Menuju konten utama

Berkah dan Kutukan Peran di Layar Lebar

Peran yang ikonik ternyata bisa jadi bumerang. Kesuksesan MaCaulay Culkin adalah contohnya.

Berkah dan Kutukan Peran di Layar Lebar
Macaulay Culkin, pemeran Kevil McCallister dalam film Home Alone. FOTO/Istimewa

tirto.id - Ada banyak penggemar patah hati ketika Hugh Jackman memutuskan berhenti untuk jadi Wolverine. Hugh sudah amat lama memerankan Wolverine, karakter mutan yang seluruh organ dalamnya dilapisi adamantium, logam terkeras di dunia. Hugh pertama kali memerankan Logan, alias Wolverine, di film X-Men perdana yang dirilis tahun 2000. Setelah itu, total Hugh memerankan Wolverine di 9 film, baik di waralaba X-Men maupun spin-off Wolverine.

Semua penggemar tahu bagaimana Logan akan mati, dan bagaimana Hugh Jackman akan menutup tirai sebagai Wolverine dengan sehormat-hormatnya. Di Logan (2017), Hugh akhirnya memutuskan untuk berhenti sebagai Wolverine.

"Ini akan jadi peran terakhirku sebagai Wolverine. Ini adalah saat yang tepat. Jujur saja, 17 tahun menjadi Wolverine adalah kehormatan besar. Dan film Logan akan menjadi pintu keluar yang paling tepat," katanya saat menghadiri acara bincang Dr. Oz.

Selama 17 tahun memerankan Wolverine, ada banyak adegan yang begitu berkesan bagi para penggemar. Mulai dari terpaksa membunuh perempuan yang dicintainya, bertarung dengan Deadpool, menyelamatkan seorang tentara Jepang, hingga di Logan: Hugh berhasil memotret mutan yang menua, punya keinginan kabur dari manusia, namun punya ikatan dengan Laura, mutan cilik yang memiliki kesamaan dengannya.

Rentang 17 tahun juga bukan waktu yang sebentar bagi penggemar. Disadari atau tidak, ini sebenarnya berbahaya bagi Hugh sendiri. Ia terlalu lekat dengan imej Wolverine. Memang, ia masih memerankan karakter lain di banyak film. Ia juga beberapa kali mendapatkan pujian saat memainkan karakter lain di luar Wolverine. Tapi jujur saja, tak ada yang benar-benar diingat publik selain perannya sebagai Wolverine.

Hugh sebenarnya sadar itu. Dalam sebuah wawancara seusai perilisan X-Men: The Last Stand (2006), Hugh mengungkapkan kekhawatirannya akan karakter yang terlalu lekat dengannya.

"Aku khawatir peranku akan makin terbatas. Dan sutradara yang aku gemari tak tertarik bekerja sama denganku untuk peran-peran di luar film super hero," ujar Hugh.

Selepas peran terakhir sebagai Wolverine, tentu menarik menunggu apakah Hugh bisa melepaskan diri dari imej super hero. Sebab tak banyak aktor yang bisa melepaskan diri dari karakter yang begitu lekat dengannya. Namun, banyak orang menganggap Hugh akan berhasil melewati fase perubahan ini. Ia berangkat dari sekolah akting di Universitas Edith Cowan (walau lulus sebagai sarjana komunikasi tiga tahun sebelumnya), berhasil melakoni berbagai macam peran.

Mulai dari peran sebagai Jean Valjean di film Les Miserables (2012) yang membuahkan nominasi Oscar pertamanya, jadi bapak yang mencari anaknya yang hilang di film Prisoners (2013), hingga peran antagonis sebagai mantan tentara yang jadi pembuat robot di Chappie (2015). Tapi banyak aktor tak seberuntung itu.

Gagal Lepas Dari Peran Ikonik

Keluarga McCallister sedang menyiapkan liburan natal ke Paris. Sebagai pasangan dengan 5 anak, semua serba membingungkan dan bikin panik. Ditambah lagi anak paman dan keponakan yang berjumlah 8 orang, membuat ada 15 orang yang berangkat dari satu rumah. Apalagi saat mereka bangun terlambat dan dengan tergesa harus mengejar penerbangan. Pasangan McCallister lupa membawa satu orang: Kevin McCallister.

Masalahnya, ada dua orang perampok yang mengincar rumah kosong saat natal. Dan salah satu yang diincar adalah rumah McCallister. Maka Kevin yang baru berusia 8 tahun harus memutar otak untuk menghalau pencuri masuk ke dalam rumah.

Film berjudul Home Alone ini melambungkan nama Macaulay Culkin yang memerankan Kevin. Kelucuan, kecerdikan, dan kepolosannya membuat banyak penonton jatuh cinta dengan karakter ini. Film Home Alone sukses besar. Dengan modal sekitar 18 juta dolar, film ini meraup pendapatan sebesar 476 juta dolar. Dua tahun kemudian, Culkin membintangi sekuel Home Alone. Film ini juga mendapat sukses besar.

Namun setelah itu, karier Culkin mulai meredup. Selepas Home Alone 2, Culkin hanya membintangi 11 film. Nyaris tak ada yang berhasil. Bahkan film Getting Even with Dad, The Page Master, dan Richie Rich yang kesemuanya dirilis pada 1994, membuatnya masuk nominasi sebagai aktor terburuk di ajang Golden Raspberry Award dan Stinkers Bad Movie Awards.

