tirto.id - Merawat diri bukan lagi dominasi kaum hawa. Sekarang, pria tidak lagi malu-malu atau menganggap merawat diri sebagai sesuatu hal yang tabu.
Tidak heran pertumbuhan industri perawatan untuk pria tergolong tumbuh dengan signifikan. Bahkan beberapa tahun belakangan, para pesohor dunia seakan tidak ingin melewatkan tren tersebut dan ramai-ramai mengeluarkan lini produk yang khusus diperuntukkan untuk para pria.
Sepanjang tahun 2020 hingga 2022 saja, setidaknya sudah sederet nama besar yang merilis produk perawatan kaum adam. Mulai dari Pharrell Williams, Harry Styles, Idris Elba, Travis Barker, Jared Leto dan yang terakhir menyusul adalah aktor kawakan Brad Pitt.
Industri perawatan untuk pria yang sedang naik daun ini ditunjukkan pula dari laporan Future Market Insights yang menyebut nilai global sektor tersebut adalah sekitar $13,5 Miliar pada tahun 2022, dan diperkirakan akan terus tumbuh mencapai $28,3 Miliar pada tahun 2029.
Tidak hanya itu saja, saat perusahaan lunak dan analitik data AI Launchmetrics, mencoba untuk menganalisis kata kunci seputar produk perawatan pria dan tanpa gender.
Hasil analisis menunjukkan penempatan iklan dan penyebutan media sosial yang menampilkan istilah tersebut mengalami peningkatan 74 % di dalam Media Impact Value (MIV) pada tahun 2022. Naik signifikan dibandingkan tahun 2021.
"Saya pikir munculnya produk perawatan pria, terutama yang didukung oleh selebritas, memiliki margin yang besar," kata David Yi, penulis dan pendiri publikasi kecantikan digital Very Good Light dan perawatan pribadi Good Light.
Verified Market Research menyebut perawatan pria merupakan metode pembersihan tubuh. Namun tidak hanya berfokus pada kebersihan semata, melainkan juga menciptakan kesan positif dan tampil rapi.
Maka bukan hal yang mengagetkan bila produk perawatan pria yang bisa ditemui pun cukup beragam, mulai dari sampo, pelembab, deodoran, perawatan rambut, perawatan kulit, krim cukur, cologne, concealer, serum, dan perawatan cukur.
Namun secara produk, perawatan untuk pria bisa disederhanakan menjadi 5 kategori saja, yaitu perawatan bercukur (shave care), perawatan kulit (skin care), perawatan rambut (hair care), wewangian (fragrances), dan lainnya (others).
Meningkatnya kesadaran di kalangan konsumen pria tentang kesehatan dan penampilan pribadi disebut sebagai pendorong bagi pasar produk perawatan pria.
Selain itu, pengaruh media sosial turut berperan dalam meningkatkan kesadaran pria untuk merawat diri. Ada tekanan masyarakat yang meningkat untuk selalu berpenampilan menarik, yang pada akhirnya akan menambah permintaan akan produk perawatan pria.
Faktor utama lain yang mendorong pertumbuhan pasar produk perawatan pria global adalah bertumbuhnya penetrasi e-commerce yang memudahkan untuk memilih berbagai produk, perubahan gaya hidup, dan meningkatnya pendapatan.
Antara Perawatan Pria dan Wanita
Ada pandangan mengapa produk perawatan pria dan wanita perlu dibedakan. Alasannya cukup beragam. Dr Maurice Day, seorang dokter kosmetik memaparkan pria memiliki tingkat testosteron yang jauh lebih tinggi sehingga membuat kulit mereka 25 persen lebih tebal daripada wanita.
Dengan sekitar 10 kali testosteron lebih banyak dari wanita, kulit pria biasanya juga memiliki pori-pori lebih besar dan mengeluarkan banyak sebum (minyak alami kulit) sehingga kulit lebih berminyak. Jadi tanpa bahan-bahan yang tepat, kulit pria mungkin tidak akan mendapatkan perawatan sesuai.
Pria juga memiliki pH kulit yang lebih rendah daripada wanita, membuat kulit pria rentan terhadap jerawat. Tapi sisi positifnya lapisan terluar kulit pria - terdiri dari sebum, asam laktat, dan asam amino - lebih kuat, yang menjadikannya pria lebih baik dalam mengunci kelembapan.
"Hingga usia 50 tahun, jumlah air yang menguap dari kulit pria jauh lebih rendah daripada wanita dengan usia yang sama," kata Dr Stefanie Williams, direktur medis di klinik kulit Eudelo.
Ini yang akhirnya membuat semua produk yang digunakan pria, mulai dari pencuci muka hingga krim malam harus tidak terlalu berminyak dan lebih ringan di kulit.
