tirto.id - Truk tangki PT Pertamina Patra Niaga mengalami kecelakaan dan terbakar di tol Tol Wiyoto Wiyono, tepatnya di atas gerbang tol Rawamangun, Jakarta Timur, Ahad (21/7/2019) dini hari. Kejadian itu mengakibatkan sopir dan kernet truk serta pengemudi minibus meninggal.
Menurut polisi, truk yang memuat 24 kiloliter BBM itu terbakar usai kepala truk terlepas dari muatan, dan ditabrak tangki yang tertinggal ditabrak minibus. Polisi menduga sopir mengantuk sehingga truk menabrak pagar pembatas tol.
"Kendaraan minibus [mobil pribadi merek Calya] dari arah yang sama menabrak tangki lalu terbakar,” ucap Kasubdit Gakkum Ditlantas Polda Metro Jaya Kompol Muhammad Nasir.
Sementara itu, keterangan berbeda disampaikan Ayulia, Corporate Communication and CSR PT Pertamina Patra Niaga. Ia berkata truk tangki sempat berjalan normal tetapi oleng usai ditabrak mobil minibus yang awalnya berjalan tak terkendali. Truk pun terbakar usai ditabrak minibus.
Hingga kini, Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) masih menyelidiki penyebab kecelakaan tersebut. Namun, sebuah pesan yang mencatut nama KNKT tersebar di aplikasi pesan WhatsApp, menyebut kecelakaan itu disebabkan karena ada kelemahan bahan aluminium pada tangki yang digunakan Pertamina.
Menurut pesan tersebut, akibat pemilihan bahan aluminium ini, tangki menjadi mudah retak, tidak tahan benturan dan tidak memiliki perlindungan sisi, padahal, KNKT sudah merekomendasikan penggunaan bahan baja tetapi ditolak Pertamina karena lebih berat.
Humas KNKT, Indaryanto mengatakan masih memeriksa kebenaran pesan tersebut. Namun ia memastikan KNKT tak pernah memberikan rekomendasi penggunaan material tertentu untuk tangki.
"KNKT tidak pernah memberikan rekomendasi penggunaaan baja atau aluminium," ucap Indaryanto saat dihubungi reporter Tirto, Senin (22/7/2019).
Sejauh ini, KNKT memang sedang menginvestigasi kecelakaan tersebut dan hasilnya akan disampaikan paling lambat satu bulan ke depan.
Soal pesan ini, Ayulia mengaku tak pernah tahu rekomendasi tersebut. "Kami belum dapat (rekomendasinya)," ucap Ayulia.
Untung Rugi Penggunaan Aluminium
Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo), Kyatmaja Lookman menilai material aluminium memang lebih lemah dibanding baja. Alhasil ketika terjadi insiden, kata dia, badan tangki bisa sobek dan menumpahkan muatan.
"Jadi kebakaran seperti kemarin," kata Kyatmaja saat dihubungi reporter Tirto, Senin (22/7/2019).
Kyatmaja menjelaskan pemilihan material ini memang berpengaruh pada operasional truk. Ia mengatakan jika tangki menggunakan baja maka beban truk akan bertambah. Akibatnya muatan bahan bakar yang dibawa akan turut berkurang sehingga berujung pada inefisiensi.
Meski begitu, Kyatmaja belum bisa memastikan jika penggunaan material baja direkomendasikan untuk truk tangki. Ia hanya mengingatkan penggunaan material apapun harus tetap memperhatikan aspek keselamatan dan keamanan.
"Seharusnya semua material yang digunakan tidak boleh abaikan safety," kata dia.
Sementara itu, pengamat Indonesia Road Safety Partnership, Hartono Gani mengatakan penggunaan aluminium alloy sebagai material tangki merupakan hal yang umum. Ia mencontohkan perusahaan Shell yang beroperasi di Indonesia sama-sama menggunakan material serupa.
Lagi pula, menurut Gani, tak semua aluminium itu lemah seperti pesan yang beredar di WhatsApp. "Di negara-negara maju, ya, aluminium alloy. Kalau dia bilang aluminium alloy rentan terhadap jalan jelek harusnya liat Shell yang sudah ada di Indonesia,” ucap Gani saat dihubungi reporter Tirto.
Gani menambahkan selama pembuatan truk memperhatikan suspensi, jenis air bag, rem capit (disc brake), ban jenis radial, dan rem angin (full air brake) yang benar, maka hal itu tak menjadi masalah. Gani ragu bila kelemahan material semata dianggap jadi penyebab terjadinya kebakaran saat kecelakaan.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Gilang Ramadhan