tirto.id - Sudah lebih dari satu bulan Bruno Fernandes memberi sinyal tentang masa depannya di Sporting Lisbon. Pada 16 Juni lalu, Fernandes mengatakan kepada Calciomercato, salah satu media asal Italia, bahwa dirinya bisa saja berganti seragam mulai musim 2019-2020.
"Aku tidak pernah mengatakan bahwa aku ingin hengkang, aku bahagia di sini [Sporting Lisbon]. Meski demikian, Anda tentu tidak bisa mengatakan tidak saat mendapatkan tawaran bagus. Aku hanya akan pergi apabila Sporting menyetujuinya. Aku bermimpi bisa bermain di Inggris," ujarnya.
Namun, saat itu belum ada kepastian mengenai masa depan gelandang berusia 24 tahun tersebut. Masih menurut Calciomercato, mulai dari Atletico Madrid, Liverpool, Juventus, hingga Tottenham Hotspur sempat berminat untuk mendapatkan tanda tangan Fernandes. Sayangnya, semua kabar itu menguap, sampai akhirnya Manchester United dikabarkan mengambil langkah nyata.
Akhir pekan lalu, Sabtu (27/7/2019), Marca bahkan menyebut Fernandes tinggal selangkah lagi pindah ke Old Trafford. Media asal Spanyol itu menulis, "Manchester United semakin dekat untuk mendapatkan tanda tangan gelandang internasional Portugal Bruno Fernandes. United dan Sporting Lisbon setuju dengan harga sebesar 62 juta euro."
Satu hari setelah pemberitaan itu, giliran Adam Newson dari Sky Sports yang memberikan angin segar kepada para pendukung Setan Merah. Menurutnya, United akan mengkonfirmasi kepindahan Fernades dalam paling lama 48 jam. Meski demikian, berbeda dengan Marca, kesepakatan antara Setan Merah dan Sporting Lisbon untuk Fernandes disinyalir berada di kisaran 70 juta euro.
Lantas, apakah Fernandes benar-benar cocok untuk Manchester United?
Garansi Kreativitas
Musim panas ini Setan Merah memang butuh gelandang anyar setelah ditinggal Marouane Fellaini dan Ander Herrera. Setidaknya pelatih United, Ole Gunnar Solskjaer menginginkan satu nama baru sebagai penggantinya. Namun, ia tak mau gelandang sembarangan: ia mencari seorang gelandang yang menyerupai Bryan Robson, gelandang dinamis yang mempunyai jiwa kepemimpinan.
"Kami sedang berada di fase membangun tim anyar," kata Solskjaer. "Aku sangat percaya dengan klub dan proyek [membangun tim] yang sedang kami lakukan. Aku tidak pernah mendapatkan kehormatan bermain bersama Robbo, tapi kami membutuhkan pemain seperti dia di dalam tim ini."
Meski punya karakter yang berbeda dengan Robson, Fernandes jelas masuk dalam kriteria Solskjaer. Robson adalah seorang gelandang box-to-box sedangkan Fernandes ialah lebih berkarakter sebagai playmaker. Selain punya jiwa pemimpin, Fernandes ialah seorang playmaker dinamis: untuk menunjukkan kreativitasnya, ia tak harus bermain di posisi nomor 10.
Menurut hitung-hitungan Whoscored, Fernandes bahkan bermain di lima posisi berbeda bersama Sporting Lisbon pada musim lalu: 22 kali sebagai gelandang tengah, 1 kali sebagai gelandang kiri, 1 sebagai kali gelandang kanan, 1 kali penyerang kiri, dan 11 kali sebagai pemain nomor 10.
Hebatnya, seperti Robson pada era jayanya, pemain asal Portugal itu justru terlihat menonjol saat bermain sebagai gelandang tengah. Dari 20 gol dan 13 assist yang ia catatkan di liga Portugal musim 2018-2019, Fernandes mampu mencetak 13 gol dan 10 assist saat bermain sebagai gelandang tengah.
