tirto.id - Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Sofyan Djalil, menilai tingkat produktivitas perkebunan rakyat belum sama dengan tingkat perkebunan perusahaan swasta. Oleh karena itu, pihaknya mendukung rencana pemerintah memberlakukan moratorium konsesi lahan kelapa sawit di sejumlah provinsi untuk meningkatkan produktivitas bagi pengusaha dan petani.
"Saat ini perkebunan rakyat produktivitasnya 4 juta ton, padahal kalau kita bisa tingkatkan produktivitas perkebunan rakyat sama dengan tingkat produktivitas perkebunan perusahaan swasta, akan menambah tingkat produktivitas sawit sampai dengan 6-8 juta ton tanpa menambah luas," kata Sofyan, saat ditemui usai Salat Jumat di Masjid Sunda Kelapa, Menteng, Jakarta, Jumat, (15/4/2016).
Sofyan juga menyatakan pemberlakuan moratorium merupakan ide bagus untuk menciptakan disiplin dalam meningkatkan produktivitas lahan.
“Itu ide yang bagus, moratorium sementara itu akan menciptakan disiplin terutamanya ya karena orang sekarang ini memiliki ladang yang luas tapi dengan produktivitas yang rendah," kata Sofyan
Sofyan mengatakan, sebagaimana disampaikan Presiden Jokowi proses produksi kelapa sawit masih terlalu lama karena petani belum menggunakan bibit unggul. Presiden meyakini pemilihan bibit unggul mempengaruhi tingkat produktivitas kelapa sawit. Apabila petani menggunakan bibit unggul, presiden yakin produktivitas kelapa sawit bisa meningkat.
Selain itu, Sofyan menambahkan, masalah keterlambatan melakukan peremajaan terhadap pohon sawit juga menjadi dampak pada produktivitas kelapa sawit.
Terkait dengan berapa lama idealnya moratorium pemberian izin konsesi lahan kepala sawit diberlakukan, Sofyan menyatakan perlu dilakukan pengamatan dan evaluasi terlebih dahulu bagaimana dampak kebijakan tersebut di tengah masyarakat. Menurutnya, kehidupan rakyat Indonesia masih banyak bergantung pada komoditas sawit.
"Tapi sekarang ini yang jadi masalah adalah utilisasi atau pemanfaatan lahan itu belum optimum. Itu yang jadi tantangan pemerintah," ujar Sofyan. (ANT)
Penulis: Mutaya Saroh