Menuju konten utama

Beda Peninsula dan Train To Busan: Apakah Film Ini Sekuel?

Beda film Train to Busan dan Peninsula yang dijadwalkan tayang di Indonesia pada 12 Agustus 2020.

Beda Peninsula dan Train To Busan: Apakah Film Ini Sekuel?
Screenshot Film TRAIN TO BUSAN PRESENTS: PENINSULA (2020). youtube/Well Go USA Entertainment

tirto.id - Film Train to Busan (2016) yang disutradarai Yeon Sang Ho berhasil membuat penonton merasa tegang, berdebar-debar, dan tersentuh saat menyaksikannya.

Dalam Train to Busan, zombie digambarkan berada di dalam kereta dan orang-orang yang selamat harus bertahan hidup hingga kota selanjutnya.

Empat tahun kemudian, Yeon kembali dengan film serupa, yang diberi judul Peninsula. Banyak orang beranggapan, Peninsula merupakan Train to Busan 2 atau sekuel dari film zombie Yeon yang sukses.

Namun, diwartakan Rotten Tomatoes, Peninsula berbeda dengan Train to Busan. Tidak ada lagi Seok Woo (Gong Yoo) yang menjadi aktor utama dalam Train To Busan.

(Spoiler) Gong Yoo diceritakan meninggal karena menyelamatkan anaknya, dan Yeon memastikan tokoh-tokoh dalam Peninsula sepenuhnya baru, tak berkaitan dengan cerita pertama.

1. Tidak ada Seok Woo dalam Peninsula

Seperti Fast & Furious: Hobbs & Shaw, Peninsula akan berada di dunia yang sama dengan film aslinya, tetapi ini bukan sekuel. Itu berarti pahlawan dalam film pertama, Seok Woo (Gong Yoo) benar-benar mengorbankan diri untuk menyelamatkan putrinya dan tidak akan kembali sebagai salah satu dari zombie atau sedikit tipu daya dan ia selamat.

Yeon telah mengonfirmasi Peninsula mengikuti tokoh-tokoh baru yang sepenuhnya terpisah.

2. Judul Peninsula merujuk pada Korea

Dalam beberapa wawancara awal, sutradara Yeon menjelaskan bahwa dalam film baru, yang ditetapkan empat tahun setelah aslinya, semua otoritas pemerintah Korea Utara dan Selatan telah dihancurkan.

Tidak ada yang pemerintahan Korea yang tersisa untuk diidentifikasi sebagai peradaban. Jadi itu bukan lagi "Korea," melainkan hanya "semenanjung (peninsula)."

3. Pemeran utama yang berbeda

Aktor Gang Dong Won berperan sebagai Jung Seok, seorang prajurit yang berhasil melarikan diri dari "semenanjung" hanya untuk diperintahkan untuk kembali bersama dengan sekelompok tentara baru dalam misi pencarian misterius.

Lalu apa koneksi Peninsula dan Train to Busan?

Menurut sebuah wawancara dengan Collider, Sang-ho menyatakan Peninsula bukanlah sekuel Train to Busan. Bahkan, film ini lebih merupakan "sekuel spiritual", sebuah istilah yang telah dilemparkan oleh pembuat film baru-baru ini, seperti Nia DaCosta dan Jordan Peele mengenai reboot dari Candyman.

Ini berarti, Peninsula membawa hati dan semangat pendahulunya, tetapi berniat untuk berekspansi di alam semesta dan membangunnya sendiri alih-alih menjelajahi karakter dan koneksi yang sama dengan film pertama.

Menurut Screen Rant, ini adalah pilihan yang sangat baik karena ada sedikit orang yang selamat dalam film pertama, dan sementara cerita mereka bisa berlanjut, Sang Ho berfokus pada dunia dan kehidupan di Korea setelah telah dirusak oleh zombie.

Sutradara berkomentar, nama Peninsula, berasal dari kejatuhan di mana "tidak ada yang tersisa kecuali ciri-ciri geografis lokasi".

Peninsula dibuat empat tahun setelah peristiwa Train to Busan, yang memberi dunia waktu untuk menyelesaikan kekacauan.

Banyak film zombie menggunakan rumus ini untuk mengeksplorasi pertanyaan yang berhubungan dengan seperti apa kehidupan dan peradaban bagi para penyintas yang tertinggal dan dipaksa untuk menciptakan kembali tatanan masyarakat.

Tentu saja, dengan tanggung jawab dan kebebasan yang diberikan oleh dunia tanpa hukum, pemerintah, dan segala macam rasa kemanusiaan, akan timbul masalah.

Geng Don Won sebagai seorang prajurit yang telah berhasil melarikan diri dari daerah yang dulunya dikenal sebagai Korea Selatan, menemukan sekelompok orang yang selamat.

Sang Ho menyatakan minatnya untuk menciptakan dunia pasca-apokaliptik yang tunduk pada aturan dan sistem kepercayaannya sendiri tanpa adanya kekuatan yang berkuasa.

Baca juga artikel terkait PENINSULA atau tulisan lainnya dari Dipna Videlia Putsanra

tirto.id - Film
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Agung DH