Banyak orang merasa Culkin mendapat kesuksesan yang terlampau besar di usianya yang masih amat belia. Kesuksesannya di Home Alone membuat banyak produser film meliriknya. Membuat anak usia 8 tahun jadi amat sibuk. Ia kehilangan waktu bermain dan bersenang-senang. Maka wajar kalau Culkin kemudian seperti kabur dari lampu sorot di usia remaja. Culkin seolah tak bisa melepaskan diri dari citra sebagai Kevin McCallister yang polos, menggemaskan, juga cerdik. Ketika Ia beranjak dewasa, Culkin kesulitan mendapat peran lain. Film-filmnya selepas Home Alone dan Richie Rich nyaris tak ada yang terdengar gaungnya.

Hal yang sama juga terjadi pada Sean William Scott. Kita mengenalnya lewat peran di American Pie sebagai Steve Stifler, remaja riang, mesum dan suka pesta. Scott amat menghayati peran itu, sehingga membuat orang susah membedakan karakter dalam film dan persona asli di dunia nyata. Selanjutnya, peran yang dimainkan oleh Scott tak jauh-jauh dari karakter homogen seperti itu: slengean, riang, banyak bicara, dan suka omong besar.

Setelah American Pie, nyaris tak ada peran Scott yang benar-benar membuat orang terkesan. Salah satunya karena terlalu banyak orang yang mengingatnya sebagai Stiffler, dan perannya juga nyaris tipikal. Scott sendiri mengakuinya.

"Aku sebenarnya bersenang-senang dengan peran sebagai Stifler. Tapi aku enggak ingin selamanya dikenal sebagai Stifler," ujarnya dalam wawancara bersama MTV News.

Film-film lain Scott seperti Dude, Where's My Car?, The Dukes of Hazzard, Mr. Woodcock, dan Just Before I Go mendapat rating buruk. Begitu pula soal raihan box office. Investor mengeluarkan 17 juta dolar untuk film Southland Tales tapi hanya mendapatkan 273 ribu dolar. Bulletproof Monk yang didanai sebesar 52 juta dolar hanya meraup 23 juta dolar, atau Balls Out: Gary the Tennis Coach yang bermodal 15 juta dolar tapi tak sanggup menembus pemutaran di bioskop.

Kita juga bisa menyebutkan nama-nama aktor yang masih berusaha keras lepas dari peran ikoniknya. Mulai trio Daniel Radcliffe, Rupert Grint, dan Emmat Watson dari film Harry Potter, Elijah Wood yang seperti kesusahan melepaskan diri dari citra Frodo Baggins, hingga Robert Pattinson yang berusaha lepas dari imej vampir di film Twilight.

Selain karakter yang terlalu lekat, musuh lain para aktor dan aktris adalah peran yang tipikal. Alias perannya selalu serupa, hampir sama dari satu film ke film lain. Ini bisa jadi berbahaya bagi karier sang pemeran, sebab mereka cenderung susah keluar zona nyaman dan mencoba peran baru.

Sebut saja Jackie Chan. Selama kariernya, Jackie selalu mendapat peran protagonis: baik hati, jago kungfu, dan kocak. Begitu pula Jason Statham, Jean Claude Van Damme, Sylvester Stallone, hingga Chuck Norris yang perannya tak jauh dari jagoan di film aksi. Jennifer Anniston sejak sukses di serial Friends, nyaris tak pernah lepas dari karakter perempuan manis, lucu, dan menyenangkan di berbagai film drama komedi.

Infografik Ikon yang Melekat

Keluar dari Zona Nyaman

Peran tipikal, juga karakter ikonik, bisa dibilang berkah, bisa pula disebut kutukan. Jadi berkah kalau karakter dan peran itu bisa mengangkat namanya, semisal saat Hugh Jackman jadi dikenal luas berkat perannya sebagai Wolverine. Selepas Robert De Niro memerankan Vito Corleone di film legendaris The Godfather II, namanya semakin menjulang dan menjadi salah satu aktor terbaik sepanjang masa. Tapi peran ikonik ini bisa jadi kutukan seperti yang menimpa Sean William Scott.

Yang bisa dilakukan untuk lepas dari karakter ikonik ini adalah berusaha menjalani peran dengan karakter yang amat berbeda. Keluar dari zona nyaman. Ada beberapa nama aktor dan aktris yang bisa keluar dari zona nyamannya. Misalkan Asthon Kutcher. Namanya di dunia peran menjulang berkat peran di serial That '70's Show. Namun di layar lebar, Ia dianggap punya tipikal serupa Sean William Scott: cocok main di film komedi dengan sedikit bumbu seks. Misalkan di film Dude, Where's My Car, Just Married, hingga My Boss's Daughter. Namun dia berhasil lepas dari zona nyaman dan membintangi The Butterfly Effect yang dipuji banyak kritikus. Hingga dia memerankan Steve Jobs di film Jobs.

Keluar dari zona nyaman memang tak mudah. Tapi itu harus dilakukan jika memang ingin lepas dari karakter yang terlalu melekat, atau peran tipikal. Mencoba berbagai karakter dan peran seperti yang sering dilakukan Christian Bale adalah salah satu contoh upaya melepaskan diri dari satu karakter saja.

Begitu pula yang dilakukan oleh Hugh Jackman. Meski sudah 17 tahun berada di zona nyaman, Hugh masih banyak berakting di film yang menguji kemampuan aktingnya. Hasilnya, Ia mendapat berbagai penghargaan di luar peran sebagai Wolverine. Setelah tak jadi Wolverine, apakah Ia akan tetap berkibar di layar lebar? Tentu menarik ditunggu.

Baca juga artikel terkait HOME ALONE atau tulisan lainnya dari Nuran Wibisono

tirto.id - Film
Reporter: Nuran Wibisono
Penulis: Nuran Wibisono
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti