Menuju konten utama

Berlomba-lomba Membikin Prosesor Sendiri

Ponsel pintar merupakan perangkat “sejuta umat” di masa ini. Guna membuat perbedaan, beberapa perusahaan mulai membuat prosesor ponsel pintar sendiri.

Berlomba-lomba Membikin Prosesor Sendiri
Ilustrasi. Tampak seseorang mengamati komponen prosesor. Foto/Getty Images/Dimas Ardian

tirto.id - Pada 28 Februari 2017 lalu, Xiaomi, perusahaan teknologi asal Cina, mengumumkan sebuah prosesor bikinan mereka yang dinamai Surge S1. Prosesor tersebut, akan dibenamkan pada lini ponsel pintar terbaru mereka yakni Xiaomi Mi 5C. Surge S1 memiliki kekuatan hingga 2,2 GHz dan memiliki 8 unit inti (core).

Surge S1 menggunakan rancang arsitektur prosesor ARM Cortex A53. Prosesor bikinan Xiaomi tersebut dianggap setara dengan prosesor Snapdragon 625 bikinan Qualcomm.

Diwartakan Forbes, langkah yang diambil Xiaomi tersebut merupakan suatu harapan dari Xiaomi untuk dapat mengontrol secara mandiri takdir mereka. Dengan menggunakan prosesor bikinan sendiri, Xiaomi bisa mengurangi ketergantungan, misalnya pada Qualcomm yang selama ini menjadi pemasok prosesor pada produk- produk buatan Xiaomi.

Selain itu, dengan merancang prosesor sendiri, mereka dapat mengendalikan fitur-fitur pada prosesor sesuai dengan keinginan mereka sendiri. Hal tersebut bisa mereka komparasikan dengan produk selanjutnya yang akan dibuat. Sesuatu hal yang cukup mustahil jika mereka masih memanfaatkan produsen lain untuk memasok prosesor pada produk bikinan mereka.

Membuat prosesor sendiri, Xiaomi dapat memberikan perbedaan signifikan pada produk buatannya dengan ponsel pintar buatan perusahaan lain. Apalagi, jika kita tengok kondisi pasar saat ini, satu ponsel pintar dengan ponsel pintar lainnya terutama yang berbasis Android, terhitung memiliki “jeroan” yang sama.

Lei Jun, co-founder Xiaomi mengungkapkan, “kemampuan untuk membuat prosesor sendiri adalah pencapain Pinnacle untuk perusahaan ponsel pintar manapun.” Proses produksi Surge S1 dilakukan oleh Pinnacle, anak perusahaan Xiaomi.

Sebagaimana diberitakan Wired, Xiaomi menghabiskan uang senilai $145 juta untuk mengembangkan Surge S1. Pengembangan prosesornya sendiri dimulai pada tahun 2014. Dengan pengumuman tersebut, Xiaomi mengikuti jejak Huawei, Samsung, dan Apple yang merancang prosesor buatannya sendiri alih-alih membeli, untuk ponsel pintar yang mereka produksi.

Prosesor ponsel pintar, mayoritas memanfaatkan desain arsitektur ARM. Secara sederhana, ARM merupakan desain prosesor yang mengutamakan efisiensi energi. Sedangkan prosesor berarsitektur X86 yang dikenal melalui produk-produk bikinan Intel dalam tagline “intel inside” mengutamakan performa. Karena mengutamakan performa, prosesor berarsitektur X86 menguras banyak energi. Hal demikian kurang disukai perangkat-perangkat mobile yang sangat sensitif terhadap penggunaan energi.

Menurut laporan The Guardian, cikal bakal prosesor berarsitektur ARM dikembangkan oleh Acorn Computer dan Apple untuk perangkat bikinan Apple bernama Newton. Kini, prosesor berarsitektur ARM adalah penguasa dalam perangkat-perangkat mobile. Data yang dipacak Statista menyebutkan produsen pembuat prosesor berarsitektur ARM yang paling berkuasa adalah Qualcomm.

Mereka menguasai pangsa pasar sebesar 50,8 persen di kuartal ke-3 2011. Produk yang cukup terkenal dari Qualcomm soal urusan prosesor perangkat mobile adalah Snapdragon.

Prosesor bikinan Apple, Samsung, Huawei, dan kemudian Xiaomi juga memanfaatkan rancagan arsitektur ARM. Membuat prosesor sendiri, adalah salah satu langkah bagi perusahaan teknologi untuk menjauh dari Qualcomm dan produsen lainnya.

