Menuju konten utama

Cara Berbicara Tentang Duka dan Kehilangan pada Anak

Cara berbicara tentang duka dan kehilangan pada anak, mulai dari pemilihan kata hingga membicarakan pemakaman.

Cara Berbicara Tentang Duka dan Kehilangan pada Anak
Ilustrasi Anak Sedih. foto/IStockphoto

tirto.id - Anak-anak memerlukan penanganan sendiri saat mendapatkan kabar duka tentang orang terdekatnya.

Kabar duka dapat dirasakan siapa pun, termasuk anak-anak. Kabar meninggalnya kakek, nenek, ayah, ibu, saudara, teman dekat, atau siapa pun yang dikenal oleh anak akan membawa duka tersendiri.

Cara menyikapi kedukaan tersebut tentu sangat berbeda dibandingkan orang dewasa. Anak-anak memiliki respons yang berbeda saat muncul kabar duka.

Dikutip dari Child Hood Bereavement, ada empat reaksi emosional yang ditunjukkan meliputi respons emosional, respons fisik, respons perilaku, dan respons sosial.

Respons perilaku tampak pada hadirnya perasaan takut, cemas, bingung, marah, sedih, kesepian, rasa lega, rasa bersalah, hingga mengisolasi diri.

Sementara dari respons fisik dapat terlihat dari tubuh yang tidak bersemangat, pola tidur dan pola makan yang terganggu, hingga rasa sakit maupun nyeri yang sulit dijelaskan.

Respons perilaku muncul dari rendahnya konsentrasi, mudah marah atau tersinggung, sampai masalah dalam prestasi.

Terakhir, anak-anak menunjukkan respons sosial dari kedukaan dengan rendahnya kepercayaan diri, tidak masuk sekolah, atau menarik diri dari pergaulan.

Anak-anak yang berduka perlu mendapatkan perhatian penuh dari lingkungan sekitarnya. Kehadiran orang terdekat sangat dibutuhkan agar anak menjadi lebih tenang.

Penjelasan orang dekat sangat penting dalam menjelaskan tentang kedukaan sehingga anak dapat memahami dan menerima kenyataan.

Cara anak menyikapi kedukaan berbeda-beda tergantung dari kepribadian, usia, dan pemahaman mereka mengenai kematian.

Anak-anak memerlukan informasi dan penjelasan dalam memahami segala hal yang terjadi.

Kejujuran dalam menjelaskan sangat penting, meskipun harus dibalut dengan kalimat yang sesuai dengan pemahaman mereka sehingga memahami kehilangan seseorang.

Sementara itu menurut laman Childmind, orang yang harus menjelaskan kabar duka harus orang yang paling dekat anak sekalipun dia adalah orang tua anak yang juga sedang berduka.

Meski demikian, saat menjelaskan kepada anak, orang dekat yang berduka sebaiknya tetap memegang kendali atas emosinya. Kemampuan untuk mengendalikan emosi ini membuat anak menjadi lebih tenang dan tidak merasa ketakutan.

Tapi, apabila orang tua tidak mampu untuk menyampaikan, sebaiknya diwakilkan kepada orang yang terdekat dengan anak lainnya. Dengan begitu, anak dapat menyerap penjelasan lebih baik dan terkontrol emosinya.

Cara Menyampaikan Kabar Duka pada Anak

Terkait dengan cara menyampaikan kabar duka ke anak, laman Kids Health memberikan tips berikut ini:

1. Gunakan pilihan kata yang sederhana dan jelas.

Hindari kata-kata kiasan yang tidak dimengerti. Sampaikan semuanya dengan penuh perhatian sembari mendekatinya.

2. Dengarkan responsnya dan hibur.

Setelah mengetahui kabar tersebut, anak akan bereaksi seperti menangis. Dengarkan curahan hatinya, sembari menghibur agar merasa tenang. Peluk anak agar nyaman.

3. Libatkan emosi di dalam kata-kata.

Dorong anak agar mengatakan apa yang mereka pikirkan dan rasakan setelah beberapa waktu usai kehilangan.

Bicarakan pula tentang perasaan diri sendiri. Langkah ini membantu anak menyadari dan merasa nyaman dengan perasaan mereka.

Contohnya, "Aku tahu kamu merasa sangat sedih. Aku juga sedih. Kita berdua sangat mencintai Nenek, dan dia juga mencintai kita."

4. Beri tahu pada anak tentang apa yang diharapkan.

Saat salah satu keluarga dekat meninggal, kemungkinan akan ada penggantian peran dari yang sudah ada sebelumnya.

Hal ini perlu dibicarakan ke anak. Misalnya begini, "Bibi Sara akan menjemputmu dari sekolah seperti ayahmu dulu."

5. Bicarakan tentang pemakaman dan upacaranya.

Tidak mengapa mengajak anak-anak bergabung dalam melihat pemakaman atau ikut upacaranya. Sembari anak menghadiri, jelaskan padanya apa yang akan dilakukan, seperti berdoa bersama dan sebagainya.

6. Bantu anak mengingat orang yang telah meninggal.

Cara ini bukan untuk membuatnya sedih, melainkan membantu anak untuk memperoleh kesembuhan batin.

Ajak anak menikmati kenangan indah bersama orang yang ditinggalkannya, seperti berbagi kisah favorit bersama, sehingga muncul perasaan positif.

7. Waktu akan ikut menyembuhkan.

Kedukaan adalah proses yang terjadi seiring perjalanan waktu. Oleh sebab itu, rasa duka pada anak juga memerlukan waktu untuk sembuh.

Sembuh bukan artinya melupakan, tapi dapat kembali bangkit dengan berbagai kenangan yang dimiliki.

Baca juga artikel terkait BERITA DUKA atau tulisan lainnya dari Ilham Choirul Anwar

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Ilham Choirul Anwar
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Dhita Koesno