tirto.id - Pengguna aplikasi Facebook bernama Ratu Audina membagi sebuah foto tangkapan layar dari suatu kabar di internet, pada 11 Maret 2019, 11:32 PM. Isinya soal pemecatan Prabowo Subianto.
Dalam foto yang Ratu bagikan, terdapat foto Presiden RI ke-2 BJ Habibie disertai teks: “BJ Habibie: Prabowo Dipecat Karena Ingin Mengkhianati Negara” Foto tersebut ditimpa tulisan bercetak tebal “VALID!!!”
Sayangnya, tak nampak keterangan dari mana tangkapan layar itu berasal, baik nama situsweb maupun alamat URL. Keterangan yang dapat dilihat hanya perihal teks waktu “July 31, 2017” dan label “Detik.com” pada kanan bawah foto BJ Habibie.
KLAIM
Tanpa keterangan sumber yang jelas, unggahan Ratu Audina itu berusaha membuat klaim bahwa BJ Habibie pernah menyatakan “Prabowo Dipecat Karena Ingin Mengkhianati Negara”. Benarkah klaim itu?
FAKTA
Artikel tertangkap itu bisa jadi merupakan gubahan dari berita online yang pernah terbit. Melalui pemeriksaan unsur artikel (foto tangkapan layar berita) ke dalam mesin pencari di internet, ditemukan bahwa foto yang sama muncul dalam berita Detik.com, 31 Juli 2017 berjudul “Prabowo Dipecat atau Diberhentikan? Ini Cerita BJ Habibie”.
Setelah membandingkan keduanya, didapati bahwa judul dalam foto unggahan Ratu Audina di Facebook berbeda dengan pemberitaan Detik. Bisa jadi, sumber berita berasal dari dua artikel berbeda. Hal ini diperjelas dengan temuan lain: memang pernah ada artikel terbit dengan judul “BJ Habibie: Prabowo Dipecat Karena Ingin Mengkhianati Negara”. Namun, tulisan itu bukanlah produk Detik.com.
Artikel itu dimuat republiknkri.org. Sayang, URL artikel tersebut sudah tidak dapat diakses. Namun, dengan memperhatikan bahwa ada label "detik.com" di foto unggahan Ratu Audina di Facebook; besar kemungkinan artikel tersebut telah mengubah judul (dan mungkin isi) artikel Detik.
Akhir Karier Militer Prabowo Selalu Menjadi Kontroversi
Bahasan mengenai akhir karier Prabowo Subianto dari militer memang selalu kontroversial. Ia berkisar pada pertanyaan: apakah akhir karier militer Prabowo hasil dari pemecatan atau pemberhentian secara terhormat?
Artikel Detik.com menjelaskan soal tersebut menggunakan versi penuturan Habibie dalam buku berjudul Detik-Detik yang Menentukan. Jalan Panjang Indonesia Menuju Demokrasi (2006). Karena buku tersebut adalah memoar Habibie, segala cerita yang terdapat di dalamnya adalah menurut pengakuan Habibie.
Dalam halaman 111 buku tersebut, momen yang diungkap adalah soal Prabowo menghadap B.J. Habibie di Istana Merdeka untuk mempertanyakan pencopotannya dari jabatan Pangkostrad. Kejadiannya berlangsung pada 22 Mei 1998.
“Ini suatu penghinaan bagi keluarga saya dan keluarga mertua saya Presiden Soeharto, Anda telah memecat saya sebagai Pangkostrad," kata Prabowo, seperti tertulis dalam buku tersebut.
“Anda tidak dipecat, tetapi jabatan Anda diganti,” jawab Habibie.
“Mengapa?” tanya Prabowo.
Habibie, menurut buku itu pula, menerangkan bahwa penggantian itu terjadi setelah adanya laporan Panglima ABRI Wiranto tentang adanya gerakan pasukan Kostrad menuju Jakarta, tepatnya wilayah Kuningan dan Istana Merdeka.
