Menuju konten utama

Bulan Purnama 29 Januari 2021 Indonesia: Bisa Luruskan Arah Kiblat

Purnama bulan Januari 2021 akan terlihat di Indonesia besok dan bisa tentukan arah kiblat.

Bulan Purnama 29 Januari 2021 Indonesia: Bisa Luruskan Arah Kiblat
Bulan purnama (supermoon) terlihat dari kota Bogor, Jawa Barat, Rabu (8/4/2020). ANTARA FOTO/Hermanus Prihatna.

tirto.id - Bulan Purnama Serigala atau Full Wolf Moon akan terlihat di Indonesia pada 29 Januari 2021 dini hari. Menurut situs LAPAN, fenomena ini juga dikenal sebagai Malam Tanpa Bayangan Bulan (MTBB).

MTBB adalah malam ketika Bulan memasuki fase purnama, posisi Bulan berada tepat di atas kepala kita), sehingga seolah-olah tidak ada bayangan yang terbentuk.

Bagi orang-orang yang berada di Masjid Al-Haram, Mekkah, Arab Saudi, fenomena ini akan terjadi pada pertengahan bulan Jumadal Akhirah 1442 Hijriah yang bertepatan dengan hari Jumat, 29 Januari 2021 pukul 00.43 Waktu Saudi atau pukul 04.43 WIB atau 05.43 WITA.

Fenomena ini terjadi 147 menit setelah puncak fase purnama yang terjadi pada pukul 22.16 Waktu Saudi, sehingga piringan Bulan yang menghadap Bumi akan bercahaya dengan luasan 99,87% dan diameter sudut 0,52 derajat.

Fenomena ini dapat digunakan untuk meluruskan arah kiblat bagi belahan dunia yang mengalami malam hari selama Bulan belum terbenam. Hal ini disebabkan, ketika Bulan terletak tepat di atas Ka’bah-kiblat umat Muslim di seluruh dunia, posisi Bulan akan mengarah ke Ka’bah bagi pengamat di luar Ka’bah.

Untuk Indonesia sendiri, bagi orang-orang yang berada di sebagian provinsi Maluku, Papua Barat dan Papua, fenomena ini tidak dapat digunakan untuk meluruskan arah kiblat mengingat posisi Bulan yang sudah terbenam lebih dahulu.

Untuk pulau Halmahera, pulau Timor, pulau Rote, pulau Buru, pulau Seram bagian barat, Kepulauan Sula bagian timur, dan Kepulauan Lembata, Bulan dan Matahari akan bersama-sama di atas ufuk ketika MTBB di Ka’bah atau disebut juga sebagai selenelion (selena (Bulan) + helion (Matahari)).

Fenomena MTBB di Ka’bah atau Bulan purnama di atas Ka’bah pernah terjadi pada pertengahan bulan Zulhijjah 1394 Hijriah yang bertepatan dengan hari Minggu, tanggal 29 Desember 1974 pukul 00.05 Waktu Saudi atau pukul 04.05 WIB atau 05.05 WITA.

Fenomena ini pernah terjadi juga pada pertengahan bulan Muharram 1335 Hijriah yang bertepatan dengan hari Jumat, tanggal 10 November 1916 pukul 00.00 Waktu Saudi atau pukul 04.00 WIB atau 05.00 WITA.

MTBB akan terjadi kembali pada pertengahan bulan Zulhijjah 1459 Hijriah yang bertepatan dengan hari Kamis, tanggal 21 Januari 2038 pukul 00.17.16 Waktu Saudi pukul 04.17.16 WIB atau 05.17.16 WITA.

Ketika cuaca berawan bagi belahan dunia yang mengalami siang/sore hari, umat Muslim yang terletak jauh dari Masjid Al-Haram dapat mengandalkan posisi Bulan yang mengarah ke Ka’bah ketika malam hari untuk meluruskan atau mengecek ulang arah kiblat mereka masing-masing.

Tingkat akurasi arah kiblat yang diukur dengan posisi Bulan ketika MTBB Ka’bah sama dengan arah kiblat yang diukur dengan posisi Matahari ketika HTBM Ka’bah, bahkan menyamai tingkat akurasi pada aplikasi di dalam gawai pintar.

Mengukur arah kiblat menggunakan posisi Bulan pada dasarnya sama ketika menggunakan bayangan Matahari, yakni memenuhi tiga prinsip: tegak lurus, rata dan tepat waktu.

Akan tetapi, mengingat intensitas cahaya Bulan yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan Matahari, maka, cukup dengan menghadapkan badan dan mengarahkan pandangan ke Bulan di waktu yang sudah ditentukan.

Nama Lain Purnama Bulan Januari 2021

Menurut Alamanak Petani, bulan purnama ini juga diberi nama Full Wolf Moon atau Bulan Purnama Serigala. Nama bulan purnama yang digunakan oleh Alamanak Petani berasal dari sejumlah tempat, termasuk penduduk asli Amerika, Amerika Kolonial, dan Eropa.

Secara tradisional, setiap nama Bulan purnama diterapkan pada seluruh bulan lunar tempat terjadinya, tidak hanya pada Bulan purnama itu sendiri.

Bulan purnama pada Januari diperkirakan dikenal sebagai Bulan Serigala karena serigala lebih sering terdengar melolong pada saat itu. Secara tradisional diyakini, serigala melolong karena kelaparan selama musim dingin.

Melolong dan vokalisasi serigala lainnya umumnya digunakan untuk menentukan wilayah, menemukan anggota kelompok, memperkuat ikatan sosial, dan mengoordinasikan perburuan.

Nama lain yang juga cocok untuk bulan purnama ini adalah Bulan Tengah (Center Moon), yang digunakan oleh orang-orang Assiniboine, mengacu pada gagasan bahwa Bulan ini menandai pertengahan musim dingin.

Nama-nama tradisional lain untuk Bulan Purnama Januari menekankan pada datangnya musim dingin: Bulan Dingin atau Cold Moon, Bulan Ledakan Frost atau Frost Exploding Moon, Bulan Beku atau Freeze Up Moon, Severe Moon, dan Hard Moon.

Baca juga artikel terkait WOLF MOON atau tulisan lainnya dari Dipna Videlia Putsanra

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Agung DH