu memakai masker. Dengan melihat ayah dan ibunya memakai masker, anak akan mengikuti," kata Lita melalui Zoom.
Lita mengakui tidak mudah mengajarkan kebiasaan memakai masker saat keluar rumah kepada anak. Maka, selain memberi contoh, Lita juga berupaya memberikan pemahaman pada anaknya tentang pentingnya memakai masker.
"Memakai masker itu sama seperti menggunakan sandal jika keluar rumah," ujar Lita memberikan contoh tentang cara ia memberikan pemahaman kepada anaknya.
Tips dari Dokter Anak soal Cara Mengajarkan 3M
Dalam acara diskusi bertajuk Panduan Memakai Masker Untuk Anak yang disiarkan akun Youtube BNPB, topik pentingnya mengajarkan protokol untuk pencegahan Covid-19 kepada anak-anak juga dibahas.
Anggota Satgas Covid-19 dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr. Yogi Prawira, Sp.A(K) pun mengatakan kebiasaan baru perlu dilakukan oleh anak-anak, pada masa pandemi corona.
Yogi menerangkan para orang tua perlu secara kreatif mengajarkan perilaku pencegahan Covid-19 kepada anak-anak sejak usia dini. Misalnya, orang tua memberi contoh dengan memakai masker setiap keluar dari rumah.
"Mengajarkan memakai masker pada anak, juga perlu bertahap. Bisa latihan dulu berapa lama bisa pakai. Anak usia 2-3 tahun, tidak bisa langsung pakai masker 4 jam terus menerus," ujar dia.
"Seperti mengajarkan cuci tangan. Rekomendasi WHO [cuci tangan] harus 20 detik. Bisa dengan mengajak anak mencuci tangan sambil menyanyikan lagu [selama 20 detik]," Yogi menambahkan.
Memberikan penjelasan tentang pentingnya memakai masker kepada anak-anak, yang sudah bisa berkomunikasi serta mempunyai pemahaman yang baik, disarankan pula oleh Yogi. Pengajaran ini akan membekas pada ingatan anak-anak.
Pengajaran serupa juga perlu dilakukan kepada anak-anak mengenai pentingnya menjaga jarak fisik, minimal 1 meter dari orang lain. Yogi pun menyarankan orang tua mengajarkan pada anak-anak mereka untuk melakukan 3M dan menghindari 3K.
Maksud dari 3M adalah: memakai masker dengan cara yang benar; mencuci tangan selama 20 detik; dan menjaga jarak dari orang lain minimal 1 meter.
Sedangkan 3K yang harus dihindari adalah: kamar tertutup (ruangan dengan udara yang tidak mengalami sirkulasi); keramaian (tempat ada banyak orang); kontak erat atau berdekatan dengan orang lain berjarak kurang dari 1 meter selama 15 menit lebih.
Cara-cara pencegahan tersebut, kata Yogi, sebaiknya diajarkan kepada anak-anak secara terus-menerus selama 3 bulan, atau 90 hari. Sebab, dia menambahkan, pengajaran dalam kurun waktu selama 90 hari selama ini terbukti bisa mendorong anak mengadopsi kebiasaan baru.
Tips Memakai Masker yang Benar untuk Anak-anak
Menurut dr. Yogi Prawira, Sp.A(K), IDAI merekomendasikan bahwa cara pencegahan Covid-19 yang paling utama adalah anak-anak sebisa mungkin tetap berada di rumah selama pandemi, terutama jika transmisi (penularan) lokal virus corona di suatu wilayah masih terjadi.
Dia bilang, anak-anak penting untuk tidak keluar rumah, kecuali ada keperluan mendesak, seperti periksa ke rumah sakit dan menjalani vaksinasi. "Termasuk kegiatan belajar-mengajar, sebaiknya di rumah," kata Yogi.
Jika terpaksa keluar rumah, Yogi menyatakan, penggunaan masker tidak direkomendasikan untuk anak-anak berusia di bawah 2 tahun. Sebab, pemakaian masker dikhawatirkan akan mengganggu pernapasan anak-anak dari kelompok umur tersebut.