Patut menjadi catatan bahwa akhir karier militer Prabowo bukanlah saat ia dicopot dari jabatan Pangkostrad. Setelah dicopot dari jabatan itu, Prabowo sempat menjadi Komandan Sekolah Staf dan Komando ABRI.
Dalam buku yang sama pula, tidak ditemukan adanya klaim tersurat bahwa Habibie pernah mengatakan bahwa Prabowo dipecat karena ingin mengkhianati negara. Dengan demikian, kabar bahwa Habibie mengatakan Prabowo dipecat karena ingin mengkhianati negara adalah informasi yang tidak benar.
Kalaupun klaim dalam foto unggahan Ratu Audina di Facebook memang menggunakan artikel Detik.com sebagai sumber, cara ini dapat disebut sebagai fabrikasi konten atau gubahan sebuah informasi menjadi informasi baru dengan mengubah judulnya.
Padahal, isu yang sebenarnya dikupas dalam artikel Detik.com hanya potongan cerita Habibie, khususnya momen Habibie ditanya Prabowo soal pencopotannya dari jabatan Pangkostrad.
Isu lama ini pernah muncul pada Pilpres 2014. Menjelang pelaksanaan Pilpres 2014 (ketika Prabowo juga menjadi kandidat), isu ini juga ramai di media sosial.
Majalah Gatra No.33 / XX 25 Jun 2014, misalnya, menurunkan artikel yang membahas soal bocoran dokumen masa lalu Prabowo. Sebuah salinan surat rekomendasi Dewan Kehormatan Perwira (DKP) soal Prabowo beredar luas kala itu. Gatra menyebut, “Mabes TNI menjamin tidak ada surat rahasia yang bocor, namun wakil Ketua dan anggota DKP membenarkan substansi dokumen dan validitas tanda tangan."
Dokumen lain yang turut beredar saat itu adalah salinan Keputusan Presiden Nomor 62/ABRI/1998 tentang pemberhentian dengan hormat Letjen TNI Prabowo Subianto dari dinas keprajuritan ABRI dengan hak pensiun perwira tinggi. Laporan Gatra yang sama menyebut Habibie menandatangani Keppres itu pada 20 November 1998.
Sayangnya, sampai saat ini, penjelasan resmi dari pemerintah terkait dengan situasi dan keputusan yang dibuat untuk Prabowo kala itu tidak pernah diungkap. Dalam situs resmi dokumentasi arsip sistem informasi perundangan Sekretariat Kabinet RI, misalnya, dokumen-dokumen tersebut memang tidak muncul jika dicari.
Bahkan, suara resmi pemerintah saat dokumen-dokumen itu bocor ke publik kala itu hanyalah: Presiden menyesalkan surat-surat tersebut tersebar luas tidak pada tempatnya. Dikutip Gatra, Juru Bicara Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (Presiden RI saat itu), Julian Aldrin Pasha, mengatakan bahwa presiden menyesal dan mengatakan hal itu, “patut menjadi perhatian institusi khususnya TNI."
KESIMPULAN
Dari pemeriksaan fakta di atas, klaim ucapan Habibie soal Prabowo dalam unggahan Ratu Audina itu dapat disebut informasi yang tidak sepenuhnya benar. Pemeriksaan juga menemukan bahwa kemungkinan artikel yang menjadi foto tangkapan layar unggahan Ratu adalah gubahan judul sebuah berita media online.
Informasi yang beredar ini masuk dalam kategori disinformasi atau informasi yang secara sengaja berusaha mengarahkan atau menampilkan tafsiran informasi yang salah, yakni bahwa Prabowo pernah ingin berkhianat kepada negara.
Jika merujuk teks memoar dalam buku BJ Habibie, hal yang paling mendekati klaim soal “pengkhianatan” adalah informasi tentang “adanya laporan dari Panglima ABRI tentang adanya gerakan pasukan Kostrad menuju Jakarta, Kuningan dan Istana Merdeka." Namun, dalam buku tersebut tidak ada kata eksplisit "khianat" atau “pengkhianatan”.
Editor: Maulida Sri Handayani