Alasan lainnya adalah pria memiliki satu area yang membutuhkan perawatan khusus yaitu janggut. Rata-rata, pria mencukur kulit mereka hingga 16.000 kali dalam seumur hidup.
“Kondisi tersebut dapat menyebabkan iritasi mekanis dan mungkin membuat rambut tumbuh ke dalam dan folikulitis,” terang Williams.
Perbedaan kulit pria dan wanita ini juga terletak pada kandungan kolagen yang dapat disimpan. Kolagen pada pria disebut tidak cepat terdegradasi dan lebih padat, sehingga memerlukan perawatan kulit yang berbeda dengan wanita.
Yang Terkini, Perawatan Netral Gender
Namun, seiring perkembangan, ada kesadaran bahwa sejatinya perawatan diri itu merupakan kebutuhan semua orang sehingga tidak perlu untuk memisahkan mana perawatan untuk pria dan wanita.
Sayangnya selama ini, masyarakat terlanjur mengkotakkan mana yang dianggap sesuai untuk citra seorang pria dan wanita. Misalnya, warna biru yang diperuntukkan bagi anak laki-laki, sementara warna merah muda untuk perempuan.
Pembedaan ini terus berlanjut, termasuk ketika membicarakan soal perawatan diri. Wangi untuk produk wanita itu cenderung lembut dengan aroma bunga yang manis. Beda dengan produk pria yang menekankan pada aroma yang kuat, kemasan dibikin berwarna gelap monokromatik untuk meningkatkan citra pria tangguh yang maskulin.
American Academy of Dermatology menyebut, walau ada perbedaan antara kulit pria dan wanita, namun sebenarnya dasar-dasar perawatan kulit harian seharusnya sama saja.
Alih-alih mengkotakkannya, faktor terpenting yang harus diperhatikan saat melakukan perawatan tubuh adalah menyesuaikan dengan jenis kulit (normal, sensitif, berminyak, kering, atau kombinasi) serta area yang perlu diperhatikan.
Hal tersebut juga diungkapkan oleh dokter kulit berbasis di Mumbai Dr Madhuri Agarwal yang mempercayai bahwa perawatan kulit untuk kedua jenis kelamin adalah sama.
"Paparan lingkungan, tingkat stres, dan hormon testosteron juga dapat menyebabkan perbedaan kulit. Tetapi kandungan untuk mengatasi masalah kulit akan sama, baik untuk pria maupun wanita," katanya.
Satu-satunya perbedaan adalah, pria mungkin memerlukan persentase atau frekuensi penggunaan produk yang lebih tinggi dari wanita.
Perspektif baru ini pun kemudian diterjemahkan oleh industri dengan pendekatan anyar, seperti membuat produk-produk yang lebih netral gender, menyajikan produk dalam kemasan uniseks, menampilkan iklan yang mencerimkan keragaman ras dan gender untuk menghindari stereotip lama.
Generasi Z disebut sebagai konsumen yang mengikis norma dan definisi gender. Penelitian menunjukkan mereka memiliki definisi maskulinitas dan identitas gender yang lebih fleksibel daripada konsumen yang lebih tua.
Terlihat dari survei Pew tahun 2019 terhadap 10.000 orang Amerika, di mana sekitar 59 persen Generasi Z menyebut formulir yang menanyakan jenis kelamin seseorang harus menyertakan pilihan selain ‘laki-laki’ dan ‘perempuan’.
Salah satu merek yang siap memanfatkan perubahan ini adalah Ordinary. Produk tersebut menawarkan serum, krim dengan harga berkisar $5 hingga $20 dalam kemasan sederhana.
“Kemasan uniseksnya memang disengaja. Ordinary tidak pernah dimaksudkan untuk menargetkan identitas gender tertentu dalam kapasitas apa pun,” ungkap Nicola Kilner, salah satu pendiri dan kepala eksekutif perusahaan induk Ordinary, Deciem.
Perawatan yang dikeluarkan Brad Pitt, Le Domaine juga turut mengusung konsep tanpa gender ini. Le Domaine memiliki 3 produk yakni serum, krim wajah, dan pembersih berbentuk emulsi.
Siapa pun tentu ingin terlihat memiliki penampilan menarik dan merasa nyaman dengan diri mereka sendiri. Salah satu caranya bisa didapat dengan merawat diri.
Namun terlepas dari upaya merawat diri ini, yang tidak kalah penting adalah kesadaran untuk lebih bijak dalam menyikapi perubahan fisik yang secara alami terjadi.
Penulis: MN Yunita
Editor: Lilin Rosa Santi