Menuju konten utama

Begini Cara Alpha Female Menjalin Relasi

Meski serba bisa dan berprestasi dalam karier, alpha female sering dituding sebagai pangkal masalah dalam kisruhnya hubungan percintaan dengan pasangan.

Begini Cara Alpha Female Menjalin Relasi
Header Diajeng Alpha Female. tirto.di/Quita

tirto.id - Beda dengan di masa lalu, sosok perempuan kuat yang biasa disebut dengan istilah alpha female kini bukanlah hal langka.

Tak sulit menemukan perempuan-perempuan kuat yang menduduki posisi puncak di tempat kerja, berkiprah di masyarakat, mengelola bisnis sendiri, dan menjadi pencari nafkah utama dalam keluarga.

Dalam laporan tahunan Grant Thornton "Women in Business 2022”, persentase perempuan yang menduduki posisi manajemen senior di perusahaan seluruh dunia mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya, termasuk di Indonesia.

Indonesia menduduki peringkat kelima sebagai negara yang memiliki perempuan di posisi manajemen senior terbanyak secara global.

Bukan hanya dari segi pencapaian level karier, jumlah penghasilan perempuan juga cenderung mengalami peningkatan dibandingkan lawan jenisnya.

Dikutip dari BBC, menurut hasil sensus kependudukan setempat (2019), ada sekitar 26 persen perempuan di Inggris dan 30 persen perempuan di Amerika Serikat yang memiliki gaji lebih tinggi dibandingkan pasangannya.

Angka ini melesat jauh dibandingkan hasil survei yang dilakukan oleh lembaga Pew Research Center tahun 1960. Saat itu, hanya ada sekitar 3,8 persen perempuan di Amerika yang membawa pulang penghasilan lebih banyak dibandingkan pasangannya.

Dr. Adriana S. Ginanjar, M.S., psikolog dari Universitas Indonesia yang juga berpraktik sebagai konselor perkawinan menyatakan bahwa alpha female merupakan istilah modern yang digunakan untuk menggambarkan perempuan yang punya karakteristik kuat.

Tipe perempuan ini mandiri, tahu apa yang dia inginkan, punya niat kuat untuk mencapai keinginan, serta memiliki ketekunan dan resiliensi untuk memperjuangkannya.

“Lingkungan melihat alpha female sebagai perempuan yang cerdas, menarik, selalu belajar, dan melakukan hal-hal yang memberikan hasil baik. Jadi bukan tipe perempuan submisif yang lebih mementingkan penampilan dibandingkan prestasi, serta sibuk dengan hal-hal yang sifatnya kurang substansial seperti aktivitas di media sosial,” jelas Adriana.

Meski demikian, Adriana melanjutkan, pemahaman tentang sosok alpha female menurut sudut pandang Barat dan Timur memiliki sedikit perbedaan.

Dalam budaya Barat, seorang alpha female identik dengan perempuan yang sukses dan berprestasi di bidangnya, dominan, serta memiliki cara berbicara yang sangat lancar. Beda dengan pemahaman dari budaya Timur, seorang alpha female bisa saja memiliki sikap dan tutur kata yang halus.

Walau begitu, ada irisan persamaan di antara kedua definisi tersebut, yaitu seorang alpha female adalah perempuan yang tegas dan memiliki visi, tahu apa yang dia inginkan, serta mau bekerja keras untuk mencapainya.

Header Diajeng Alpha Female

Header Diajeng Alpha Female. foto/istockphtoo

Penjelasan ini sejalan dengan hasil studi yang dilakukan di University of Toronto (2019). Definisi alpha female memang tidak selalu sama persis—tergantung karakter masyarakat setempat dan tradisi yang berlaku. Bukan cuma itu, definisinya juga bisa mengalami perubahan pengertian seiring waktu.

Dulu, karakter alpha female kerap dikaitkan dengan sikap maskulin seperti dominan, ekstrovert, dan konfrontatif.

Namun, saat ini, seorang alpha female identik dengan perempuan yang mampu menampilkan dan memanfaatkan karakter feminin seperti mampu berempati, bisa bekerja sama dengan baik, dan memberikan solusi yang menguntungkan semua pihak.

Terkait hubungan dengan lawan jenis, Adriana menyatakan bahwa seorang alpha female biasanya mencari relasi hubungan yang sifatnya setara. Perempuan dengan karakter alfa ingin memiliki pasangan yang bisa menjadi tempat bertukar ide dan pikiran, bukan yang selalu minta diladeni dan dituruti setiap perkataannya.

“Seorang alpha female tidak menyukai pasangan yang terlalu posesif dan pencemburu. Dia ingin memiliki pasangan yang bisa memberikan kebebasan, kepercayaan, mampu menghargai hal-hal yang dilakukannya, serta memberikan kesempatan untuk menampilkan dan mengaktualisasikan diri,” jelas Adriana.

Harapan ideal dan sikap berdaya dari seorang alpha female inilah yang kerap kali membuat pria merasa terancam. Terlebih pria yang datang dari masyarakat tradisional yang masih menjunjung tinggi budaya patriarki dan struktur sosial yang maskulin.

Terungkap dalam sebuah riset yang dilakukan di Inggris (2019), perempuan yang menyandang fungsi sebagai pencari nafkah utama keluarga masih tetap dituntut untuk mengerjakan sebagian besar tugas domestik. Menurut hasil survei, meski sama-sama menjadi pencari nafkah utama dalam keluarga, ada 45 persen perempuan dan hanya 12 persen pria yang melakoni mayoritas pekerjaan domestik di rumah.

