Menuju konten utama

Biaya Perawatan Cuci Otak Dokter Terawan Rata-Rata 25 Juta

"Sebenarnya untuk DSA sendiri rata-rata hanya 23-25 juta, tetapi yang jadi permasalahan adalah masalah lain penunjang dokter-dokter lain yang memeriksa"

Biaya Perawatan Cuci Otak Dokter Terawan Rata-Rata 25 Juta
Suasana di Gedung Medical Check up RSPAD jelang tes kesehatan pasangan Jokowi-Maruf Amin pagi ini, Jakarta, Minggu (12/8/2018). Tirto.id/Andrey Gomico.

tirto.id - Kepala RSPAD Gatot Subroto Mayjen TNI Terawan Agus Putranto mengatakan biaya pasien yang menggunakan perawatan Digital Substraction Angiography (DSA)--atau yang dikenal dengan teknologi Brain Wash (cuci otak) untuk penderita stroke--berkisar antara Rp 23-25 juta, atau bahkan lebih.

"Sebenarnya untuk DSA sendiri rata-rata hanya 23-25 juta, tetapi yang jadi permasalahan adalah masalah lain penunjang dokter-dokter lain yang memeriksa, kemudian kaitan dengan penyakit lain itulah yang membuat membengkak," katanya di RSPAD Gatot Subroto, Senin (12/11/2018) pagi.

Ia mengatakan harga tersebut tak berbeda harga dengan pasien asing yang sakit serupa. Terawan Agus mengatakan hal semua orang diperlakukan sama.

Terawan Agus mengharapkan adanya subsidi pemerintah Indonesia dan Vietnam terkait program DSA ini. "Ya tidak boleh tidak ada, itu namanya tidak fair, justru kalau bisa dari sana bisa membantu pasien-pasien disini," katanya.

Ia melanjutkan bahwa DSA memiliki kerja dengan mendistraksi gambar agar dapat melihat jelas pembuluh darah di antara sel-sel dan tulang-tulang dalam tubuh.

"Sehingga sebenarnya DSA treatment itu merupakan DSA modifikasi tujuannya dulu untuk meningkatkan safety pada pasien, untuk tindakan DSA itu sendiri. Tapi ternyata dengan meningkatkan safety untuk pasien, hasilnya malah positif untuk pasien. Jadi penemuannya sebenarnya ya berkah Yang Maha Kuasa, tujuan awal ingin membuat safety, lho, malah lebih baik," katanya.

Sebelumnya, RSPAD Gatot Subroto melaksanakan penandatanganan naskah perjanjian kerja sama dengan pihak PT. Clinique Suisse yang berbasis di Vietnam, untuk program DSA guna penyembuhan bagi 1.000 masyarakat Vietnam, sekaligus program pariwisata kesehatan.

Menurut Terawan, program DSA ini bisa menjadi salah satu bagian dari medical tourism yang dicanangkan oleh Kementerian Pariwisata dan dan Kementerian Kesehatan.

"Medical tourism yang dicanangkan oleh Kemenpar dan Kemenkes, bisa menjadi acuan MoU ini agar RSPAD Gatsu bisa ke mancanegara. Ini harusnya bisa menjadi awal 1000 pasien, ke depannya bisa lebih 2000, dan seterusnya," kata Terawan, di RSPAD Gatot Subroto, Senin (12/11/2018) pagi.

Duta Besar Vietnam di Indonesia, Pham Vinh Quang, juga menilai hal yang sama. Pham mengatakan DSA menjadi salah satu hal positif dalam bidang kesehatan.

Pham juga mengatakan Vietnam punya target untuk membawa 20.000 turis ke Indonesia sepanjang 2018.

"Saya pikir Indonesia memiliki hubungan baik dengan Vietnam sangat lama. 2013 kita sudah mulai kerja sama. Terakhir kali Presiden Jokowi mengunjungi Vietnam kami sangat senang. Banyak hal yg kami bahas tentang kerja sama pariwisata, ekonomi, dan ilmu pengetahuan dan kesehatan. Sekarang kita bekerja sama di bidang kesehatan," kata Pham.

Baca juga artikel terkait KASUS DOKTER TERAWAN atau tulisan lainnya dari Haris Prabowo

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Haris Prabowo
Penulis: Haris Prabowo
Editor: Maya Saputri