Menuju konten utama

Budiman Sudjatmiko Samakan Gelar Ulama Sandiaga Dengan Mie Instan

Gelar ulama yang disandangkan pada Sandiaga Uno sama hal seperti mie instan. Berbeda dengan gelar ulama Maruf Amin.

Budiman Sudjatmiko Samakan Gelar Ulama Sandiaga Dengan Mie Instan
Bakal Calon Wakil Presiden Sandiaga Uno mencoba olahraga panah di sela-sela kegiatan dialog dengan sejumlah komunitas dan pengusaha muda di Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Kamis (13/9/2018). ANTARA FOTO/M Agung Rajasa/kye/18

tirto.id - Politikus PDI Perjuangan Budiman Sudjatmiko menyindir predikat ulama yang diberikan Hidayat Nur Wahid kepada Sandiaga Uno. Menurut Budiman, pemimpin tak bisa lahir instan seperti predikat ulama yang tiba-tiba diberikan kepada Sandiaga.

"Tidak ada pemimpin itu yang menjadi ulama mendadak atau kiai mendadak. Memangnya itu sertifikat yang bisa dibeli apa?" ujar Budiman di Posko Pemenangan Jokowi-Ma'ruf, Jakarta, Rabu (19/9/2018).

Sandiaga disebut sebagai ulama oleh Hidayat karena dianggap memiliki pengetahuan yang mumpuni. Hidayat menyampaikan pandangannya itu di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (17/9/2018). Politikus itu menganggap sebutan "ulama" bisa diberikan kepada seseorang meski tidak terkait dengan keahlian ilmu agama Islam.

Bagi Hidayat, Sandiaga bisa disebut ulama karena perilakunya yang baik. Ia menganggap Sandiaga telah menjalankan ajaran agama Islam dengan baik.

Budiman pun membandingkan predikat ulama yang diberikan kepada Sandiaga dengan sebutan ulama pada Ma'ruf Amin. Menurutnya, Ma'ruf baru disebut ulama setelah puluhan tahun menjalani proses.

"Kalau segala sesuatu serba instan, ulama instan, pemimpin instan, ramah hanya kalau butuh, rendah hati kalau saat butuh, naik metro mini kalau ingin dipotret padahal kesehariannya tidak seperti itu, tidak bisa," kata Budiman.

Eks aktivis 1998 itu pun membandingkan status ulama instan yang diterima Sandiaga dengan mie kemasan. Menurutnya, lebih baik memakan mie kemasan daripada mempercayai orang yang mendapat predikat instan.

"Mie instan itu dimasak cepat dan kita tahu itu bisa dimakan meski instan. Nah ini, sudah instan isinya bukan itu. Bayangkan, bungkusnya mie instan tapi kita makan ternyata isinya kapas atau kapuk. Jadi nipunya dua kali itu," ujar Budiman.

Baca juga artikel terkait ULAMA atau tulisan lainnya dari Lalu Rahadian

tirto.id - Politik
Reporter: Lalu Rahadian
Penulis: Lalu Rahadian
Editor: Mawa Kresna