Menuju konten utama

Biografi KH Dimyati Rois: Profil Wafatnya Tokoh Bangsa Mustasyar NU

Biografi KH Dimyati Rois, tokoh keagamaan mustasyar NU yang mendirikan ponpes Al-Fadlu wal Fadilah, Kendal. Beliau juga adalah Ketua Dewan Syuro DPP PKB.

Biografi KH Dimyati Rois: Profil Wafatnya Tokoh Bangsa Mustasyar NU
Tampilan layar laman Instragram PWNU Jawa Tengah tentang berita meninggalnya K.H.Dimyati Rois (ANTARA/ I.C.Senjaya)

tirto.id - Kabar duka datang dari Nahdlatul Ulama (NU), tokoh mustasyar Pengurus Besar NU (PBNU) meninggal dunia hari ini, Jumat (10/6/2022) pukul 01.12 WIB dini hari. Kiai karismatik asal Kendal, Jawa Tengah (Jateng) tersebut wafat di usia 77 tahun. Biografi KH Dimyati Rois bertalian erat dengan dakwah Islam, pendidikan keagamaan, hingga keaktifannya di organisasi masyarakat.

Sejauh ini, KH Dimyati Rois dikenal sebagai tokoh keagamaan di kalangan masyarakat, menjabat sebagai mustasyar atau dewan penasehat PBNU. Pendapat dan pemikiran KH Dimyati Rois diadopsi, baik dalam hal praktis di bidang ilmu, politik (siyasi), keputusan, dan sebagainya.

Tokoh-tokoh besar lainnya yang juga menduduki posisi sebagai mustasyar di PBNU adalah KH Ma'ruf Amin (Wapres Indonesia), KH Ahmad Mustofa Bisri, Jusuf Kalla, dan sebagainya.

Baca juga

Profil KH Dimyati Rois: Kiprah Tokoh Bangsa Nahdlatul Ulama

Dari pengabdian hidupnya, KH Dimyati Rois mengasuh pondok pesantren (ponpes) Al-Fadlu wal Fadilah di Djagalan, Kutoharjo, Kaliwungu yang ia dirikan sejak 1985.

Berbeda dari kiai-kiai lainnya, KH Dimyati Rois tidak hanya membekali santri-santrinya dengan ilmu keagamaan, melainkan juga mengajarkan kewirausahaan, terutama di bidang pertanian dan perikanan.

KH Dimyati Rois atau yang dikenal sebagai Abah Dim atau Mbah Dim lahir pada 5 Juni 1945 di Tegal Glagah, Bulakamba, Brebes, Jawa Tengah.

Beliau lahir dari pasangan keluarga berlatar belakang santri. Ayahnya adalah KH Rois dan ibunya bernama Nyai Djusminah. Sejak kecil, KH Dimyati Rois tumbuh dalam keluarga taat beragama.

Proses pendidikan Dimyati Rois muda dimulai dari belajar di Sekolah Rakyat (SR). Pendidikan SR atau Kokomin Gakko ini merupakan sekolah dasar yang digagas pada zaman kolonial Jepang

Usai menempuh pendidikan di sekolah formal, beliau melanjutkan pendidikan di ponpes APIK, Kauman, Kaliwungu, Kendal yang diasuh KH Ahmad Ru'yat pada 1956. Dimyati muda belajar di pondok pesantren APIK kurang lebih selama 14-15 tahun.

Setelah merasa cukup menimba ilmu kepada KH Ahmad Ru'yat, Dimyati muda kemudian berguru ke KH Mahrus Aly di ponpes Lirboyo, Kediri, Jawa Timur.

Beberapa waktu kemudian, ia melanjutkan perjalanan menimba ilmunya ke Kiai Imam atau Mbah Imam di ponpes Sarang, Rembang kurang lebih 5 tahun.

Di masa muda yang diisi dengan rasa haus menimba ilmu, Dimyati muda menarik perhatian banyak kiai-kiai sepuh di masa itu. Bahkan, ia diminta menjadi menantu KH. Ibadullah Irfan, sesepuh Kaliwungu. Istri KH Dimyati Rois bernama Hj. To'ah, putri tunggal pasangan KH. Ibadullah dan Hj. Fatimah.

Meskipun sudah berusia lanjut, KH Dimyati Rois berkontribusi besar di organisasi NU. Ia adalah salah satu ahlul halli wal aqdi (Ahwa) yang memilih Rois Aam PBNU pada Muktamar di Lampung pada Desember 2021. Ia terpilih menjadi Ahwa dengan suara terbanyak, yakni 503 suara.

Enam tahun sebelumnya, beliau juga merupakan Ahwa pada Muktamar NU ke-33 di Jombang pada 2015.

Di sisi lain, KH Dimyati Rois juga terjun ke dunia politik lewat Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dengan menduduki posisi Ketua Dewan Syuro DPP PKB.

Baca juga artikel terkait PROFIL TOKOH atau tulisan lainnya dari Abdul Hadi

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Abdul Hadi
Editor: Iswara N Raditya