tirto.id - Tidak seberapa lama setelah ditunjuk kembali sebagai pelatih Timnas Indonesia untuk yang ketigakalinya pada Juni lalu, Alfred Riedl dengan optimistis menyebut final Piala AFF 2016 menjadi target yang bisa diupayakan.
Namun, situasi tidak sama lagi. Pelatih asal Austria itu kini dipusingkan dengan pembatasan pemanggilan pemain ke timnas. Kondisi semakin rumit dengan adanya penolakan oleh sejumlah klub yang enggan melepas punggawanya ke pemusatan latihan tim Merah Putih.
Riedl memang telah menyetorkan 40 nama pemain ke PSSI untuk diteruskan ke konfederasi sepakbola Asia Tenggara (AFF). Seharusnya, siapapun yang pemain yang termasuk dalam daftar tersebut harus siap dipanggil kapanpun timnas membutuhkan. Tapi, ternyata bukan itu yang terjadi.
Persiapan Sarat Kendala
Penolakan Semen Padang atas pemanggilan Jandia Eka Putra, disusul kemudian dengan sikap yang sama dari Persipura Jayapura yang tidak mau melepas Ferinando Pahabol ke timnas cukup memusingkan kepala Riedl.
Pelatih kawakan ini mengeluhkan tidak konsistennya klub-klub Indonesia Soccer Championship A (ISC A) 2016 terhadap perjanjian yang sebelumnya telah disepakati. Lagipula, Riedl hanya boleh memakai maksimal 2 pemain dari setiap klub yang tentunya cukup menyulitkan dirinya dalam meracik skuat timnas.
“Tidak semua pihak mendukung tim nasional. Ini sangat menyedihkan bagi saya dan jajaran pelatih. Ditambah lagi, kami memulai pembentukan skuad dengan banyak halangan karena hanya boleh memakai 2 pemain dari setiap klub," keluh Riedl kepada media.
Sebelum Semen Padang dan Persipura, penolakan juga pernah datang dari Pusamania Borneo FC serta PSM Makassar. Namun, pada akhirnya kedua klub tersebut rela melepas Dian Agus Prasetyo dan Rizky Pellu ke pemusatan latihan timnas.
ISC A 2016 jadi dalih utama klub enggan melepas pemain. Selain itu, pembatasan pemain klub ke timnas tampaknya hanya terjadi di Indonesia, sementara peserta Piala AFF 2016 lainnya dengan leluasa memaksimalkan sumber daya yang ada, kecuali Malaysia yang memang sedang dilanda polemik internal meskipun hanya melibatkan satu klub saja, Johor Darul Ta'zim (JDT).
Situasi pelik ini membuat Timnas Indonesia berangkat ke Filipina dengan skuad yang terbatas. Batal gabungnya Jandia Eka Putra untuk menggantikan Dian Agus Prasetyo yang cedera masih bisa ditangani dengan hadirnya kiper muda Sriwijaya FC, Teja Paku Alam.
Sedangkan pengganti Irfan Bachdim yang juga cedera akhirnya disusulkan belakangan karena Persipura bersikeras menahan Ferinando Pahabol. Riedl kemudian menunjuk mantan striker Timnas Indonesia U19 milik PSM Makassar, Muchlis Hadi Ning Saefulloh, untuk menyusul 22 pemain yang lebih dulu diterbangkan.
Meraba Kekuatan Garuda
Cederanya Irfan Bachdim menjadi kerugian yang cukup besar untuk tim Merah Putih. Meskipun amat jarang dimainkan di klub J2 Jepang, Consadole Sapporo, namun penampilan pria blasteran ini dalam beberapa laga ujicoba yang telah dilakoni Timnas Indonesia cukup baik.
Mengisi lini depan Garuda bersama Boaz Solossa serta didukung oleh Andik Vermansah dan Zulham Zamrun dari sayap, Irfan Bachdim telah mencetak 3 gol dalam 3 laga. Riedl pun tampaknya sudah menemukan formasi yang ideal dengan menempatkan Irfan Bachdim sedikit di belakang Boaz Solossa yang diplot sebagai bomber utama.
Dengan absennya Irfan Bachdim, Riedl harus memutar otak lagi. Lerby Eliandry atau Muchlis Hadi bukan tipikal striker dinamis seperti Irfan. Dipasang sebagai ujung tombak pun keduanya juga tak cukup mumpuni mengingat mereka debutan di timnas senior dan belum benar-benar teruji. Ferdinand Sinaga bisa saja dijadikan sebagai alternatif kendati pemain ini juga kurang konsisten dan kerap labil dalam urusan emosi.