Studi di Cornell University tahun 2010 menyatakan pria berpenghasilan lebih rendah daripada pasangan perempuannya memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk berselingkuh. Menurut Christin Munsch, sosiolog dan peneliti utama dalam riset tersebut, hal ini terjadi karena si pria merasa terancam sehingga berusaha mengembalikan hegemoni maskulinitasnya dengan menjalin hubungan dengan perempuan lain di luar pernikahan.

Dalam hal ini, seringkali perempuan yang menjadi alpha female justru menjadi pihak yang merasa bersalah atas perselingkuhan pasangannya karena “gagal” memenuhi ekspektasi masyarakat terkait posisi perempuan dalam hubungan suami-istri.

“Hal ini bisa menjadi masalah besar bila pada akhirnya para alpha female ini malah membuat keputusan tidak logis seperti menolak promosi kerja hanya karena tidak ingin gajinya sampai melampaui gaji suami. Atau menyediakan diri untuk mengerjakan semua tugas rumah tangga lantaran merasa bersalah karena telah merebut peran suami sebagai pencari nafkah,” ujar Munsch.

Meski sering terjadi, bukan berarti perasaan terancam yang dialami pria ketika berpasangan dengan seorang alpha female merupakan suatu hal yang lumrah dan patut dianggap sebagai suatu kewajaran. Pasalnya, tak semua pria menunjukkan reaksi serupa ketika bersanding dengan seorang alpha female.

“Pada pasangan yang sudah menjalin hubungan sejak lama dan menyaksikan perkembangan karakter satu sama lain dari waktu ke waktu, perasaan terancam yang dialami pria atas eksistensi seorang alpha female biasanya tidak muncul. Ini karena pihak suami bisa mengamati setiap perkembangan dan kemajuan yang dialami istrinya secara bertahap, mulai dari nol hingga menjadi sosok hebat seperti saat ini,” jelas Adriana.

Namun, berhubung kita tidak bisa memilih waktu yang tepat untuk bertemu dengan calon pasangan, maka salah satu solusi untuk menjaga keharmonisan dalam hubungan percintaan seorang alpha female adalah dengan cara menjalin komunikasi yang baik dengan pasangan. Akan ideal pula bila suami maupun istri bersedia saling memahami dan menyesuaikan diri dengan kondisi pasangannya.

Angeline Jolie

Aktris Angeline Jolie kerap disebut berkarakter alpha female dengan segudang aktivitas dan peran sehari-hari sebagai ibu tunggal terhadap enam anak, pekerja film di Hollywood, sampai duta PBB. (Foto oleh Joel C Ryan/Invision/AP, File)

Misalnya, seorang alpha female bisa berusaha menjaga keseimbangan dengan cara mengadopsi nilai-nilai ketimuran, seperti menunjukkan sikap hormat kepada suami, sesekali menyempatkan diri untuk memasak bagi keluarga di akhir pekan, membantu buah hati mengerjakan tugas sekolah, atau mau bergaul akrab dengan keluarga besar.

Pihak suami juga bisa memberikan lebih banyak kebebasan, penerimaan, dan dukungan pada istrinya untuk mengembangkan diri.

Seorang alpha female biasanya memiliki banyak ide dan cadangan energi yang besar sehingga akan merasa sangat tertekan jika tidak bisa mewujudkannya menjadi karya nyata. Apabila aspirasinya dipendam, ujung-ujungnya seorang alpha female akan merasa kehilangan kebahagiaan dalam pernikahan.

Komunikasi yang baik sangat penting agar kedua belah pihak dapat saling mengetahui dan memahami apa yang dipikirkan dan dirasakan pasangannya. Sikap toleransi juga penting dimiliki agar hal-hal yang tidak disukai dari pasangan tidak dianggap sebagai suatu kesalahan, melainkan sekadar sebuah perbedaan yang bisa dicari titik tengah atau jalan keluar.

Selain itu semua, menurut Adriana, tak kalah penting juga untuk memiliki pengelolaan keuangan yang baik dalam rumah tangga.

Seorang alpha female biasanya memiliki sumber pemasukan keuangan sendiri di luar dari gaji suami, yang nominalnya bisa lebih sedikit atau lebih besar. Terkait hal ini, buatlah kesepakatan mengenai penggunaan uang, apakah penghasilan istri akan digunakan untuk kepentingan istri saja atau dipakai juga untuk membiayai operasional keluarga.

Bila ternyata penghasilan istri lebih besar, jangan lantas menunjukkan sikap sombong dan merendahkan suami. Pasalnya, selain berpengaruh pada operasional rumah tangga, pengelolaan keuangan juga bisa berpengaruh pada kehidupan seks.

Bisa jadi, istri jadi menganggap suami tidak menarik lagi karena penghasilannya lebih sedikit. Atau suami jadi kesulitan mempertahankan performa di ranjang karena telanjur inferior.

“Intinya, sikap saling legowo (menerima) dan rendah hati akan menjadi kunci penting untuk menjaga keharmonisan dalam sebuah hubungan yang melibatkan seorang alpha female,” tutup Adriana.

* Artikel ini pernah tayang di tirto.idpada 11 September 2022. Kami melakukan penyuntingan ulang dan menerbitkannya kembali untuk keperluan redaksional diajeng.

Baca juga artikel terkait RELASI ASMARA atau tulisan lainnya dari Nayu Novita

tirto.id - Gaya hidup
Kontributor: Nayu Novita
Penulis: Nayu Novita
Editor: Lilin Rosa Santi & Yemima Lintang