tirto.id - Apa yang akan Anda lakukan di usia kepala sembilan? Sebagian mungkin menjawab ingin hidup di pedesaan dan membangun kebun sendiri. Lainnya ingin menghabiskan waktu bersama anak dan cucu atau mungkin terus berkarya seperti pendiri Marvel, almarhum Stan Lee.
Mahathir Mohamad punya pilihan berbeda: dia maju lagi sebagai Perdana Menteri Malaysia di usia 94 tahun.
Business Insider pernah membuat perbandingan yang menunjukan bahwa hanya ada 14 orang di usia 90 tahun yang kemungkinan akan mencapai umur 100. Di Indonesia saja, masalah usia sempat jadi masalah untuk memimpin bangsa. Ma’ruf Amin yang jadi wakil presiden di usia 76 tahun sempat diragukan sebagian pihak karena dianggap terlalu tua untuk memimpin.
Ma’ruf mengaku sempat terkilir saat masih dalam masa kampanye pemilu 2019. Akibatnya, sejumlah acara kampanye tak sempat ia hadiri. Setelah menjabat, Ma’ruf juga pernah disarankan istirahat 1-2 hari karena sakit. Bagaimana dengan Mahathir yang sudah menginjak usia 94?
Pada penghujung 2019, New Straits Times mengutip resep Mahathir untuk tetap sehat. Selain menjaga porsi dan jenis makanannya, dia juga mengatur waktu tidur, serta posisi duduk dan berdiri.
Ada juga cara-cara lain. Pertama: tetap aktif. Dalam artian Mahathir, aktif berarti secara fisik dan juga mental. Otak harus terus banyak bekerja kendati usia sudah tua. Bersantai menikmati hari tua, tidur-tiduran, bagi Mahathir adalah deskripsi orang lemah yang tak akan berumur panjang.
“Untuk mencegah kerusakan otak, aktif lah, bicara, baca, dan menulis, memecahkan masalah, bedebat, dan berargumen. Orang-orang yang melakukan hal ini akan mempertahankan sebagian besar fungsi otak mereka,” catat Mahathir.
Kedua adalah membaca berita setiap hari. Dengan membaca koran maka kemampuan otak untuk mengingat kata-kata dan membuat otak terus aktif.
Mungkin Mahathir adalah satu dari sekian banyak orang yang secara harafiah benar-benar terinspirasi petikan puisi karya Chairil Anwar: "Aku Mau Hidup Seribu Tahun Lagi". Bagaimana caranya? Menjadi perdana menteri.
Membungkam Anwar Ibrahim
Keputusan Mahathir untuk maju menjadi Perdana Menteri Malaysia cukup mengejutkan bagi orang yang tak paham dengan jabatan dia sebelumnya. Mahathir mengundurkan diri sebagai PM pada Senin (24/2/2020). Posisi Mahathir saat itu adalah PM “sementara” kendati memenangkan pemilu tahun 2018.
Dia menduduki posisi PM setelah memenangkan pemilu pada 2018. Mahathir berhasil menang setelah diusung oleh koalisi Pakatan Harapan yang juga diisi oleh pimpinan Partai Keadilan Rakyat (PKR) Anwar Ibrahim. Janji Mahathir adalah memimpin selama dua tahun dan menyerahkan tonggak kepemimpinan kepada Anwar Ibrahim.
Janji belum dilunasi, tiba-tiba Mahathir mengundurkan diri. Namun dia tidak serta-merta meletakan jabatan. Dia sudah berusaha untuk merebut kembali posisi itu dan berkuasa penuh.
Itu harapannya. Hasilnya, hubungan Anwar dan Mahathir--yang kadang dekat tapi lebih sering bergejolak--kembali tegang
Pada 1982, Anwar yang baru masuk politik bergabung dalam United Malays National Organisation (UMNO), tidak lama setelah Mahathir diangkat sebagai PM. Setahun kemudian, dia menjadi Menteri bidang Pemuda, Budaya, dan Olahraga. Setelahnya dia menjabat Menteri Pertanian dan Menteri Keuangan. Jabatan terakhir Anwar setelah lebih dari dekade bersama Mahathir adalah Wakil Perdana Menteri tahun 1993-1998.
Di posisi orang kepercayaan Mahathir inilah api permusuhan antar keduanya memercik. Tahun 1996 salah satu topik yang penting dibahas adalah pemilihan pemimpin UMNO. Media-media Malaysia mulai menempatkan Anwar sebagai sosok penantang Mahathir. Namun hal ini tidak terjadi.
Juli 1997, ketika Mahathir pergi berlibur, dia menyerahkan kepemimpinan sepenuhnya kepada Anwar selama dua bulan. Sekembalinya ke Malaysia, Mahathir mengaku puas akan pemerintahan Anwar dalam waktu kurang lebih 60 hari itu.
Namun, benih pertikaian sudah mulai terlihat.
Pada bulan yang sama, Asia, termasuk Malaysia, terpengaruh krisis ekonomi Asia yang bermula dari Thailand. Mahathir mengatasinya dengan mengontrol nilai mata uang dan investasi asing yang masuk, sedangkan Anwar justru memangkas pengeluaran pemerintah dan menunda proyek infrastruktur yang digagas Mahathir.
