Menuju konten utama

Banjir di Kepahiang Bengkulu Akibatkan Puluhan Ternak Kambing Mati

Banjir yang melanda Kepahiang terjadi kibat hujan lebat yang turun sehari sebelumnya.

Banjir di Kepahiang Bengkulu Akibatkan Puluhan Ternak Kambing Mati
Warga mengevakuasi perabotan rumah tangga saat banjir di daerah perumahan Sawah Lebar Baru Balai Kota Bengkulu, Bengkulu, Sabtu (27/4/2019). ANTARA FOTO/David Muharmansyah.

tirto.id - Banjir melanda tiga desa di Kecamatan Ujan Mas Kabupaten Kepahiang, Provinsi Bengkulu, Jumat (26/4/2019) malam. Bencana ini telah menyebabkan puluhan ternak kambing mati karena tenggelam.

"Jumlahnya kalau satu desa ini puluhan ekor bisa ratusan ekor, ini contohnya saja punya saya ada enam ekor, kemudian tetangga saya ada sampai 11 ekor dan belum lagi yang lainnya," kata Casmidi (60), warga Dusun l, Desa Air Hitam, Sabtu (27/4/2019).

Ternak kambing miliknya itu ujar Casmidi, saat kejadian berada di dalam kandang belakang rumahnya. Saat banjir dirinya tidak sempat menyelamatkan peliharaannya itu sehingga ada yang mati terendam dan ada juga yang hanyut dibawa banjir bersama kandangnya.

Selain kehilangan enam ekor kambing dia juga mengalami kerugian hingga puluhan juta akibat beras sekitar 10 ton dan pupuk di kios pertanian yang dikelola anaknya sebanyak 12 ton ikut terendam banjir.

Sementara itu, Sugianto (55) warga Desa Air Hitam lainnya mengatakan selain ada ratusan ekor kambing yang mati juga ribuan ekor ternak unggas lainnya.

"Ada yang 11 ekor, paling sedikit empat ekor kambing, karena disini memang banyak warga yang memelihara kambing. Kalau sawah ada sekitar 83 hektare, di mana sebagian sudah panen dan sebagian lagi baru selesai menanam padi," jelasnya.

Banjir yang melanda Desa Air Hitam dan desa lainnya itu kata Sugianto merupakan yang terbesar sejak mereka tinggal di sana. Banjir ini diduga akibat keterlambatan petugas PLTA Musi membuka pintu air di bagian hilir sehingga menyebabkan desa mereka terendam banjir saat hujan deras yang turun dari Jumat petang hingga malam tersebut.

"Kami akan melakukan demo ke PLTA Musi menuntut ganti rugi, karena mereka desa kami kebanjiran, gagal panen, banyaknya ternak yang mati, hilangnya hasil panen dan lainnya. Selama ini memang sering banjir tapi tidak sampai menenggelamkan rumah maupun sawah kami," urainya.

Kepala BPBD Kepahiang, Taufik menjelaskan, banjir yang melanda daerah itu akibat hujan lebat yang turun sehari sebelumnya. Banjir mulai merendam pemukiman dan areal pertanian Jumat malam (26/4/2019) sekitar pukul 22.00 WIB.

"Kejadiannya di tiga desa yakni Desa Suro Bali, Air Hitam dan Tanjung Alam. Dan mulai malam tadi kami bersama tim gabungan TNI/Polri sudah turun membantu warga. Namun karena akses jalannya terputus sehingga mobil dapur umum, mobil logistik, tangki air bersih belum bisa masuk," jelasnya.

Banjir yang melanda daerah itu kata dia, terbesar dalam beberapa puluh tahun belakangan, di mana selain merendam ratusan rumah warga, areal pertanian, usaha keramba ikan termasuk banyaknya ternak yang mati juga merusak jalan utama desa serta jembatan, tapi jumlah persisnya masih dalam pendataan.

Baca juga artikel terkait BANJIR

tirto.id - Sosial budaya
Sumber: Antara
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Maya Saputri