tirto.id - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat perekonomian Indonesia pada triwulan II 2017 terhadap triwulan II 2016 tumbuh sebesar 5,01 persen (year-on-year). Sementara itu, pertumbuhan ekonomi juga terjadi pada triwulan II 2017 terhadap triwulan I 2017 (quarter-to-quarter), yakni sebesar 4 persen.
Pertumbuhan pada triwulan II 2017 itu juga berarti lebih rendah dibandingkan dengan triwulan II tahun 2016 yang tercatat sebesar 5,18 persen.
Ketua BPS Suhariyanto mengatakan, pertumbuhan ekonomi 5,01 persen itu memang di bawah ekspektasi. Namun, angka itu dinilainya masih dalam kisaran yang baik di tengah perlambatan ekonomi dunia dan lesunya harga komoditas.
“Ini tentu mempertimbangkan perekonomian global yang masih belum jelas, serta penurunan harga komoditas,” ucap Suhariyanto saat jumpa pers di kantornya pada Senin (7/8/2017) siang.
Di triwulan II 2017, Produk Domestik Bruto (PDB) Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) tercatat sebesar Rp2.472,8 triliun, sementara PDB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) senilai Rp3.366,8 triliun.
Masih dalam kesempatan yang sama, Suhariyanto turut menyebutkan sumber pertumbuhan ekonomi tertinggi berdasarkan quarter-to-quarter dan year-on-year.
Secara quarter-to-quarter, sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan mengalami pertumbuhan 8,44 persen, informasi dan komunikasi 5,65 persen, dan jasa pendidikan 2,99 persen.
Sementara jika dilihat secara year-on-year, sektor informasi dan komunikasi pertumbuhannya mencapai dua digit, yakni 10,88 persen, jasa lainnya sebesar 8,63 persen, dan transportasi 8,37 persen.
“Pada umumnya, komposisi sumber pertumbuhan ekonomi tidak berubah. Industri masih tertinggi, meskipun sumbangannya turun secara year-on-year, dari 1 persen menjadi 0,76 persen. Sedangkan untuk informasi dan komunikasi naik (y-on-y), dari 0,43 persen menjadi 0,53 persen,” jelas Suhariyanto.
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Yuliana Ratnasari