tirto.id - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menilai selain besarnya kekuatan gempa di daratan Pidie Jaya, Aceh yang mencapai 6,7 SR, bangunan juga tidak didesain tahan gempa.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho mengatakan hal inilah yang membuat banyak bangunan menjadi roboh dan menimpa korban.
"Dampak akibat gempa ini 105 unit ruko roboh, 125 unit rumah roboh, 14 bangunan masjid roboh, beberapa ruas jalan rusak (retak), 1 unit gedung STAI Al-Azziyah roboh dan 1 unit RSUD Pidie rusak berat" kata Sutopo di gedung BNPB Pusat, Jakarta, Rabu (7/11/2016).
Laporan terbaru BNPB menyebutkan jumlah korban jiwa akibat bangunan roboh di Pidie Jaya mencapi 52 orang meninggal, 73 orang luka berat, 200 luka ringan dan 10 ribu santri terdampak akibat gempa tersebut.
Data ini akan terus bergerak naik mengingat kerusakannya cukup masif. Korban yang meninggal ada anak-anak, dewasa dan lansia. Pada saat kejadian kondisi di sana dalam keadaan gelap sehingga banyak orang yang masih tidur.
Pihaknya juga berharap pemerintah membuat regulasi terkait bangunan tahan gempa. Misalnya memberi insentif pajak kepada masyarakat yang membangun rumah tahan gempa.
Selain itu pihaknya menjelaskan penanganan bencana gempa bumi di Kabupaten Pidie Jaya, pihaknya telah berkoordinasi dengan BPBD Aceh. Saat ini sudah 740 personil TNI diturunkan, 40 personil tagana, 6 personil Tim Pusat Krisis Kesehatan Aceh untuk melakukan proses pencarian dan evakuasi korban.
Sementara itu Bupati Pidie Jaya, Aiyub Ben Abbas memperkirakan ada sekitar 30 persen wilayahnya yang terdampak gempa.
"Kerusakan merata, persentasenya hampir 30 persen wilayah. Yang rusak rumah penduduk, masjid, gedung," katanya, sebagaimana dikutip Antara.
Penulis: Reja Hidayat
Editor: Agung DH