tirto.id - Hingga abad ke-18 manusia berkomunikasi jarak jauh dengan memanfaatkan surat dan jasa pos. Namun, sistem pos sangat lemah dalam hal kecepatan penyampaian pesan. Sistem pos tak berdaya jika diadang medan sulit dan cuaca buruk. Karenanya, metode-metode pengiriman pesan jarak jauh yang lebih cepat mulai menjadi obsesi penting pada masa itu.
Pada 1791, dua bersaudara Claude dan Ignace Chappe membangun sebuah sistem telegraf visual di Perancis. Telegraf visual Chappe ini memanfaatkan menara-menara dengan lengan mekanik di puncaknya untuk mengirim kode semafor. Menara penerima dapat melihat pesan itu dengan teropong. Dengan setiap menaranya berjarak antara lima hingga sepuluh kilometer, telegraf visual Chappe ini bisa mengirim tiga simbol semafor per menit.
Sistem telegraf visual lain dikembangkan George Murray di Inggris. Berbeda dengan sistem Chappe bersaudara, sistem Murray ini memanfaatkan kombinasi enam daun jendela sebagai kodenya. Selain di Inggris, telegraf visual Murray juga dipakai di Amerika Serikat.
Sistem telegraf visual untuk menyampaikan pesan jarak jauh terus dipakai hingga pertengahan abad ke-19. Sistem ini lalu berganti dengan telegraf elektrik yang berkembang seturut dengan riset-riset elektromagnetik yang gencar sejak awal abad.
Disebut dalam Encyclopedia Britannica, pada 1820 ilmuwan Denmark Hans Christian Ørsted menemukan bahwa jarum magnet dapat diputar dengan kawat bermuatan listrik. Lalu pada 1825 di Inggris, William Sturgeon menemukan sistem elektromagnet multi-putaran. Puncaknya pada 1831 duet ilmuwan Inggris-AS, Michael Faraday dan Joseph Henry, menyempurnakan sains elektromagnetik yang bisa diaplikasikan untuk merancang suatu alat transmisi kode elektrik yang praktis.
Itulah titik mula berkembangnya telegraf elektrik. Pada 1837, dua ilmuwan Inggris, Sir William Fothergill Cooke dan Sir Charles Wheatstone, berhasil membuat sistem telegraf dengan enam kawat transmisi yang menggerakkan lima jarum pada mesin penerima.
Di saat bersamaan Samuel Morse juga baru selesai merancang suatu sistem telegraf dengan kode titik dan garis untuk mewakili huruf dan angka. Di bantu mekanik Alfred Vail, tahun itu Morse pertama kali mendemonstrasikan telegraf ciptaannya dan mendapatkan paten atas sistem kodenya.
Lalu pada 1844, dengan dukungan dana pemerintah AS, jaringan telegraf elektrik pertama di dunia sepanjang 60 kilometer dibangun antara Washington DC dan Baltimore. Itulah awal dari era telegraf yang menyatukan dunia.
Telegraf Sampai di Hindia Belanda
Di Hindia Belanda, era pengiriman pesan dengan telegraf dimulai pada 1855. Itu ketika Raja Willem III menyetujui proposal pembangunan jaringan telegraf di Jawa oleh pemerintah kolonial.
Pembangunan lantas dipimpin Insinyur Groll dan dibantu ahli-ahli telegraf dari Eropa. Demikian pula segala peralatan telegraf didatangkan dari Eropa. Kabel-kabelnya ditautkan di pohon-pohon randu sepanjang jalan. Setahun kemudian jaringan telegraf pertama di Hindia Belanda berhasil menghubungkan Batavia dan Buitenzorg.
Pada 23 Oktober 1856, tepat hari ini 162 tahun lampau, pesan telegraf perdana ditransmisikan oleh Insinyur Groll selaku Kepala Dinas Telegraf kepada Gubernur Jenderal C.F. Pahud.
Buku Sejarah Pos dan Telekomunikasi di Indonesia jilid I (1980: 92) menyebut bahwa jaringan pertama itu mulanya hanya dipakai pemerintah kolonial. Jaringan pertama itu segera disusul pembangunan jaringan Batavia-Surabaya dengan percabangan Semarang-Ambarawa pada 1857. Sejak itu, masyarakat umum mulai bisa mengaksesnya.
“Pada tahun 1859 panjang saluran-saluran telegrap sudah mencapai 2700 km dan jumlah kantor-kantor telegrap sudah sebanyak 28,” tulis buku itu.
Di luar Jawa, jaringan telegraf baru dibangun di Sumatra dan Kalimantan pada 1866. Mulanya, kabel-kabel telegraf ditautkan pada tiang kayu. Namun, karena mudah rusak pemakaiannya digantikan tiang besi. Juga, jaringan itu dibangun paralel dengan jalur kereta api untuk memudahkan pemeliharaan (hlm. 94).
Berkat Kabel Laut
Hindia Belanda mulai terhubung dengan dunia internasional via telegraf sejak 1859. Itu saat jaringan kabel telegraf bawah laut antara Batavia-Singapura dipasang dengan kontraktor R.S. Newall & Company asal Inggris. Jaringan ini melewati Bangka dan dicabangkan pula ke Palembang. Namun, sayang tak berapa lama dipasang jaringan ini sering putus.
Selama satu dekade kemudian jaringan ini terbengkalai hingga diperbarui oleh British-Australia Telegraph Company pada 1870. Perusahaan ini juga mendapat konsesi membangun jaringan kabel bawah laut antara Jawa-Australia di saat yang sama.
Pembangunan jaringan telegraf di Hindia Belanda kian masif sejak 1880-an. Tentang ini Bill Glover di laman Atlantic Cable menulis, “Pemerintah Hindia Timur mulai memasang kabel di antara berbagai pulau dan pada 1882 jaringan kabel sepanjang 290 mil disambungkan oleh kapal-kapal dari Eastern Extension Company.”
Jaringan-jaringan baru yang dibangun di paruh akhir abad ke-19 itu, seturut catatan Bill Glover, di antaranya adalah Jawa-Bali-Makassar pada 1888, Medan-Aceh pada 1892, Bali-Lombok dan Olehleh-Sabang pada 1897, Jawa-Banjarmasin pada 1901, Balikpapan-Kwandang pada 1903, Manado-Yap-Guam-Shanghai pada 1904, Balikpapan-Makassar pada 1905, Balikpapan-Surabaya dan Kema-Ternate pada 1913, dan terakhir Surabaya-Makassar-Donggala-Manado pada 1921.
Akan tetapi, memasuki dekade 1930-an, penggunaan telegraf elektrik mulai digantikan oleh telegraf radio. Seturut catatan Bill Glover, pemerintah kolonial benar-benar meninggalkan penggunaan telegraf elektrik dan beralih ke teknologi nirkabel pada 1933.
Jasa pos udara yang yang lebih baik dan perkembangan teknologi telepon kemudian turut mempercepat kepunahan telegraf, baik elektrik maupun radio.
Dalam buku Sejarah Pos dan Telekomunikasi di Indonesia jilid I (hlm. 102-103) disebutkan bahwa “Pesawat-pesawat morse di beberapa kantor tidak dipakai karena perhubungannya dapat diselenggarakan dengan telepon, penyampaian telegram dengan telepon bahkan dapat diberikan dengan cuma-cuma. Demi penghematan pengeluaran maka bagian lalu-lintas telegrap disatukan dengan bagian pengangkutan pos pada tahun 1935.”
Editor: Ivan Aulia Ahsan