Barangkali opsi yang lebih memungkinkan adalah menempatkan satu gelandang lagi di posisi yang ditinggalkan oleh Irfan. Tujuannya untuk memperkuat lini tengah yang sejauh ini sudah tampil cukup baik dengan bertumpu kepada Evan Dimas dan Bayu Pradana atau Dedi Kusnandar. Stefano Lilipaly yang baru saja didatangkan dari Belanda boleh jadi menjadi pilihan.
Untuk sektor pertahanan, Riedl selama ini selalu memasang Benny Wahyudi di posisi bek kanan serta duet bek tengah Rudolof Yanto Basna dan Fachrudin Wahyudi Aryanto, yang tampil cukup solid. Sementara untuk bek kiri masih diperebutkan antara Abdul Rachman atau Abduh Lestaluhu.
Kurnia Meiga tampaknya akan kembali mengisi posisi kiper setelah absen karena cedera. Namun, aksi Andritany Ardhiyasa selama Kurnia Meiga menepi patut dipertimbangkan. Dalam 4 laga terakhir melawan Malaysia, Vietnam (2 kali), dan Myanmar, gawang kiper Persija itu kebobolan 5 kali dengan 2 laga di antaranya berakhir dengan clean-sheet.
Target Fana di Grup Neraka
Lawan-lawan yang bakal dihadapi Indonesia di babak penyisihan grup Piala AFF 2016 cukup berat. Boaz Solossa dan kawan-kawan tergabung di Grup A yang disebut-sebut sebagai grup neraka karena di dalamnya bercokol pula sang juara bertahan Thailand, Singapura, dan Filipina yang diuntungkan sebagai tuan rumah.
Indonesia pernah punya pengalaman buruk dengan ketiga rival tersebut. Setiap bertemu Thailand, misalnya, anak-anak Merah Putih seringkali gelagapan dan cenderung merasa introvert. Dan tim inilah yang akan dihadapi Indonesia di pertandingan pembuka Piala AFF 2016.
Timnas dari negeri gajah putih memang masih menjadi rajanya Asia Tenggara dan satu level lebih tinggi ketimbang para pesaingnya di ASEAN. Thailand adalah pemegang 4 kali juara Piala AFF, yakni tahun 1996, 2000, 2002, dan 2014, sementara Indonesia paling banter hanya menjadi finalis.
Sama seperti Thailand, Singapura juga mengoleksi 4 trofi kampiun Piala AFF, masing-masing direngkuh pada edisi 1998, 2004, 2007, dan 2012. Dalam 5 pertemuan terakhir, Indonesia hanya mampu sekali menang atas Singapura, kalah 3 kali, dan 2 kali imbang. Di Piala AFF 2016 nanti, duel kedua tim akan terjadi di laga terakhir babak penyisihan grup.
Terakhir adalah Filipina. Skuad berjuluk The Azkals ini mengalami peningkatan yang sangat signifikan dalam beberapa tahun terakhir seiring semakin masifnya pemakaian pemain naturalisasi.
Filipina era kini berbeda jauh dengan Filipina yang dulu sering dipermak oleh Indonesia. Apalagi di Piala AFF 2016 nanti skuad asuhan Thomas Dooley tampil di depan publik sendiri.
Di perjumpaan terakhir saja, yakni di Piala AFF 2014 lalu, Indonesia kalah telak dari Filipina dengan skor 0-4. Meskipun begitu, Indonesia masih unggul dalam 5 laga terakhir dengan mengantongi 3 kemenangan dan sekali ditahan sama kuat.
Dengan persiapan yang ternyata sarat kendala, Alfred Riedl akhirnya menganulir target awal yang semula berhasrat menembus final menjadi lebih realistis meskipun sang pelatih tidak secara gamblang dalam memastikannya.
"Kami ubah (target) karena situasinya berubah. Kami tak bisa membentuk tim yang terkuat karena ada beberapa pemain yang tak bisa kami ajak," keluh Alfred Riedl.
Di sisi lain, Ketua Umum PSSI periode 2016-2020 yang baru saja terpilih di kongres pada 10 November 2016 lalu, Edy Rahmayadi, justru mematok target muluk: Timnas Indonesia harus juara!
"Berikan yang terbaik untuk negara ini. Maksudnya yang terbaik itu adalah menjadi juara. Buat apa datang jauh-jauh kalau tidak menjadi juara?" kata Edy Rahmayadi kepada media belum lama ini.
Antara target tinggi PSSI dan pandangan realistis Alfred Riedl sebenarnya hanya merupakan sesuatu yang fana, tidak kekal. Apapun yang akan dihasilkan oleh Timnas Indonesia di Piala AFF 2016 nanti tetap saja berujung pada dua kontradiksi yang seringkali tercampur-aduk dalam tataran komentar publik: puja-puji atau caci-maki.
Penulis: Iswara N Raditya
Editor: Zen RS