tirto.id - Bencana banjir dan tanah longsor akibat cuaca ekstrem yang terjadi sejak Minggu (4/4/2021) berdampak terhadap ribuan warga di Nusa Tenggara Timur (NTT). Selain banjir dan tanah longsor, cuaca ekstrem juga menyebabkan hujan deras dan angin kencang.
Menurut Raditya Jati, Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB cuaca eksterm ini merupakan dampak dari siklon tropis Seroja. Akibatnya, sejumlah rumah dan fasilitas umum (fasum) mengalami kerusakan yang menyebabkan lebih dari 8.000 warga terpaksa mengungsi.
"Pengungsian terbesar diidentifikasi berada di Kabupaten Sumba Timur dengan jumlah 7.212 jiwa (1.803 KK) , Lembata 958, Rote Ndao 672 (153 KK), Sumba Barat 284 (63 KK) dan Flores Timur 256," kata Raditya melalui keterangan tertulis yang diterima redaksi Tirto.
Anggota DPRD Provinsi Nusa Tenggara Timur, Aleta Baun mengatakan kebutuhan paling mendesak yang saat ini dibutuhkan oleh masyarakat NTT adalah bahan pangan serta pakaian layak pakai.
"Yang mendesak dibutuhkan sekarang makanan dan pakaian karena masyarakat tidak siap membawa apapun," katanya.
Selain kebutuhan makanan dan pakaian saat ini juga dibutuhkan pasokan BBM karena terjadi kelangkaan BBM terutama jenis premium di beberapa lokasi karena rusaknya SPBU.
"Lampu masih padam, sekarang terjadi kelangkaan BBM (premium) karena beberapa SPBU di Kota Kupang rusak diterjang angin semalam. Sinyal selular normal walaupun tidak merata di semua wilayah," kata Agusto Bunga, warga Kota Kupang, Kecamatan Kota Raja Kelurahan Airnona saat dihubungi redaksi Tirto (5/4/2021) pukul 19.00.
Bencana banjir serta tanah longsor yang terjadi di NTT dan menyebabkan tersendatnya kehidupan masyarakat sekitar, khususnya dalam memenuhi kebutuhan dasar. Menurut WHO, ini dapat menjadi ancaman bagi para korban terdampak bencana baik dari segi kesehatan, ekonomi, hingga sosial.
Korban terdampak bencana tentunya harus tetap sehat dan bertahan hidup di tengah situasi bencana. Namun, untuk bisa mencapai kondisi tersebut haruslah memiliki sejumlah kebutuhan hidup layak.
European Commission menyebutkan ada beberapa kebutuhan yang harus dipenuhi untuk menghadapi situasi bencana, yaitu:
1. Air bersih
Kebutuhan air bersih merupakan kebutuhan yang paling mendasar khususnya dalam bencana banjir dan tanah longsor dimana kemungkinan air bersih mengalami kontaminasi dengan air kotor dan lumpur. Selain itu, ada kemungkinan dimana pipa air bersih dan saluran air mengalami kerusakan di wilayah terdampak bencana sehingga masyarakat sulit mengakses air bersih.
Mengonsumsi air yang tidak bersih dapat menyebabkan para korban terdampak mengalami diare atau keracunan secara masal. Sehingga sebisa mungkin korban bencana mendapatkan air bersih yang cukup selama situasi bencana.
2. Tempat pengungsian
Tempat pengungsian juga diperlukan oleh korban terdampak bencana. Menurut Peraturan BNPB RI Nomor 3 tahun 2018, tempat pengungsian adalah tempat tinggal sementara selama korban bencana mengungsi.
Dalam peraturan yang sama disebutkan bahwa tempat pengungsian harus sesuai dengan standar minimum yang dilengkapi dengan utilitas dasar yang dibutuhkan.
3. Makanan
Sebagaimana kebutuhan dasar manusia, korban terdampak bencana tentu membutuhkan makanan bernutrisi. Menurut WHO, kebutuhan makanan setiap orang dalam kondisi bencana dipengaruhi berbagai faktor, termasuk kondisi fisik dan lingkungan. Faktor kondisi fisik contohnya, wanita hamil dan menyusui membutuhkan lebih banyak nutrisi dibanding yang tidak hamil. Sehingga penting untuk mengetahui jumlah wanita hamil dan menyusui yang terdapat pada pengungsian.
Faktor lingkungan seperti suhu juga memengaruhi kondisi ini. Semakin rendah suhu lingkungan, semakin banyak kebutuhan kalori setiap orang. Makanan yang dibutuhkan harusnya memenuhi kebutuhan nutrisi manusia, termasuk kabohidrat (beras, gandum, kentang), protein (daging, kacang-kacangan, keju), vitamin (buah dan sayur), juga mineral (susu, buah, sayur).
Kebutuhan makanan juga harus dilengkapi dengan penyimpanan makanan yang layak, seperti lemari pendingin untuk menghindari makanan membusuk atau berjamur lebih cepat. Selain itu penyimpanan makanan juga membutuhkan area kering yang jauh dari serangan hama seperti kutu dan tikus. Ini untuk menghindari adanya risiko keracunan makanan.
4. Sanitasi
Sistem sanitasi yang baik penting untuk melindungi korban terdampak bencana dari sejumlah penyakit yang disebabkan dari sanitasi buruk, seperti diare, DBD, malaria, dan muntaber.
Menurut European Commission, kelengkapan sanitasi yang dibutuhkan di lingkungan pasca terdampak bencana meliputi:
- sistem drainase yang baik
- rehabilitasi jamban
- sistem pengolaan sampah yang baik
5. Perlengkapan kesehatan dan kebersihan
Kondisi yang tidak stabil memungkinkan korban terdampak bencana rentan terkena penyakit, khususnya di tengah kondisi pandemi COVID-19 saat ini. Sehingga, perlengkapan kesehatan dan kebersihan menjadi kebutuhan yang penting saat ini termasuk obat-obatan, vaksin, masker, desinfektan, hingga P3K.
6. Perlengkapan bencana non makanan.
Perlengkapan bencana non makanan meliputi kebutuhan pakaian, peralatan mandi, perlengkapan bayi dan wanita, peralatan tidur, peralatan penghangat dan penerangan, peralatan komunikasi, tempat pendidikan darurat, hingga rehabilitasi tempat kesehatan.
Penulis: Yonada Nancy
Editor: Nur Hidayah Perwitasari