Menuju konten utama
Periksa Fakta

Basahi Kepala Terlebih Dahulu saat Mandi Sebabkan Stroke?

Kepala penelitian ilmu saraf di Monash Health, Thanh Phan, menyatakan, tidak ada bukti mengenai pernyataan yang beredar tentang mandi dan stroke.

Basahi Kepala Terlebih Dahulu saat Mandi Sebabkan Stroke?
Header Periksa Fakta Mandi Agar Tidak Stroke. tirto.id/Fuad

tirto.id - Baru-baru ini akun Facebook bernama “Lili Jumiati” membagikan sebuah reel Facebook tentang tata cara mandi agar terhindar dari serangan stroke. Akun itu mengklaim, pada waktu mandi sebaiknya tidak membasahi kepala terlebih dahulu.

“Apabila basah dan dingin, darah akan mengalir ke semua kepala untuk memanaskan kepala. Jika ada pembuluh darah yang sempit, maka akan terjadi pecah pembuluh darah,” tulis keterangan dalam video.

Disebutkan pula, tata cara mandi yang baik untuk menghindari stroke yakni pertama, menyiram telapak kaki dengan satu gayung air. Kedua, menyiram betis, menyiram paha, dan terakhir menyiram satu gayung air pada bahu.

Setelah semua proses itu, disarankan untuk berhenti selama 5 – 10 menit. Jika tidak terasa hawa panas naik ke atas, maka siramlah seluruh tubuh.

Foto Periksa Fakta Mandi Agar Tidak Stroke

Foto Periksa Fakta Mandi Agar Tidak Stroke. foto/hotline periksa fakta tirto

Video yang diunggah pada Senin (11/9/2023) ini sudah disukai 3.200 orang dan dibagikan sebanyak 1.800 kali, per Kamis (14/9/2023).

Lantas, benarkah membasahi kepala terlebih dahulu saat mandi bisa sebabkan stroke?

Penelusuran Fakta

Pertama-tama, perlu diketahui bahwa stroke merupakan keadaan darurat medis. Menukil lansiran Alodokter, yang sudah ditinjau dr. Pittara, stroke merujuk pada kondisi ketika pasokan darah ke otak terganggu karena penyumbatan (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah (stroke hemoragik).

Kondisi itu menyebabkan area tertentu pada otak tidak mendapat suplai oksigen dan nutrisi sehingga terjadi kematian sel-sel otak. Gejala yang dialami penderita stroke bisa berupa kelemahan pada salah satu sisi tubuh, lemah pada otot-otot wajah yang membuat satu sisi wajah turun, dan kesulitan mengangkat kedua lengan akibat lemas atau mati rasa.

Gejala lainnya juga meliputi kesulitan berbicara, kesemutan, dan kesulitan mengenal wajah. Untuk stroke yang diakibatkan oleh pecahnya pembuluh darah, hal itu bisa terjadi tersebab beberapa faktor, seperti tekanan darah tinggi, penggunaan obat pengencer darah, pelebaran atau penonjolan pembuluh darah otak, dan trauma otak.

dr. Andreas Wilson Setiawan, M.Kes., yang juga menjabat sebagai Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Kedokteran di Universitas Dian Nuswantoro pun menegaskan unggahan ini hoaks.

"Jadi stroke lebih murni ke gaya hidup yang salah sejak muda dan bukan karena cara mandi yang salah," katanya kepada Tirto saat dikonfirmasi melalui pesan singkat, Kamis (14/9/2023).

Adapun mengenai klaim yang tersebar tentang hubungan tata cara mandi dengan stroke, Tim Riset Tirto melakukan penelusuran Google dengan kata kunci berbahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.

Lewat kata kunci “membasahi kepala terlebih dahulu saat mandi sebabkan stroke,” kami menemukan narasi ini sudah dinyatakan hoaks oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo).

Sementara itu, saat memasukkan kata kunci “the link between wetting head first when showering and stroke” ke mesin pencarian Google, Tirto mendapati klaim ini telah tersebar sejak 2020. Klaim ini telah diperiksa oleh lembaga pemeriksa fakta AFP dan telah dinyatakan salah.

Melansir AFP, Thanh Phan, selaku kepala penelitian ilmu saraf di Monash Health menyatakan, mayoritas stroke disebabkan oleh gumpalan darah yang menghalangi aliran darah di otak. Gumpalan ini berasal dari jantung atau pembuluh darah besar seperti arteri karotis. Menurutnya, penyebab stroke yang kurang umum adalah pecahnya pembuluh darah.

“Tidak ada bukti mengenai pernyataan tentang urutan mandi,” kata Phan melalui email kepada AFP, pada 4 Oktober 2020.

Masih dari AFP, Kepala Stroke Foundation Clinical Council, Profesor Bruce Campbell, juga membantah klaim yang tersebar di media sosial ini.

“Tidak ada bukti [yang kami] ketahui tentang adanya hubungan antara mandi dengan stroke,” katanya.

Profesor Campbell berujar, beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko stroke yakni mengatur tekanan darah dan kolesterol, makan makanan sehat, tidak merokok, rutin berolahraga, dan meminimalisasi konsumsi alkohol. Dia juga menganjurkan untuk mengecek kondisi kesehatan secara rutin ke dokter.

Sebuah penelitian yang dilakukan Inamasu, dkk (2017) berjudul “Clinical Characteristics of Stroke Occuring while Bathing” pun menunjukkan, stroke yang terjadi saat mandi berhubungan dengan perbedaan respons tekanan darah individu terhadap suhu air. Studi itu melibatkan 1.939 pasien stroke.

Disebutkan bahwa setelah berendam air panas, tekanan darah pada lansia cenderung meningkat, sementara pada dewasa muda menurun secara bertahap.

Menyoal cara mandi yang aman bagi penyintas stroke, informasi dari laman American Stroke Asociation mengungkap, penyintas stroke sebaiknya mandi menggunakan shower ketimbang berendam dalam bak mandi lantaran kecil kemungkinan untuk terjatuh.

Di laman itu sama sekali tidak disinggung tentang urutan mandi dan menghindari membasuh kepala terlebih dahulu saat mandi untuk menghindari stroke.

Kesimpulan

Berdasarkan penelusuran fakta yang telah dilakukan, klaim soal membasahi kepala terlebih dahulu saat mandi bisa sebabkan stroke bersifat salah dan menyesatkan (false & misleading).

Thanh Phan selaku kepala penelitian ilmu saraf di Monash Health menyatakan, tidak ada bukti mengenai pernyataan yang beredar tentang mandi dan stroke. Mayoritas stroke disebabkan oleh gumpalan darah yang menghalangi aliran darah di otak. Gumpalan ini berasal dari jantung atau pembuluh darah besar seperti arteri karotis.

==

Bila pembaca memiliki saran, ide, tanggapan, maupun bantahan terhadap klaim Periksa Fakta dan Periksa Data, pembaca dapat mengirimkannya ke email factcheck@tirto.id.

Baca juga artikel terkait PERIKSA FAKTA atau tulisan lainnya dari Fina Nailur Rohmah

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Fina Nailur Rohmah
Editor: Farida Susanty