Menuju konten utama

Cap Go Meh 2021: Kapan Dirayakan dan Bagaimana Sejarahnya?

Kapan Cap Go Meh 2021 dirayakan dan bagaimana sejarahnya?

Cap Go Meh 2021: Kapan Dirayakan dan Bagaimana Sejarahnya?
Sejumlah penari perang Minahasa mengikuti Karnaval Cap Go Meh di kawasan Cideng, Jakarta, Selasa (19/2/2019). ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso.

tirto.id - Cap Go Meh 2021 adalah perayaan yang dilakukan 15 hari setelah Imlek atau Tahun Baru Cina 2021. Kapan Cap Go Meh dirayakan? Pada tahun ini, Cap Go Meh akan tiba pada tanggal 26 Februari 2021, 15 hari setelah Imlek pada 12 Februari 2021.

Kata Cap Go Meh berasal dari dialek Tiociu atau Hokkien, “Cap Go” yang artinya “lima belas” dan “Meh” artinya malam. Seperti namanya, perayaan itu secara harfiah berarti "malam kelima belas" sejak Tahun Baru Imlek. Tahun Baru Imlek dianggap sebagai hari libur terpenting bagi orang Tionghoa.

Orang Tionghoa merayakan Tahun Baru selama 2 minggu penuh, dimulai pada hari pertama bulan pertama dalam sistem kalender Cina dan diakhiri dengan Cap Go Meh pada hari kelima belas. Cap Go Meh tidak hanya dirayakan di Indonesia, tetapi di negara lain Cap Go Meh dikenal sebagai Festival Lantera atau Festival Lampion.

Festival Lampion dirayakan di beberapa negara seperti Korea Selatan, Malaysia, dan Singapura. Beberapa negara tetangga Indonesia, seperti Malaysia dan Singapura, merayakan Chap Go Meh dengan nama yang persis sama. Di negeri asal Cina, Cap Go Meh disebut Yuanxiao atau Shangyuan dan Yuen Siu di Hong Kong.

Perayaan Cap Go Meh di Cina pada zaman dahulu diselenggarakan secara khusus dan tertutup. Tidak setiap orang bisa mengikuti acara tahunan ini, hanya bagi keluarga istana dan kalangan tertentu saja. Semula, perayaan ini dilakukan untuk menghormati Dewa Thai Yai, dewa tertinggi dalam tradisi Dinasti Han (206 SM-221 M).

Dikutip dari tulisan Herman Tan berjudul “Perayaan Cap Go Meh” dalam Tionghoa.info (27 Oktober 2012), setelah pemerintahan Dinasti Han berakhir, perayaan ini menjadi lebih terbuka untuk umum.

Bahkan, pada masa Dinasti Tang (618-907 M), perayaan ini justru menjadi semacam pesta rakyat yang kemudian dikenal dengan nama Festival Yuanxiao atau Festival Shangyuan. Di malam Cap Go Meh, seluruh masyarakat akan tumpah-ruah ke jalan dalam suasana meriah dengan hiasan lampion yang beraneka rupa.

Warga dari segala kalangan dan usia dihibur dengan beberapa macam pertunjukan, seperti tarian naga, barongsai, dan lain-lain, juga berbagai wahana permainan. Perayaan Cap Go Meh semakin meriah dengan pesta kembang api.

Ada sajian khas yang menjadi bagian penting Cap Go Meh, yakni Yuan Xiao atau Tang Yuan. Yoest M.S.H. dalam Tradisi & Kultur Tionghoa (2004) menjelaskan, Yuan Xiao adalah sejenis adonan tepung beras yang lengket, di dalamnya diisi manisan serta dibentuk seperti bola-bola kecil.

Filosofinya jika ditilik dari namanya, menurut Herman Tan, istilah Yuan Xiao mempunyai arti “malam di hari pertama”. Makanan ini melambangkan bersatunya sebuah keluarga besar yang memang menjadi tema utama dari perayaan Hari Imlek yang dipungkasi dengan Cap Go Meh.

Makanan Khas Cap Go Meh

1. Tangyuan

Makanan khas Cap Go Meh adalah Tangyuan. Bola-bola ketan yang kenyal, manis, dan berwarna-warni, bagi sebagian besar keluarga Tionghoa sangat penting dihidangkan saat Cap Go Meh.

Dilansir Asian Inspirations, Tangyuan juga dikenal sebagai "Yuanxiao", bola ketan yang direndam dalam air mendidih atau sirup manis. Bentuknya bulat seperti bulan, dan disajikan dalam mangkuk bundar, Tangyuan juga melambangkan persatuan keluarga bagi keluarga Tionghoa di seluruh dunia.

Untuk sajian yang telah melewati beberapa abad keluarga Tionghoa, asal muasal sajian tangyuan memiliki cerita rakyat tersendiri. Salah satu versi paling populer dari cerita asal tangyuan adalah tentang seorang pelayan wanita bernama Yuan Xiao, di Dinasti Han.

Yuan Xiao dibawa dari rumah ketika dia masih sangat muda dan diberikan untuk melayani di istana kaisar. Dia sangat merindukan orang tuanya dan selalu ingin mengunjungi mereka, tetapi dia tidak diizinkan untuk meninggalkan istana.

Salah satu menteri dinasti Han mengetahui hal ini dan dia berjanji untuk membantunya. Dia memintanya untuk membuat banyak Tangyuan untuk menyembah Dewa pada hari kelima belas bulan pertama kalender Cina.

