tirto.id - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini bencana kekeringan meteorologis di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). BMKG menyebutkan sebagai besar wilayah NTT berstatus siaga bencana kekeringan meteorologis akibat tidak diguyur hujan dalam waktu yang lama.
"Sebagian besar wilayah yang tersebar di 20 kabupaten/kota di NTT berstatus siaga bencana kekeringan dengan kondisi hari tanpa hujan lebih dari 31 hari," kata Kepala Stasiun Klimatologi NTT BMKG Rahmattulloh Adji di Kupang, Selasa (6/6/2023).
Adji menyebutkan wilayah yang berstatus siaga bencana kekeringan tersebar di Kota Kupang, Kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Belu, Malaka, Rote Ndao, Sabu Raijua.
Selain itu, Kabupaten Alor, Lembata, Flores Timur, Sikka, Ende, Nagekeo, Ngada, Manggarai Timur, Sumba Timur, Sumba Tengah, Sumba Barat, dan Sumba Barat Daya.
Prakiraan peluang curah hujan di berbagai wilayah itu, kata Adji, menunjukkan akan mengalami curah hujan sangat rendah (kurang dari 20 mili meter/dasarian) dengan peluang lebih dari 70 persen.
Adji mengimbau warga agar meningkatkan kesiapsiagaan terhadap ancaman bencana kekeringan. Kondisi itu dapat menimbulkan berbagai dampak seperti berkurangnya ketersediaan air tanah yang menyebabkan kelangkaan air bersih.
"Warga perlu menghemat pemakaian air bersih agar persediaan bisa mencukupi kebutuhan selama kemarau," katanya.
Selain itu, potensi dampak pada sektor pertanian dengan sistem tadah hujan juga perlu disiasati. Para petani diminta memilih tanaman yang cocok atau tidak membutuhkan banyak air untuk ditanam agar lebih berpeluang bisa dipanen.
Adji mengatakan potensi kekeringan juga meningkatkan potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Oleh sebab itu, warga diminta menghindari tindakan yang dapat memunculkan titik api, terutama di area terbuka yang terdapat tumpukan daun atau rumput kering yang mudah tersambar api.