Dalam dunia ponsel pintar, Apple masih menjadi yang paling unggul dengan urusan membuat prosesor sendiri bagi produk buatan mereka, iPhone. Apple memulai dengan membuat prosesor APL0098 yang mereka benamkan pada iPhone generasi awal di tahun 2007. Kemudian, mereka terus melakukan pembaruan lini prosesor yang mereka tempatkan pada iPhone dan mulai memberikan nama prosesornya seri Ax. Huruf x merujuk pada seri yang dikeluarkan.

Diwartakan The Verge, pada seri prosesor A10 bikinan Apple, kemampuan inti-tunggal atau single-core prosesor tersebut terbukti lebih unggul daripada laptop kelas menangah yang menggunakan prosesor Intel. Hal tersebut merupakan pencapaian Apple yang hendak ditiru perusahaan teknologi lain soal urusan membuat prosesor mereka sendiri.

Setelah Apple, Samsung adalah perusahaan lain yang membuat prosesor untuk dibenamkan pada ponsel pintar bikinan mereka. Samsung memulai dengan prosesor S5PC110 yang mereka benamkan pada perangkat Galaxy S di tahun 2010 silam. Dalam pengembangannya, mereka mengubah penamaan menjadi Exynos. Diberitakan CNET, prosesor Exynos kini memiliki kemampuan yang cukup mumpuni. Exynos memiliki fitur “hibernation” yang bisa menghemat baterai saat video dibutar di perangkat Galaxy.

Kyushik Hong, salah satu petinggi Samsung berujar, “ini [Exynos] berbasis sama dengan proses teknologi (28 nanometer), tapi kami mencoba [membuat prosesor Exynos] untuk memaksimalkan keuntungan pengguna dengan meningkatkan CPU.”

Selain itu, ada perusahaan teknologi seperti Huawei dengan seri Kirin yang telah mereka gunakan bagi beberapa seri ponsel pintar buatan sendiri. Menurut leporan The Verge, Google juga kini sedang mengembangkan prosesor bikinan sendiri, terutama untuk mendampingi sistem operasi ponsel pintar sejuta umat, Android.

Dengan membuat prosesor sendiri, Google dapat meningkatkan kemampuan Android secara lebih mendalam. Hal yang selama ini belum mereka rasakan.

Infografik Merancang Prosesor Sendiri

Mengapa Mereka Membuat Prosesor Sendiri?

Prosesor pada ponsel pintar selain merupakan otak bagi si perangkat pintar sendiri juga merupakan bisnis yang menggiurkan. The Verge mengungkapkan, orang-orang membeli ponsel pintar lima kali lebih sering daripada membeli sebuah unit PC. Dengan membuat prosesor sendiri, perusahaan teknologi bisa berhemat dan membuat margin keuntungan bagi produk buatan mereka bisa meningkat.

Sebagaimana telah disinggung di awal, membuat prosesor sendiri bagi perusahaan teknologi, artinya bisa mengekploitasi produk mereka lebih mendalam. Fitur-fitur baru bisa diciptakan dengan jauh lebih baik daripada hanya membeli prosesor jadi yang tentu susah untuk diekploitasi lebih jauh.

Selain itu, terutama bagi perusahaan teknologi asal Cina, membuat prosesor sendiri artinya menghemat pengeluaran yang cukup besar. Forbes mengungkapkan, Cina merupakan pembeli prosesor terbesar di dunia. Mereka membelanjakan uang senilai $200 milyar untuk membeli prosesor. Hal ini sesuai dengan data sebagaimana diwartakan The Economist yang mengungkapkan bahwa Cina memproduksi hampir 70 persen ponsel di dunia.

Selain itu, perusahaan teknologi asal Cina dan pemerintah Cina sendiri sedang berupaya menjadi penguasa dunia melalui teknologi. Sebagai awal, mereka mencoba menguasai melalui ponsel pintar. Dengan membuat prosesor ponsel pintar sendiri, hal demikian akan semakin mudah diwujudkan.

Apple, Samsung, Huawei, dan disusul Xiaomi telah mengubah jalan mereka membuat produk ponsel pintar. Diperkirakan, perusahaan teknologi lain juga akan menyusul langkah mereka. Jika sudah begini, tentu pengguna juga akan menikmati keuntungannya. Akan ada fitur-fitur yang lebih baik yang akan tersedia di ponsel pintar di masa depan.

Baca juga artikel terkait PONSEL CINA atau tulisan lainnya dari Ahmad Zaenudin

tirto.id - Teknologi
Reporter: Ahmad Zaenudin
Penulis: Ahmad Zaenudin
Editor: Maulida Sri Handayani