tirto.id - Neymar sesungguhnya bonus untuk perpanjangan kontrak yang dia tandatangani tahun lalu bersama Barcelona. Nilainya cukup besar, mencapai 26 juta euro. Barca mendepositokan uang itu dengan sebuah catatan karena tengah menunggu kepastian apakah Neymar jadi pindah ke Paris Saint-Germain.
Setelah transfer resmi ditandatangani dan Neymar didaulat sebagai pemain termahal di dunia, juru bicara Barca Josep Vives menyatakan bonus itu tidak jadi diberikan karena syarat-syaratnya tidak dipenuhi.
Barca sudah memberikan pembayaran pertama bonus itu sebesar 14 juta euro ketika kontrak lima tahun itu ditandatangani, sedangkan pencairan kedua tadinya akan diberikan pada 1 September.
- Baca juga: Neymar Jadi Pemain Brasil ke-31 PSG
Namun Vives mengatakan, "Ada tiga syarat. Satu, bahwa si pemain tidak sedang berunding dengan klub lain sebelum 31 Juli; dua, bahwa dia secara terbuka mengutarakan keputusannya untuk memenuhi kontraknya; dan tiga, pembayaran diberikan pada 1 September untuk memastikan dia tidak pergi ke klub lain.
"Karena tiga kriteria ini tidak dipenuhi, maka klub tidak akan membayarkan bonus perpanjangan kontrak itu. Uang itu tidak lagi dalam catatan, sebaliknya masuk lagi ke kas klub," kata dia dalam laman ESPN sebagaimana dilaporkan Antara.
FIFPro Selidiki Transfer Gila-Gilaan Neymar
Sementara itu FIFPro, organisasi yang menaungi para pemain sepak bola profesional di seluruh dunia, menyerukan diadakannya penyelidikan terhadap naik tingginya harga transfer dalam sepak bola Eropa. Menurut mereka transfer gila-gilaan yang mendistorsi pasar itu telah turut menyumbang kehancuran dalam keseimbangan kompetisi.
Sekretaris Jenderal FIFPro Theo van Seggelen mendesak Komisi Eropa segera mengkaji kembali aturan transfer yang sudah diterapkan sejak 2001.
"FIFPro menyeru Komisi Eropa untuk menyelidiki aliran uang via biaya transfer dalam wilayah Uni Eropa untuk mengetahui dampaknya terhadap keseimbangan kompetisi di kawasan ini. Rekor transfer dunia Neymar adalah contoh terakhir dari bagaimana sepak bola telah semakin menjadi domain sekelompok kecil klub kaya yang kebanyakan klub-klub yang berbasis di Eropa," kata kepada ESPN.
"Mengingat kebanyakan aktivitas keuangan sepak bola terjadi di Eropa di mana nilai transfer besar terjadi dipertukarkan di antara klub-klub, FIFPro meminta Komisi Eropa meluncurkan investigasi mendalam atas aturan transfer yang telah disepakati pada 2001 dan yang kini perlu segera dikaji kembali," lanjutnya.
Van Seggelen menyuarakan keperihatinan bahwa "kemakmuran sepak bola menjadi terpusat kepada segelintir liga dan klub ketika seharusnya diredistribusikan secara lebih efisien dan lebih adil demi melindungi keseimbangan kompetisi."
Penulis: Akhmad Muawal Hasan
Editor: Akhmad Muawal Hasan