tirto.id - Calon presiden Iran yang kalah suara, Ebrahim Raisi, mengungkapkan adanya sejumlah pelanggaran dalam pemilihan umum, yang kembali dimenangkan Presiden Hassan Rouhani. Karena itu, Raisi pun meminta dilakukannya penyelidikan terkait pelanggaran tersebut.
Dalam sebuah surat untuk Dewan Wali Iran, yang mengawasi pemilu, Raisi meminta "penyelidikan terhadap beberapa pelanggaran tertentu sebelum dan selama pemilu," menurut kantor berita Fars.
Surat tersebut menyebutkan Raisi, yang merupakan ahli hukum dan ulama, telah mengirim ratusan halaman dokumen yang mendukung tuduhannya.
"Saya tidak bisa diam saja menghadapi ketidakadilan yang dilakukan terhadap hak rakyat," kata Raisi dalam surat itu, seperti dikutip Antara.
Kamp konservatif mengadukan ada sejumlah pelanggaran bahkan sebelum pemilu ditutup pada Jumat (19/5/2017).
Seperti diberitakan sebelumnya, Rouhani, seorang ulama moderat, dinyatakan sebagai pemenang pada Sabtu (20/5/2017) dengan 57 persen suara, unggul atas Raisi dengan 38 persen suara. Meski ada gugatan, hal itu didiga tidak akan mengubah hasil pemilu.
"Dari total 41,2 juta suara sah, Rouhani mendapatkan 23,5 (juta suara)...dan memenangkan Pemilu ini," kata Menteri Dalam Negeri Iran Abdolreza Rahmanifazli dalam pernyataan publik yang disiarkan televesi nasional negeri itu.
Pesaing utama Rouhani, ulama konservatif Ebrahim Raisi, memperoleh 15,8 juta suara, sambung Rahmanifazli.
Kebebasan yang lebih lapang di dalam negeri dan mengendurnya isolasi internasional terhadap Iran yang dirasakan rakyatnya belakangan ini menjadi faktor utama yang mengantarkan calon petahana Presiden Hassan Rouhani menang meyakinkan pada Pemilihan Presiden 2017 yang pemungutan suaranya digelar Jumat kemarin.
Namun kemenangan ini dihadapkan kepada tantangan alim ulama konservatif yang berkuasa besar di Iran
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari