tirto.id - Badan Geologi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) melalui laman resminya mengatakan bahwa Gunung Semeru yang berada di Jawa Timur mengalami erupsi tidak menerus.
Menurut PVMBG erupsi ekplosif dan efusif yang terjadi di Gunung Semeru, menghasilkan aliran lava ke arah lereng selatan dan tenggara, serta lontaran batuan pijar di sekitar kawah puncak.
Meski mengalami erupsi tidak terus menerus, hingga saat ini status Gunung Semeru masih level II (waspada).
Kode Volcano Observatory Notice for Aviation (VONA) terakhir terkirim kode warna ORANGE, terbit pada 18 November 2020, pukul 06:34:00 WIB. Abu vulkanik teramati dengan ketinggian 3876 meter di atas permukaan laut atau sekitar 200 meter di atas puncak.
Aktivitas Gunung Semeru Terkini
Visual
Gunung Semeru terlihat jelas hingga tertutup kabut. Teramati asap kawah utama berwarna putih dengan intensitas tipis tinggi sekitar 50-100 meter dari puncak. Cuaca cerah hingga hujan, angin lemah hingga sedang ke arah utara. Suhu udara sekitar 22-23°C.
Kegempaan
Melalui rekaman seismograf pada 29 November 2020 tercatat:
1 kali gempa Letusan/Erupsi
1 kali gempa Awan Panas Guguran
30 kali gempa Guguran
1 kali gempa Harmonik
1 kali gempa Tektonik Jauh
Rekomendasi PVMBG
1. Masyarakat tidak melakukan aktivitas di dalam radius 1 km dan wilayah sejauh 4 km di sektor lereng selatan-tenggara kawah aktif yang merupakan wilayah bukaan kawah aktif Gunung Semeru (Jongring Seloko) sebagai alur luncuran awan panas.
2. Mewaspadai gugurnya kubah lava di Kawah Jongring Seloko.
Sementara itu, beberapa waktu terakhir peningkatan aktivitas gunung berapi ramai menjadi perbincangan banyak orang.
Setelah Gunung Merapi yang statusnya naik dari waspada menjadi siaga pada awal November, Gunung Ili Lewotolok juga mengalami peningkatan aktivitas dan erupsi pada Minggu (29/11/2020).
Selain dua gunung tersebut, aktivitas Gunung Semeru juga mengalami peningkatan dan erupsi.
Melansir media sosial resmi BNPB, letusan gunung berapi merupakan salah satu bencana yang kerap terjadi di Indonesia. Khususnya di sepanjang perbatasan lempeng bumi yang disebut cincin api (ring of fire). Cincin api adalah rentetan gunung berapi berbentuk tapal kuda sepanjang 40.000 km di tepian Samudra Pasifik.
Sehingga penting agar kita memahami soal mitigasi bencana karena Indonesia merupakan negara yang berada di tengah ring of fire.
Selain letusan gunung berapi, yang perlu diwaspadai adalah ancaman gempa yang sewaktu-waktu dapat terjadi di Indonesia.
Dengan memahami mitigasi bencana yang harus disiapkan dan dilakukan jika sewaktu-waktu terjadi bencana alam bisa meminimalisir terjadinya korban benda.
Pada 2018, BNPB menerbitkan Buku Saku Menghadapi Bencana untuk mencegah dampak kerugian akibat bencana alam atau peristiwa lainnya.
Buku saku tersebut membahas tentang upaya peningkatan kesiapsiagaan terhadap bencana.
Salah satunya adalah dengan menyiapkan tas siaga bencana (TSB), untuk berjaga-jaga apabila terjadi suatu bencana atau kondisi darurat lain.
Tas siaga bencana disarankan sebagai cadangan bertahan hidup apabila bantuan belum datang.
Selain itu, tas tersebut dapat memudahkan saat evakuasi dari lokasi bencana menuju tempat yang lebih aman.
Tas siaga bencana berisi barang-barang pokok dan penting yang wajib ada ketika sebuah bencana atau kondisi darurat terjadi sesuai kebutuhan masing-masing anggota keluarga.
Apa saja isi tas siaga bencana?
Berikut adalah rekomendasi isi dari tas siaga bencana (TSB) dilansir dari Buku Saku Siaga Bencana:
1. Surat-surat penting seperti Akta Kelahiran, Ijazah, Surat Kendaraan, Kartu Keluarga, dll.
2. Pakaian untuk 3 hari termasuk selimut, handuk, dan jas hujan
3. Makanan ringan dan tahan lama seperti mie instan, abon, coklat, biskuit, dll
4. Air minum yang setidaknya dapat mendukung kebutuhan selama 3 hari
5. Obat-obatan pribadi atau umum
6. Alat bantu penerangan seperti senter, lilin, korek api, dsb
7. Siapkan uang tunai dalam tas untuk bekal selama kurang lebih 3 hari
8. Peluit sebagai alat bantu pertolongan
9. Masker sebagai alat lindung pernafasan
10. Perlengkapan mandi
11. Radio atau ponsel untuk memantau informasi lebih lanjut mengenai bencana alam. Jangan lupa siapkan pengisi daya atau power bank.
Editor: Agung DH