tirto.id - PT Angkasa Pura I (Persero) mengaku siap dengan kedatangan para delegasi dan wisatawan yang mendarat di Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali selama Pertemuan Tahunan IMF-World Bank 2018. Sejumlah skema pun telah disiapkan, salah satunya dengan menetapkan enam bandara alternatif untuk parkir pesawat.
“Kalau dari Angkasa Pura I itu ada di Makassar, Balikpapan, Solo, Kupang, Lombok, dan Surabaya,” kata Communication and Legal Section Head Bandara Ngurah Rai, Arie Ahsanurrohim saat dihubungi pada Senin (8/10/2018) pagi.
Arie menyebutkan, bandara yang diutamakan ialah Surabaya dan Lombok. Alasan menetapkan kedua bandara itu sebagai yang prioritas karena mempertimbangkan kapasitas jenis pesawat yang mendarat.
Tak hanya mengandalkan beberapa bandara lain, Angkasa Pura I juga telah menambah tempat parkir pesawat di Bandara Ngurah Rai. Dari yang sebelumnya ada 53 tempat parkir, bandara saat ini menambah enam tempat parkir pesawat di apron sisi barat dan empat tempat parkir pesawat di apron sisi timur.
“Dengan adanya itu, pesawat yang berdatangan, baik yang komersial maupun non-komersial, sudah bisa tertampung. Jadi sudah clear, tidak ada masalah dengan adanya 10 tambahan tempat parkir baru itu,” ucap Arie.
Sebelum ada perluasan apron, menurut Arie, kapasitas pada landasan terbang tak lebih dari 30 penerbangan setiap jamnya.
“Namun dengan kapasitas landasan terbang setelah diperluas apronnya, sekarang sudah bisa 35 pesawat per jam. Apabila dalam satu hari tempat parkir pesawat mampu mengutilisasi 13 unit, berarti dalam satu hari rata-ratanya bisa menampung sekitar 130 pesawat,” jelas Arie.
Menurut perhitungan pemerintah, perluasan apron Bandara Ngurah Rai menjadi sekitar 48 hektar diprediksi bisa menaikkan 39 juta orang per tahunnya. Target turis pun diyakini meningkat hampir dua kali lipat dari total turis asing yang datang ke Bali setiap tahun selama ini sehingga mampu memengaruhi penerimaan devisa negara.
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Dipna Videlia Putsanra