Gareth Thomas, dalam analisisnya di Total Football Analysis yang berjudul “Sporting’s Bruno Fernandes: The Next Great Playmaker?” lantas menjelaskan mengapa Fernandes bisa tampil garang sebagai salah satu gelandang tengah Sporting. Thomas menyebut pergerakan tanpa bola Fernandes menjadi alasan utamanya.
Meski Fernades lebih sering bermain di sebelah kanan dari tiga gelandang Sporting, tulis Thomas, "Ia tampaknya diberi kebebasan untuk menjelajah ke setiap jengkal lapangan, sehingga punya kesempatan memberikan dampak besar terhadap permainan timnya."
Thomas menambahkan, Fernandes juga bisa tiba-tiba menjemput bola ke belakang, berada di samping kanan, bergerak ke kiri, atau berada di dalam kotak penalti lawan. Dari kebiasannya dalam bergerak itu, Thomas pun mengambil kesimpulan: "Fernandes jadi sangat sulit untuk dihentikan."
Selain itu, dengan kemampuan Fernandes dalam mengatur permainan, United juga bisa mendapatkan apa yang tidak mereka punya dalam beberapa tahun belakangan: bermain sebagai sebuah tim secara utuh.
Memperbaiki Transisi Menyerang
Dalam salah satu tulisannya di The Athletic, Carl Anka menilai Solskjaer ingin United bermain cepat sejak pertama kali menjadi pelatih United pada Desember 2018. Ini dapat dilihat dari pergantian peran di lini serang. Jika sebelumnya Mourinho lebih senang mengandalkan Romelu Lukaku sebagai penyerang tengah, Solskjaer lebih senang memainkan Marcus Rashford sebagai pemain nomor sembilan.
Selain itu, data dari Sky Sports juga menjadi penguat pendapat Anka. Dalam delapan pertandingan awal Solskjaer, United setidaknya enam kali berlari lebih sering daripada tim lawan. Bandingkan dengan 17 pertandingan United di bawah asuhan Mourinho pada musim 2018-2019 sebelumnya. Kala itu, United ternyata hanya dua kali berlari lebih banyak daripada tim lawan.
Namun, pendekatan Solskjaer ini ternyata menciptakan masalah. United tidak tampak bermain sebagai sebuah tim lantaran hanya mengandalkan Paul Pogba untuk melakukan transisi serangan. Saat pergerakan Pogba dilumpuhkan lawan, United tak bisa apa-apa: kecepatan United mandek dan tampak tidak punya ide untuk membongkar pertahanan lawan.
Anka lantas berpendapat kedatangan Daniel James dari Swansea memang bisa menambahkan kecepatan United di lini depan. Kecepatan James bisa menjadi alternatif serangan saat Rashford tak diberikan ruang gerak oleh pemain bertahan lawan. Namun, jika United hanya mengandalkan Pogba untuk membangun serangan cepat, James tidak akan bisa memberikan dampak signifikan di lini depan.
Dari sana, kedatangan Bruno Fernandes pun menjadi semakin penting bagi United.
Seperti Pogba, Fernandes punya kualitas menjadi pusat transisi serangan cepat. Ia dianggap punya visi permainan yang didukung akurasi umpan. Saat sebagian besar assist dan umpan kuncinya bersama Sporting Lisbon pada musim lalu berawal dari umpan-umpan cepat, Fernandes bisa membuat United tidak hanya bergantung kepada Pogba.
Selain itu, Pogba pun diuntungkan dengan kedatangan Fernandes: saat Fernandes mengatur permainan United sedemikian rupa, Pogba bisa memaksimalkan kemampuannya sebagai seorang gelandang box-to-box. Untuk semua itu, ada harapan besar bahwa kedatangan Fernandes bisa membuat United tidak hanya mengandalkan satu-dua pemain saja.
Editor: Gilang Ramadhan