Perbedaan paling besar adalah Mahathir menolak kerjasama dengan International Monetary Fund (IMF) untuk mengatasi krisis ekonomi. Menurut Mahathir, Malaysia harus bebas dari utang budi dan finansial pada IMF agar lembaga keuangan internasional itu tak ikut campur urusan dalam negeri. Sedangkan Anwar, yang juga merangkap jabatan sebagai Menteri Keuangan, justru mendukung rencana IMF untuk meminjamkan uang pada Malaysia--seperti yang terjadi di sjeumlah negara lain.
“IMF bukan pilihan,” kata Mahathir saat itu.
Selain itu Anwar makin terkenal karena komitmennya ingin memberantas korupsi. Dia ikut dalam kampanye anti korupsi dan kroniisme yang melibatkan banyak elite. Salah satu yang sedang diterpa isu kala itu adalah putra Mahathir, Mirzan.
Dampaknya, kendati keduanya tak menyatakan secara gamblang bermusuhan di depan publik, nyatanya demikian. Sejak 1997 hingga 1998 ada surat yang tersebar sampai ke meja Mahathir yang mengatakan bahwa Anwar terlibat dalam praktik sodomi. Mahathir sendiri menilai surat itu adalah “fitnah” agar Anwar tidak bisa menjadi penerusnya. Namun, akhirnya Anwar diberhentikan dan didakwa sembilan tahun penjara. Dia juga dikeluarkan dari UMNO.
“Sangat disayangkan karena pandangan saya terhadap korupsi, di perusahaan pemerintah, aturan soal privatisasi, nepotisme, kronisme, dan hak asasi manusia tidak diarahkan pada sebagian orang, tapi untuk menciptakan lingkungan lebih baik. Tapi mereka berpikir isu ini terlalu radikal dan merasa saya akan menantang Mahathir. Tidak ada jaminan apapun yang bisa memuaskan mereka saya tidak akan melakukan itu,” ucap Anwar.
Sejarah inilah yang sampai sekarang mengiringi keunikan hubungan antar keduanya. Beberapa orang bahkan menyebut hubungan mereka seperti “ayah dan anak.”
Menggantung Anwar?
Meski masuk ke penjara, Anwar sempat mendirikan Partai Keadilan Nasional pada tahun 1999. Partai itu tetap bertahan hingga hari ini dengan nama Partai Keadilan Rakyat (PKR).
Anwar kembali ke politik pada 2006. Dua tahun kemudian, ia berhasil masuk ke parlemen sebagai pemimpin dari oposisi (biasanya dipilih dari perwakilan partai politik di luar pemerintah dengan suara paling banyak di parlemen). Kembalinya Anwar memberi angin segar bagi Mahathir karena setelah sekian lama mereka punya musuh yang sama: Najib Razak.
Kasus sodomi yang kedua membawa Anwar kembali mendapat vonis penjara selama lima tahun pada 2014. Namun, dia tidak gentar. Koalisi yang dipimpin Anwar sebelum masuk bui, Pakatan Rakyat mendirikan Pakatan Harapan. Mahathir dan Anwar sama-sama bergabung dalam koalisi tersebut.
Setelah Najib jatuh, Mahathir sepakat untuk memberikan kursinya kepada Anwar setelah keluar dari penjara. Janji itu tidak ditepati. Mahathir justru berusaha membuat koalisi baru bersama Partai Pribumi Malaysia Bersatu (Bersatu) yang dipimpinnya bersama dengan bekas anggota PKR seperti Azmin Ali, mantan Wakil Presiden PKR.
Tiba-tiba usaha itu gagal. Bersatu mengumumkan Mahathir bukan lagi pimpinan mereka. Kini Bersatu mendukung penuh Muhyiddin Yasin menjadi PM Malaysia. Respon dari Mahathir sudah sangat jelas menyatakan seluruh perasaan yang ia alami: “Pengkhianat sebenarnya adalah Muhyiddin yang memang bercita-cita untuk menjadi perdana menteri.”
Ke mana Mahathir mencari bantuan? Sekali lagi, Anwar Ibrahim.
Demonstrasi yang terjadi di Malaysia beberapa hari belakangan salah satunya karena ketidakpuasan masyarakat terhadap keputusan Raja melantik Muhyiddin secara tiba-tiba sebagai PM.
Mahathir mengklaim dia telah mendapat suara dari 114 perwakilan Dewan Rakyat di Malaysia. Jumlah ini telah melebihi separuh dari anggota Dewan Rakyat berjumlah 222 orang.
Berdamai dengan Anwar adalah salah satu agenda utama Mahathir untuk memenangkan posisinya. Oposisi di Dewan Rakyat saat ini mencapai angka 108 dan Pakatan Harapan yang dipimpin Anwar memegang 94 kursi. Tanpa dukungan Anwar, klaim dan usaha Mahathir bisa jadi sia-sia belaka. Di satu sisi, PM sekarang juga tidak muncul dari kubu Anwar.
“Pakatan Harapan mendukung penuh Mahathir sebagai kandidat Perdana Menteri,” tulis pernyataan resmi PH seperti dilansir Aljazeera.
Jika sebelumnya Mahathir berjanji akan memberikan kedudukan PM pada Anwar, kali ini janji itu belum diketahui menjadi bagian dari perjanjian antar koalisi dan Mahathir. Pertanyaannya: maukah Anwar diberi janji kosong dua kali?
Editor: Windu Jusuf