"Alternatifnya, anak usia di bawah 2 tahun boleh memakai face shield [pelindung wajah], dengan syarat ada pengawasan yang ketat dari orang tua atau pengasuh," ujar Yogi.
"Pilihan lain, bisa memakai kereta dorong [bayi] yang ada penutupnya. Intinya, untuk melindungi anak-anak dari paparan droplet," dia menambahkan.
Bagi anak-anak berusia 2 tahun ke atas, kata Yogi, IDAI merekomendasikan pemakaian masker, dan lebih baik lagi ditambah dengan face shield. Kata dia, berdasar pengalaman sejumlah petugas kesehatan, pemakaian masker dan face shield memberikan perlindungan lebih maksimal.
Namun, anjuran tersebut dikecualikan jika terdapat masalah medis yang menghalangi anak-anak usia 2 tahun ke atas memakai masker. "Misalnya, anak-anak dengan penyakit jantung bawaan, masalah paru yang kronik, atau gangguan mental dan masalah kognitif," Yogi menjelaskan.
Panduan WHO memang menyarankan anak berusia 5 tahun ke bawah tidak diwajibkan memakai masker. Namun, menurut Yogi, IDAI menilai panduan itu berlaku untuk situasi umum di dunia.
Sementara di Indonesia, saat transmisi atau penularan lokal virus corona masih tinggi, kesadaran orang dewasa untuk memakai masker dengan cara yang benar masih kurang. Maka, IDAI selama ini merekomendasikan agar anak usia 2 tahun ke atas memakai masker pada saat keluar rumah.
Mengutip keterangan resmi dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), masyarakat umum yang tidak mempunyai gejala Covid-19, termasuk anak-anak, disarankan memakai masker kain non-medis untuk menghindari penularan virus corona.
Sementara masker medis (masker bedah), menurut WHO, direkomendasikan untuk dipakai oleh petugas kesehatan; siapa pun yang menunjukkan gejala COVID-19 (berat atau ringan); dan orang yang merawat kasus suspek (orang terkonfirmasi positif COVID-19) di luar fasilitas kesehatan.
Orang yang rentan mengalami dampak fatal jika tertular Covid-19 dianjurkan pula untuk memakai masker medis. Mereka yang rentan itu ialah orang berusia di atas 60 tahun atau lebih, atau, orang yang memiliki penyakit komorbid (hipertensi, diabetes, sakit jantung, sakit paru, sakit ginjal, TBC dan lainnya).
Masker kain nonmedis yang direkomendasikan WHO, terdiri dari 3 lapisan. Pertama, lapisan dalam berupa bahan penyerap seperti katun. Kedua, lapisan tengah berupa bahan tanpa tenun seperti polipropilena. Dan ketiga, lapisan luar berupa bahan yang tidak mudah menyerap, seperti poliester atau campuran poliester.
Harus dipastikan, masker kain non-medis memungkinkan bernapas dengan mudah saat bicara dan berjalan cepat. Satu masker juga harus dipakai satu orang saja, atau tidak digunakan bergantian dengan orang lain. Jika tidak kotor dan basah, masker kain sebaiknya disimpan di kantong plastik bersih yang tertutup rapat, sebelum dipakai kembali.
WHO menambahkan masker kain perlu dicuci memakai deterjen, dan disarankan menggunakan air panas (minimal 60 derajat), setidaknya sekali sehari. Alternatif lainnya, cuci masker kain memakai deterjen dan air bersuhu ruangan, kemudian rebus selama 1 menit.
Berikut panduan cara memakai masker dari WHO:
-Cuci tangan sebelum mengenakan masker
-Periksa masker apakah ada yang sobek atau berlubang
-Jangan gunakan masker yang rusak
-Pastikan masker menutupi mulut, hidung, dagu
-Pastikan pula, tidak ada celah di bagian samping masker
-Jangan menyentuh masker saat mengenakannya
-Ganti masker jika kotor atau basah
-Cuci tangan sebelum melepas masker.
-Buka masker dengan melepasnya dari tali telinga
-Jangan menyentuh bagian depan masker.
-Cuci tangan setelah melepas masker.
----------------------------------------
Artikel ini diterbitkan atas kerja sama Tirto.id dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Editor: Agung DH