tirto.id - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) berencana mendatangkan enam ekskavator amfibi untuk mengevakuasi korban gempa dan tsunami di Desa Jono Oge, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah lantaran masih terdapat korban yang belum ditemukan.
Di sana, total 202 hektare area yang terdampak likuifaksi dengan area lahan pertanian dan tegalan. “Kondisi lumpur masih basah dan menyulitkan tim SAR gabungan untuk evakuasi, maka diperlukan enam unit ekskavator ambil untuk proses pencarian korban,” kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho di kantornya, Minggu (7/10/2018).
Kondisi likuifaksi di Jono Oge memanjang, lanjut dia, pemukiman berada ada di sektor timur, tengah dan barat area tersebut.
Meski area terdampak likuifaksi luas, ada 366 unit rumah yang rusak dan hingga hari ini hanya 33 korban yang berhasil ditemukan di sana.
Kemudian, tambah Sutopo, alasan Jono Oge bisa terdampak likuifaksi karena kondisi tanah jenuh. Tanah yang terdiri dari kerikil dan batu apung itu kehilangan kekuatan dan kekakuan, sehingga tidak kuat menahan guncangan secara mendadak dari gempa magnitudo 6 atau lebih.
Akibatnya, tanah itu bercampur air dan menjadi lumpur, lalu amblas. Tapi, Sutopo menegaskan, tidak semua gempa menimbulkan likuifaksi.
“Tergantung material penyusun tanah,” ucap dia.
Sutopo melanjutkan likuifaksi juga bisa disebabkan jika gempa lebih dari satu menit dan likuifaksi di Jono Oge menyebar ke segala arah.
Peristiwa di Desa Jono Oge juga terjadi di Kelurahan Petobo dan Desa Sidera, Kota Palu. Longsoran tanah di tiga lokasi ini bergerak ke arah tanggul Sungai Palu, yang melintang dari selatan hingga ke Teluk Palu. Akibatnya, daerah-daerah ini termasuk yang rusak parah pasca-gempa.
Penulis: Adi Briantika
Editor: Yandri Daniel Damaledo