tirto.id - Emil Elestianto Dardak membantah telah mengikuti sekolah kader PDI-Perjuangan. Keikutsertaan dalam sekolah kader itulah yang menjadi dasar klaim partai moncong putih itu menyebutnya sebagai kader. Menurut Emil, yang ia ikuti adalah sekolah calon kepala daerah, dan itu tidak meski menjadikannya sebagai kader PDIP.
"Saya ikut sekolah calon kepala daerah (pendidikan yang berbeda dari sekolah kader). Jadi yang diberangkatkan di koalisi dengan PDIP memang tentunya mengikuti pembekalan itu," kata Emil Dardak kepada Tirto, Jumat (24/11/2017).
PDIP bersama Demokrat, PAN, Golkar, Gerindra, Hanura, dan PPP adalah koalisi pengusung Emil Dardak-Mochamad Nur Arifin dalam Pemilihan Kepala Bupati Trenggalek 2015 lalu.
Meski membantah mengikuti sekolah kader, namun Emil enggan menyebut bahwa dirinya bukan merupakan kader PDIP secara tegas. Ia mengaku tidak ingin membahas hal tersebut lebih lanjut. Emil hanya mengatakan bahwa dirinya "menghormati semua partai pengusung".
"Selama ini saya menjaga kebersamaan tujuh Parpol yang ada di koalisi pemerintahan kami," katanya.
Begitu juga dengan isu pemecatan sebagai kader yang muncul selepas ia dinyatakan maju sebagai Cawagub Jawa Timur berpasangan dengan Khofifah melalui Partai Golkar dan Partai Demokrat. Emil menyayangkan PDIP bersikap demikian. Sebab katanya ia telah berkomunikasi dengan salah seorang petinggi PDIP sebelum menerima pinangan.
"Ke Pak Hasto (Hasto Kristiyanto, Sekjen PDIP). Saya menemui beliau dengan niat bicara baik-baik. Hasilnya kita harus saling menghormati apa yang menjadi pilihan masing-masing," kata Emil.
Ketua Dewan Kehormatan PDIP, Komarudin Watubun, sebelumnya mengatakan Emil telah menjadi kader PDIP pada 2016 lalu atau setelah menjadi Bupati. Komarudin menyebut kehadiran Emil dalam sekolah kader di Bogor, Jawa Barat, sebagai dasar klaim. Kata Komarudin, setiap orang yang telah mengikuti mekanisme tersebut secara otomatis resmi menjadi kader PDIP.
"Dia pastinya sudah punya KTA (Kartu Tanda Anggota) resmi," kata Komarudin kepada Tirto, Kamis, (23/11) kemarin.
Namun begitu, Komarudin mengatakan bahwa Emil memang tidak memegang jabatan struktural PDIP manapun, baik di tingkat kota/kabupaten, provinsi, atau pusat. Ia menyebut Dardak sebagai "kader kami yang didelegasikan ke eksekutif".
Sebelumnya PDIP bereaksi keras sesaat setelah Emil resmi maju sebagai Calon Wakil Gubernur (Cawagub) untuk Khofifah. Tidak tanggung-tanggung, Emil Dardak dipecat dari partai berlogo banteng bermoncong putih itu.
"Partai otomatis memberikan sanksi pemecatan," kata Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto dalam keterangan tertulis yang diterima Tirto, Kamis (23/11) kemarin.
Hasto mengatakan PDIP tidak akan dirugikan atas pemecatan ini. PDIP mengaku masih memiliki banyak kader muda dan loyal yang tidak mementingkan kepentingan pribadi.
"Jumlah kepala dan wakil kepala daerah PDI Perjuangan yang berusia di bawah 40 tahun sebanyak 34 orang. Hanya satu orang yang memilih jalan kekuasaan," kata Hasto.
Kader-kader tersebut, kata Hasto, di antaranya adalah Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, Bupati Kulon Progo Hasto Wardoyo, Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi, dan Wali Kota Badung Giri Prasta.
PDIP Klaim Tetap Solid di Jatim Tanpa Emil Dardak
Di tengah polemik status Emil ini, Hasto yakin PDIP akan tetap solid dalam Pilgub Jatim yang mengusung pasangan Syaifullah Yusuf dan Abdullah Aswar Anas. Menurutnya, pasangan ini tidak hanya punya "akar" yang kuat di masyarakat Jatim tapi juga rekam jejak yang baik.
Sebaliknya, Hasto menyebut Demokrat -- sebagai lawan dalam Pilgub Nanti -- tengah mengalami defisit kader muda karena tersangkut masalah korupsi, seperti Nazarudin dan Anas Urbaningrum. Karena alasan itu pula, menurut Hasto, Demokrat menggaet Emil sebagai calon mereka.
"Dalam kapasitas Pak SBY (Ketua Umum Demokrat) sebagai ahli strategi, pilihan jalan pintas saat ini memang merekrut tokoh di luar partai, termasuk anggota partai lain. Itu menjadi opsi utamanya," kata Hasto.
Hasto mengatakan, sebagai partai ideologis, PDIP tidak akan melakukan strategi semacam itu. "Partai tidak pernah terpancing dengan 'jurus' Pak SBY. Karena kami percaya pada mekanisme kaderisasi partai," kata Hasto.
Berbeda dengan Hasto, Pengamat Politik dari Universitas Airlangga Suko Widodo mengatakan dalam Pilkada suara partai tidak begitu berpengaruh ketimbang sosok yang kuat. Sementara Emil Dardak, katanya, sudah masuk ke dalam kategori "sosok kuat" tersebut.
"Pencalonan Emil akan berpengaruh terhadap konstelasi kekuatan dukungan PDIP di area Mataraman (salah satu kawasan kebudayaan di Jawa Timur yang terletak di bagian barat seperti Ngawi, Madiun, Pacitan, dan Kediri)," kata Suko saat dihubungi Tirto, Jumat, (24/11).
Menurutnya, sebagai tokoh muda Emil Dardak cukup mempunyai pengaruh di kawasan tersebut. Karenanya ia menganggap pilihan Khofifah menggandeng Emil sudah tepat.
"Tetapi semua tergantung daya komunikasi Emil memanfaatkan pengaruhnya," kata Suko.
Sampai saat ini telah ada dua pasangan calon yang mendeklarasikan diri berkontestasi di Pilgub Jatim 2018, yakni Syaifullah Yusuf-Abdullah Azwar Anas yang diusung PKB dan PDIP, serta Khofifah Indar Parawansa dan Emil Dardak usungan Golkar dan Demokrat.
Penulis: Rio Apinino
Editor: Rio Apinino