tirto.id - Tragedi jatuhnya pesawat Ethiopian Airlines pada Minggu (10/3/2019) ketika menuju Nairobi, Kenya merupakan pertanda adanya cacat sistem di pesawat Boeing 737 Max 8.
Pasalnya, kecelakaan ini merupakan kali kedua dalam durasi hanya lima bulan setelah tragedi jatuhnya pesawat Lion Air JT610 pada Oktober 2019.
Melihat kondisi ini, Pengamat Penerbangan Alvin Lie menyarankan untuk pesawat jenis ini harus dihentikan operasionalnya terlebih dahulu.
"Pemerintah harus ikut mencermati hasil penyelidikan di Ethiopia. Kalau memang indikasinya menunjukkan adanya indikasi cacat dalam rancang bangun 737 Max 8 akan lebih baik kalau pemerintah melarang terbang sementara Max 8 di Indonesia sampai ada perbaikan di sistem tersebut," kata dia kepada Reporter Tirto, Senin (11/3/2019).
Ia menjelaskan, pesawat jenis ini baru digunakan untuk terbang komersil Juli 2018. Usianya baru sekitar sembilan bulan diopersikan.
"Sementara dalam durasi lima bulan terakhir ini ada beberapa kali kecelakaan pesawat fatal yang satu Lion yang satu lagi Ethiopia air kemarin ya," kata dia.
Sementara itu, sebagai informasi ketika pemerintah RI belum selesai memecah kasus penyebab jatuhnya Boeing 737 Max 8 alias Lion Air di Teluk Karawang, regulator penerbangan China telah memerintahkan maskapai penerbangan China untuk menangguhkan penggunaan pesawat Boeing 737 Max mereka.
Kebijakan ini dilakukan, menyusul kecelakaan mematikan pada 737 MAX 8 yang dioperasikan oleh Ethiopian Airlines.
Seperti diketahui, Minggu (10/3/2019) Ethiopian Airlines 737 Max 8 menuju Nairobi jatuh beberapa menit setelah lepas landas dengan menewaskan semua 157 orang di dalamnya.
Itu adalah kecelakaan kedua 737 MAX setelah sebelumnya pesawat Lion air dengan jenis pesawat yang sama jatuh di Teluk Karawang dan menewaskan 184 orang penumpang dan kru.
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Dewi Adhitya S. Koesno