Menuju konten utama

Bagaimana Nasib Kampanye Pilpres Trump Usai Positif Covid-19?

Jadwal kampanye Trump bakal terganggu usai positif Covid-19 dan hanya tersisa 33 hari sebelum Pilpres AS pada November mendatang.

Bagaimana Nasib Kampanye Pilpres Trump Usai Positif Covid-19?
Presiden Amerika Serikat Donald Trump. ANTARA FOTO/REUTERS/Jonathan Ernst/wsj/cfo

tirto.id - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengonfirmasi pada Jumat (2/10/2020) pagi waktu setempat, bahwa dia dan ibu negara Melanie Trump dinyatakan positif terinfeksi virus corona.

Kabar itu ia sampaikan secara langsung melalui cuitan di akun Twitter pribadi miliknya, @realDonaldTrump. “Malam ini, @FLOTUS dan saya dinyatakan positif COVID-19,” tulis Trump di Twitter. “Kami akan segera memulai proses karantina dan pemulihan. Kami akan melewati ini BERSAMA!” Imbuhnya.

Sebagaimana dilaporkan The Guardian, pengumuman itu muncul setelah Hope Hicks, yang menjabat sebagai penasihat presiden dan menemaninya ke debat presiden pada Selasa serta rapat umum Minnesota pada Rabu kemarin, dinyatakan positif pada Kamis (1/10/2020).

Mengancam agenda kampenye Trump

Dilansir dari New York Times, hasil tes positif Trump dapat menimbulkan kesulitan langsung bagi masa depan kampanyenya melawan sang penantang, Joe Biden, yang hanya menyisakan 33 hari sebelum pemilihan pada 3 November mendatang.

Bahkan, jika Trump tetap tanpa gejala sekalipun, ia harus mundur dari jalur kampanye dan tetap mengisolasikan diri di Gedung Putih untuk jangka waktu yang tidak diketahui. Sementara jika dia sakit, hal itu dapat menimbulkan pertanyaan tentang apakah dia harus tetap berada dalam kontestasi Pilpres atau mundur.

Trump, yang kini berusia 74 tahun, termasuk dalam kategori usia yang dianggap paling rentan terhadap virus. Mengutip laporan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), delapan dari setiap 10 kematian yang dikaitkan dengan Covid-19 di Amerika Serikat, terjadi di antara mereka yang berusia 65 tahun ke atas.

Sementara Trump sendiri telah menolak untuk mengizinkan rincian kesehatannya dipublikasikan, yang menimbulkan pertanyaan tentang kondisinya secara keseluruhan. Dia melakukan perjalanan tanpa pemberitahuan ke Pusat Medis Militer Nasional, Walter Reed, pada bulan November lalu, yang memicu spekulasi bahwa dia menderita penyakit medis yang dirahasiakan.

Akan tetapi, Gedung Putih bersikeras bahwa dia "hanya menjalani tes rutin", tanpa mengungkapkan tes apa dan bagaimana hasilnya.

Kendati Trump pernah dilaporkan memiliki kolesterol tinggi dan berat badannya mencapai 243 pon, yang dianggap obesitas untuk tinggi badannya, dokter presiden menyatakan Trump dalam "kesehatan yang sangat baik" tahun lalu setelah pemeriksaan medis lengkap terakhirnya.

Sebelum ini, beberapa orang di sekitar Trump sebelumnya telah dilaporkan terinfeksi virus corona, termasuk yang terbaru adalah Hope Hicks, salah satu penasihat paling senior Presiden AS Donald Trump.

Orang lain yang terinfeksi termasuk Kimberly Guilfoyle, pacar putranya; seorang pelayan Gedung Putih; Katie Miller, sekretaris pers Wakil Presiden Mike Pence; beberapa agen Secret Service, serta pekerja kampanye dan Marinir di unit helikopter presiden.

Sementara Herman Cain, mantan calon presiden Republik dan sekutu politik Trump, meninggal karena virus corona pada Juli setelah menghadiri rapat umum kampanye presiden di Tulsa, Oklahoma.

'Menyerahkan' jabatan sementara waktu

Dalam konstitusi Amerika Serikat , di Amandemen ke-25 menyebut, "presiden yang tidak mampu secara medis, memiliki opsi untuk sementara waktu mengalihkan kekuasaan kepada wakil presiden dan dapat merebut kembali otoritasnya kapan pun dia menganggap dirinya layak untuk bertugas."

Sejak amandemen itu disahkan pada 1967, baru ada tiga kasus yang pernah terjadi. Pada tahun 1985, Presiden Ronald Reagan menjalani kolonoskopi -- untuk memeriksa potensi kanker usus besar -- dan secara singkat menyerahkan kekuasaan kepada Wakil Presiden George Bush.

Sedangkan George W. Bush, saat menjadi presiden, melakukannya dua kali, yakni untuk sementara waktu menyerahkan kekuasaannya kepada Wakil Presiden Dick Cheney selama kolonoskopi pada tahun 2002 dan 2007.

Sementara di bawah Undang-Undang Suksesi Presiden, seandainya Trump dan Wakli Presiden Mike Pence tidak dapat bekerja karena alasan kesehatan, maka sang juru bicara kepresidenan, Nancy Pelosi yang akan turun tangan.

Dalam sejarah AS, ada dua presiden yang mengalami sakit parah saat menjabat akibat epidemi. Pertama adalah George Washington, yang kala itu hampir mati di tengah epidemi influenza selama tahun keduanya.

Sementara yang kedua adalah Woodrow Wilson, yang jatuh sakit selama Perundingan Damai Paris setelah Perang Dunia I, dengan apa yang diyakini beberapa ahli dan sejarawan sebagai influenza yang melanda dunia dari tahun 1918 hingga 1920.

Baca juga artikel terkait PILPRES AS atau tulisan lainnya dari Ahmad Efendi

tirto.id - Politik
Kontributor: Ahmad Efendi
Penulis: Ahmad Efendi
Editor: Yantina Debora