Menuju konten utama

Bahana Ramal Ekonomi Indonesia Tumbuh 5,3 Persen di 2017

Riset Bahana Securities secara optimistis meramalkan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih mampu menjangkau 5,3 persen pada 2017 meskipun situasi perekonomian global serba tidak menentu. 

Bahana Ramal Ekonomi Indonesia Tumbuh 5,3 Persen di 2017
Menteri Keuangan Sri Mulyani mendengarkan pertanyaan saat konferensi pers pemaparan realisasi pelaksanaan APBNP 2016 di Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa (3/1) ANTARA FOTO/Rosa Panggabean.

tirto.id - Perekonomian global memang masih menghadapi situasi fluktuatif. Tapi, optimisme terhadap pertumbuhan nasional tetap mengemuka.

Kepala Riset dan Strategi Bahana Securities, Harry Su menyatakan optimistis perekonomian Indonesia bakal tumbuh sampai 5,3 persen pada tahun ini.

“Asumsinya Bank Indonesia masih memiliki ruang untuk memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin, sehingga daya beli masyarakat akan tetap terjaga kuat,” kata Harry dalam siaran pers Bahana Securities yang diterima oleh Tirto pada Senin (9/1/2017).

Selain itu, menurut Harry, pertumbuhan juga akan didongkrak oleh belanja pemerintah yang meningkat berkat keberhasilan program tax amnesty.

Sementara harga komoditas juga diperkirakan akan menguat di pasar global sehingga akan memberi dampak positif bagi peningkatan nilai ekspor Indonesia.

Harry juga memperkirakan inflasi masih akan terjaga di bawah 4% sepanjang 2017 meskipun ada tekanan dari rencana kenaikan tarif listrik.

“Sedangkan selisih suku bunga obligasi pemerintah Indonesia, yang bertenor 10 tahun, dengan suku bunga US T-Bills diperkirakan masih akan stabil sekitar 550 basis poin, meski The Fed akan menaikkan suku bunga sepanjang tahun ini. (Dengan begitu) BI (Bank Indonesia) masih punya ruang untuk memotong suku bunga selama dinamika inflasi dan stabilitas keuangan bisa tetap terjaga,” kata Harry.

Meskipun demikian, Harry mengakui ramalan dalam riset lembaganya itu muncul di tengah situasi global dan nasional yang kurang menggembirakan.

Kondisi dunia internasional memang masih penuh dengan ketidakpastian. Publik dunia hingga kini masih menanti-nanti formasi kabinet bentukan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump yang baru akan resmi dilantik pada 20 Januari 2017. Sementara sejumlah negara di Eropa seperti Jerman, Belanda dan Perancis juga akan mengadakan pemilu pada 2017.

Dia juga menyayangkan target pemerintah terhadap asumsi ekonomi makro tahun ini masih konservatif. Hal ini karena dalam postur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), yang telah disepakati oleh pemerintah bersama DPR, pertumbuhan ekonomi cuma dipatok 5.1%.

“Ini terbilang stagnan dibandingkan pencapaian tahun lalu yang diperkirakan sekitar 5%,” kata Harry.

Optimisme serupa sebenarnya pernah dilontarkan oleh Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro di akhir tahun lalu.

Seperti dikutip Antara pada Sabtu (31/12/2016), Bambang memperkirakan pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun 2017 masih mampu didorong di kisaran 5,1 hingga 5,3 persen.

Dia berpendapat perkiraan tersebut berdasar pada asumsi bahwa perekonomian Indonesia masih akan didominasi oleh sektor konsumsi masyarakat yang terus menguat di tahun 2017.

Perkiraan Bambang tersebut juga berpijak pada kondisi di tahun 2016 ketika perekonomian Indonesia tetap mampu tumbuh di kisaran 5-5,1 persen di saat situasi global yang tidak menentu.

"Dengan kondisi global yang tidak pasti pun, kita masih bisa tumbuh 5,1 persen. Itu sudah bagus. Jadi kalau globalnya bisa kita prediksi dan kita kendalikan, artinya Indonesia bisa beradaptasi dengan perubahan global, itu akan bagus untuk ekonomi Indonesia," ujar Bambang.

Baca juga artikel terkait PERTUMBUHAN EKONOMI atau tulisan lainnya dari Addi M Idhom

tirto.id - Hard news
Reporter: Addi M Idhom
Penulis: Addi M Idhom
Editor: Addi M Idhom