tirto.id - Biro Statistik Australia (ABS) menuding matinya server yang digunakan sebagai host halaman internet sensus ABS disebabkan oleh ulah peretas dari luar Australia. Hal tersebut membuat sensus yang sedianya digelar pada Selasa malam, gagal menampung ribuan, bahkan jutaan, petanggap.
Kepala Statistikawan ABS, David Kalisch, dalam wawancaranya dengan radio ABC, Rabu (10/8/2016) pagi, mengatakan, "Ada serangan dan kami yakin itu dari luar negeri. Jelas serangan itu berbahaya."
Menurut David, sebagaimana dikutip The Guardian, tadi malam, laman ABS mendapat empat serangan penolakan (DoS) sehingga pengguna tidak bisa mengakses laman www.census.abs.gov.au.
Data yang masuk ke ABS sebelum pukul 19.30 malam berjumlah 2 juta lembar dan semua aman tersimpan, kata David. Akan tetapi, serangan keempat membuat ABS memutuskan menutup akses demi menjaga keamanan data, yang sudah masuk.
Di sisi lain, Matthew Hackling, profesional keamanan siber dan informasi di Twitter, menyebut tidak ada serangan DoS di Australia sehari sebelum sensus dan pada hari sensus digelar.
Sanggahan serupa disampaikan Menteri Usaha Kecil Michael McCormack, yang bertanggungjawab untuk sensus tahun ini.
Menurut dia, laman ABS "ambruk" bukan karena diretas tapi murni akibat banyak pengakses, yang mencoba mengisi data tadi malam, demikian dikutip harian The Sydney Morning Herald.
Diperkirakan, 16 juta orang mencoba mengakses sensus "online" semalam, dan hal ini membuat hardware ABS kewalahan sehingga terpaksa ditutup pada pukul 19.45.
Australia menggelar sensus sejak 1828, tapi secara resmi sensus tercatat mulai rutin digelar pada tahun 1911 ketika jumlah populasi Australia baru mencapai 4,4 juta orang. Orang Aborigin dan Torrest Strait Island baru masuk ke data sensus Australia di tahun 1966.
Penulis: Ign. L. Adhi Bhaskara
Editor: Ign. L. Adhi Bhaskara