tirto.id - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengibaratkan melawan pandemi COVID-19 sebagai Perang Dunia III. Maka diperlukan kerja antara pihaknya dengan jajaran TNI dan Polri, guna mengurangi laju penularan virus.
"Dibutuhkan 30 tracer per 100.000 penduduk dan semuanya harus tersebar di lokasi desa. Dibutuhkan 80.000 tracer di seluruh desa, yang memiliki personel sebanyak itu hanya TNI dan Polri," kata dia dalam Apel Kesiapan Bhabinkamtibmas dan Tenaga Kesehatan di Polda Metro Jaya, Kamis (11/2/2021).
Dengan menyertakan aparat penegak hukum, Kementerian Kesehatan mempunyai dua strategi menghadapi Corona. Pertama, adalah strategi surveillance atau intelijen, melacak pergerakan musuh dengan menggunakan program tes dan penelusuran. Kedua, adalah membunuh virus dengan memberikan vaksin kepada 181.000.000 rakyat Indonesia.
Jika vaksinasi diberikan dua kali, maka dibutuhkan 362.000.000 suntikan. "Oleh karena itu Kemenkes bekerja sama dengan TNI dan Polri untuk membantu program vaksinasi yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan TNI dan Polri yang sudah memiliki edukasi menyuntik," ujar Budi.
Kini Polri menyiagakan 13.500 tenaga kesehatan, 900 orang di antaranya telah dilatih menjadi vaksinator oleh Balai Besar Pelatihan Kesehatan dari Kementerian Kesehatan. Sementara 12.600 personel lainnya akan diberikan pelatihan serupa dalam waktu dekat.
"Polri juga menyiapkan 40.336 personel Bhabinkamtibmas di seluruh wilayah Indonesia, yang disiapkan sebagai tracer. Sebagai langkah deteksi dini dalam mengantisipasi penyebaran COVID-19," tutur Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.
Para vaksinator dan tim penelusur Polri ini disiagakan guna membantu tenaga kesehatan, khususnya pemberian vaksin kepada anggota Polri dan masyarakat.
Sigit berpesan, ketika pelaksanaan kegiatan mereka harus bersinergi dengan seluruh Babinsa dan Dinas Kesehatan di wilayah masing-masing.
Penulis: Adi Briantika
Editor: Abdul Aziz