Menuju konten utama

BPS Siapkan Rp3 Miliar untuk Pemetaan Lahan di Jawa

Biro Pusat Statistik berencana menganggarkan dana sebesar Rp3 miliar untuk ememtakan lahan-lahan pertanian di pulau Jawa.

BPS Siapkan Rp3 Miliar untuk Pemetaan Lahan di Jawa
Pekerja mengairi sawah tadah hujan menggunakan pompa air saat menanam padi di Desa Konang, Galis, Pamekasan, Jawa Timur, Kamis (8/12)ANTARA FOTO/Saiful Bahri.

tirto.id - Badan Pusat Statistik (BPS) berencana melakukan pemetaan lahan pertanian di wilayah pulau Jawa untuk meningkatkan akurasi dan validitas data pertanian Indonesia. Program ini diperkirakan akan menghabiskan dana hingga RP 3 miliar.

Hal ini disampaikan oleh Kepala BPS, Suhariyanto saat ditemui di Kawasan Pasar Baru, Jakarta, Sabtu, (24/12/2016).

"(Untuk) Seluruh Jawa, kemungkinan biayanya sekitar Rp3 miliar untuk melakukan pemetaan pertaniannya. Ini kan sesuatu yang baru, jadi perlu hati-hati dikerjakan,” paparnya.

Menurut dia, pembuatan peta tersebut akan dibuat berupa grid-grid atau garis koordinat yang akan digunakan untuk membantu menentukan letak dari setiap lahan pertanian yang akan dipetakan.

"Karena peta itu harus dibikin grid-gridnya untuk bisa mulai digunakan. Khususnya tahun 2017 mendatang, kita akan lakukan pemetaan terhadap Pulau Jawa dengan metodologi yang bisa dipertanggungjawabkan. Karena karakteristik lahan pertanian kita sangat unik dan kecil-kecil," terang Kecuk, panggilan akrab Suhariyanto.

Saat ini, kata dia, pemetaan lahan pertanian telah dilakukan sejak tahun 2015 lalu pada Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Garut.

Lalu tahun 2017 akan dipetakan lahan pertanian seluruh Pulau Jawa dan tahun 2018 pemetaan dilakukan pada seluruh lahan pertanian di Indonesia.

"Tentunya pemetaan dilakukan dengan pendekatan yang sama, seperti yang dilakukan pada dua kabupaten tersebut di atas dan pada Pulau Jawa. Sehingga proses monitoring dan evaluasinya bisa dilakukan secara optimal," jelas Kecuk.

Metode itu sudah dikembangkan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) sejak tahun 2008 dan dikembangkan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) tahun 2015.

LIPI disebutnya telah mendapatkan penghargaaan sebagai salah satu inovator prospektif terbaik dengan metode tersebut.

"Secara teoritikal, hal itu sangat bagus, tetapi pelaksanaan di lapangan juga membutuhkan waktu dan biaya yang besar," kata Kecuk.

Baca juga artikel terkait BPS

tirto.id - Ekonomi
Sumber: antara
Penulis: Putu Agung Nara Indra
Editor: Putu Agung Nara Indra