Yuan Xiao membuat tangyuan terbaik yang dia bisa. Kaisar sangat terkesan dengan usaha yang dia lakukan untuk membuat tangyuan, sehingga dia mengizinkannya mengunjungi orang tuanya dan juga mengganti nama Tangyuan menjadi Yuanxiao untuk menghormatinya.

Tanggal lima belas bulan pertama kalender Tiongkok juga dianggap sebagai festival Yuanxiao. Ini juga merupakan simbol reuni keluarga dengan keluarganya dan karenanya tangyuan disantap selama Festival Lampion.

Makan camilan manis yang lezat ini merupakan bagian penting dari Cap Go Meh dan biasanya dimakan setelah lentera dilepaskan ke langit. Memakannya juga merupakan cara bagi orang Tionghoa untuk mengungkapkan cinta, salam, dan harapan terbaik mereka untuk keluarga mereka.

Infografik Cap Go meh

Infografik Cap Go meh. tirto.id/Fuad

2. Lontong Cap Go Meh

Di Indonesia, hidangan umum yang biasanya disajikan saat Cap Go Meh termasuk Lontong Cap Go Meh. Lontong Cap Go Meh merupakan masakan adaptasi peranakan Tionghoa Indonesia terhadap masakan Indonesia, tepatnya masakan Jawa.

Hidangan ini terdiri dari lontong yang disajikan dengan opor ayam, sayur lodeh, sambal goreng hati, acar, telur pindang, abon sapi, bubuk koya, sambal, dan kerupuk.

Lontong Cap Go Meh biasanya disantap keluarga Tionghoa Indonesia pada saat perayaan Cap Go Meh, yaitu empat belas hari setelah imlek atau tepatnya hari kelima belas bulan 1 penanggalan imlek.

Untuk merayakan Imlek, saat Cap Go Meh, kaum peranakan Jawa mengganti hidangan yuanxiao (bola-bola tepung beras) dengan lontong yang disertai berbagai hidangan tradisional Jawa yang kaya rasa, seperti opor ayam dan sambal goreng.

Dipercaya bahwa hidangan ini melambangkan asimilasi atau semangat pembauran antara kaum pendatang Tionghoa dengan penduduk pribumi di Jawa.

Selain itu, Lontong Cap Go Meh juga mengandung perlambang keberuntungan, misalnya lontong yang padat dianggap berlawanan dengan bubur yang encer.

Cap Go Meh 2021 dan Imlek di Tengah Pandemi COVID-19

Pengurus Majelis Rohaniawan (Martrisia) dan Perhimpunan Tempat Ibadat Tridharma seluruh Indonesia mengimbau masyarakat Tionghoa dalam menyambut Tahun Baru Imlek 2021 dan Cap Go Meh untuk merayakannya dengan kesederhanaan tanpa mengumpulkan orang banyak dan mengurangi kunjungan bertamu untuk mencegah penyebaran COVID-19 di tanah air.

Tak hanya Cap Go Meh perayaan Imlek 2021 pun dilaksanakan secara sederhana, bahkan banyak masyarakat Tionghoa yang tidak pulang kampung dan tidak berkumpul bersama keluarga. Sejumlah warga Tionghoa merayakan Tahun Baru Imlek 2021 dengan kumpul keluarga secara virtual akibat pandemi COVID-19.

“Tahun ini beda sekali, karena hanya bisa kumpul secara virtual. Biasanya kami sekeluarga selalu mudik ke Bandarlampung,” ujar seorang warga Tionghoa, Karin, seperti dikutip Antara News.

Dia menjelaskan suasana saat Imlek tahun ini jelas berbeda dengan sebelumnya. Imlek merupakan waktu yang dinanti untuk kumpul keluarga yang dilakukan satu kali dalam setahun.

Biasanya keluarganya yang tersebar di sejumlah daerah di Tanah Air menyempatkan untuk kumpul bersama keluarga. Pada saat kumpul keluarga juga banyak hidangan khas yang disuguhkan mulai dari kue kering, lapis legit, dan makanan lain yang hanya bisa ditemui saat Imlek.

“Makan-makan, kumpul-kumpul dan dapat angpao. Senang saja, karena jarang yang berkumpul bersama,” kenangnya.

Warga lainnya, Sinta, mengatakan keluarganya juga hanya bisa berkumpul secara virtual. Meski sedih tidak bisa berkumpul secara fisik, tapi Sinta menyadari bahwa hal itu merupakan pilihan yang tepat.

“Ya mau gimana lagi, dari pada kumpul-kumpul terus kena COVID-19. Repot urusannya,” kata Sinta.

Untuk menghilangkan kerinduannya bersama keluarga, Sinta memutuskan untuk memasak makanan khas Imlek seperti pindang bandeng yang dipercaya melambangkan rezeki.

“Biar makmur dan usaha lancar,” jelas Sinta berseloroh.

Sebelumnya, Menteri Agama Republik Indonesia Yaqut Cholil Qoumas mengimbau umat Konghucu untuk merayakan dengan cara sederhana, mengingat Indonesia saat ini tengah menghadapi pandemi virus COVID-19.

Baca juga artikel terkait CAP GO MEH atau tulisan lainnya dari Dipna Videlia Putsanra

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Agung DH