Menuju konten utama

Benteng Marlborough Bengkulu Dikunjungi 4 Ribu Wisatawan

Benteng Marlborough merupakan cagar budaya bersejarah yang dibangun Kolonial Inggris pada tahun 1700 yang didirikan oleh East India Company

Benteng Marlborough Bengkulu Dikunjungi 4 Ribu Wisatawan
Benteng Peninggalan Inggris Fort Marlborough Bengkulu. FOTO/ANTARA/Awi

tirto.id - Sejak dibuka pada H+1 Lebaran 2017, tercatat sebanyak 4000 orang mengunjungi objek wisata bersejarah Benteng Marlborough di Bengkulu

"Pengunjung mencapai 4.000 orang dalam tiga hari, sebagian besar warga dari luar kota," kata Kepala Seksi Pemasaran dan Pemanfaatan Objek Wisata dan Aset Daerah Dinas Pariwisata Provinsi Bengkulu di objek wisata itu, Rabu (28/6/2017).

Ia mengatakan cagar budaya benteng bersejarah yang dibangun Kolonial Inggris di Bengkulu pada 1700 tersebut dibuka sejak pukul 09.00 WIB dengan karcis masuk sebesar Rp5.000 untuk orang dewasa dan Rp3.000 untuk anak-anak.

Para pengunjung didominasi warga dari sejumlah kabupaten di Provinsi Bengkulu yang mengisi libur Lebaran dengan mengunjungi objek wisata dalam Kota Bengkulu.

Di benteng ini pengunjung dapat menikmati paronama pesisir Pantai Tapak Paderi, selain menyaksikan bangunan benteng yang masih asli.

Pengunjung juga dapat menambah wawasan tentang sejarah pembangunan benteng tersebut dan perlawanan masyarakat Bengkulu terhadap pendudukan kolonial.

"Benteng wajib dikunjungi kalau berwisata ke Bengkulu, karena sudah jadi simbol Bengkulu," kata Lensi Susanti, pengunjung asal Desa Napal Putih, Kabupaten Bengkulu Utara.

Benteng Marlborough didirikan oleh East India Company (EIC) pada 1713-1719 di bawah pimpinan gubernur Joseph Callet sebagai benteng pertahanan Inggris.

Konon, benteng ini merupakan benteng terkuat Inggris di wilayah Timur setelah benteng St. George di Madras, India Benteng ini didirikan di atas bukit buatan, menghadap ke arah Kota Bengkulu dan memunggungi Samudera Hindia di tepi Pantai Tapak Paderi.

Baca juga artikel terkait PARIWISATA atau tulisan lainnya dari Yandri Daniel Damaledo

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Yandri Daniel Damaledo
Penulis: Yandri Daniel Damaledo
Editor: Yandri Daniel Damaledo