Menuju konten utama

Bagaimana Cara Mencegah Pencemaran Tanah & Apa Saja Penyebabnya?

Bagaimana cara mencegah pencemaran tanah? Apa saja penyebab pencemaran tanah? Berikut ini penjelasannya.

Bagaimana Cara Mencegah Pencemaran Tanah & Apa Saja Penyebabnya?
Pemulung mengais sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Tlekung, Batu, Jawa Timur, Rabu (24/6/2020). ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/foc.

tirto.id - Cara mencegah pencemaran tanah dapat dilakukan dengan beragam metode. Namun, cara paling tepat ialah dengan memperhatikan potensi penyebab pencemaran tanah.

Pencemaran tanah adalah kondisi ketika tanah terpapar bahan kimia atau zat-zat yang tidak pada tempatnya, dengan tingkat konsentrasi yang lebih tinggi dari normal dan memberi efek merugikan pada organisme non-target. Definisi ini merujuk pada publikasi FAO dalam Global Soil Partnership.

Meskipun sebagian besar polutan berasal dari unsur antropogenik (disebabkan oleh ulah manusia), beberapa kontaminan tanah pun dapat terbentuk secara alami komponen mineral, yang berpotensi menjadi racun jika dalam kadar tinggi tinggi. Pencemaran tanah sering tidak dapat dideteksi secara langsung atau melalui visual, sehingga menjadikannya bahaya yang tersembunyi.

Semua tanah, tercemar ataupun tidak, secara alami mengandung berbagai senyawa (kontaminan). Kontaminan tersebut termasuk logam, ion anorganik dan garam (misalnya fosfat, karbonat, sulfat, nitrat), dan banyak senyawa organik (seperti lipid, protein, DNA, asam lemak, hidrokarbon, PAH, alkohol, dan lain sebagainya). Mayoritas senyawa ini terbentuk melalui aktivitas mikroba di tanah dan dekomposisi organisme (misalnya tumbuhan dan hewan).

Selain itu, berbagai jenis senyawa masuk bisa ke dalam tanah dari atmosfer, misalnya melalui air hujan, serta oleh angin atau jenis gangguan lainnya. Senyawa-senyawa polutan tanah juga dapat terbawa oleh aliran air permukaan dan air tanah dangkal. Saat jumlah kontaminan tanah melebihi tingkat normalnya, kondisinya bisa disebut telah tercemar.

Pencemaran tanah bisa berdampak serius pada kesehatan makhluk hidup, seperti manusia, hewan, dan tumbuhan. Tanah yang mengandung sampah maupun polutan gampang menjadi tempat hidup bermacam bakteri penyebab penyakit. Zat kimia semacam merkuri yang mencemari tanah bahkan bisa memicu berbagai jenis penyakit, dari kerusakan rambut dan gigi, hingga kanker.

Keberadaan residu bahan beracun dalam tanah dapat menyebabkan perubahan metabolisme dari organisme yang hidup di lingkungan sekitarnya, demikian melansir Rumah Belajar Kemendikbud. Ini berarti hewan-hewan ternak maupu liar juga bisa terancam oleh pencemaran tanah.

Tanah yang tercemar juga akan berpengaruh terhadap produktivitas tanaman. Pencemaran dalam level akut malah bisa membuat tanah gersang dan menyebabkan tumbuhan layu atau mati.

Bagaimana Cara Mencegah Pencemaran Tanah?

Pencemaran tanah saat ini bisa diterjadi di pelbagai tempat, bahkan kawasan perdesaan dengan mayoritas penggunaan lahan untuk pertanian. Tindakan pencegahan dapat dilakukan pada tanah yang belum terkontaminasi atau pencemarannya tidak akut.

Cara mencegah pencemaran tanah yang paling sederhana, tetapi sangat penting dilakukan, adalah dengan tidak membuang sampah secara sembarangan. Namun, pembuangan sampah di tempat yang semestinya juga perlu dibarengi dengan pemilahan.

Sampah organik dan non-organik perlu dipilih agas bisa dibuang di tempat terpisah. Sampah yang tidak dapat terurai dalam tanah bisa digunakan untuk bahan daur ulang, sedangkan sampah yang dapat diuraikan dapat ditimbun di lokasi tertentu agar menjadi humus atau pupuk kompos.

Di beberapa daerah di Indonesia, mekanisme pemilahan sampah beserta pengolahannya selama ini sudah dipraktikkan oleh masyarakat. Sebagian juga terkoordinasi oleh bank sampah atau BUMDES yang berfokus pada bisnis pengolahan sampah. Namun, jumlahnya masih terbilang minim.

Besarnya jumlah populasi di Indonesia, ditambah peningkatan volume konsumsi masyarakat tanah air telah memicu lonjakan jumlah sampah. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) memperkirakan volume sampah di Indonesia pada 2020 saja sudah mencapai 67,8 juta ton. Jika tidak ada sarana pemilahan dan pengolahan sampah yang memadai, jumlah itu lebih dari cukup untuk menyebabkan pencemaran tanah dalam lingkup luas.

Cara pencegahan pencemaran tanah yang tidak kalah penting lainnya adalah pengolahan limbah, baik dari rumah tangga maupun industri. Limbah cair dari rumah tangga semestinya tidak boleh langsung dialirkan ke selokan atau sungai. Rumah-rumah perlu memiliki penampungan limbah cair yang disedot atau bisa tersalur ke pusat pengolahan air limbah.

Limbah rumah tangga tidak hanya sampah, air sisa cucian atau mandi, dan kotoran manusia, tapi juga bahan-bahan sisa dari dapur. Salah satu limbah sisa dapur yang bisa mencemari tanah ialah minyak jelantah. Jika digunakan menggoreng jelantah bisa berbahaya bagi kesehatan, sementara pembuangannya secara serampangan akan mencemari air dan tanah.

Padahal, angka konsumsi minyak goreng di Indonesia diperkirakan mencapai 13 juta ton (16,2 juta liter) per tahun. Di sisi lain, minyak jelantah sebenarnya bisa diolah menjadi biodiesel, hingga lilin dan sabun.

Saat ini, sudah ada sejumlah institusi, dari tingkat desa maupun pemda hingga kampus dan LSM yang mengembangkan pengolahan minyak jelantah, Misalnya, sejak 2014 lalu, Pusat Studi Energi UGM sudah merintis teknologi produksi biodiesel dari minyak jelantah menjadi Biosolar B15.

Sementara itu, yang juga sangat penting, pemerintah harus memastikan semua unit industri yang ada telah menerapkan kewajiban pengolahan limbah. Hingga kini masih saja ditemukan sejumlah kasus pencemaran dari limbah pabrik yang dibuang secara serampangan.

Bagaimana Cara Mengatasi Pencemaran Tanah?

Jika tanah sudah mengalami pencemaran, tindakan penanggulangan terpaksa dilakukan. Caranya adalah dengan membersihkan permukaan tanah yang sudah tercemar. Kegiatan penanggulangan ini disebut remidiasi. Ada 2 jenis Remidiasi, yakni remediasi in-situ dan remidiasi ex-situ.

Remediasi in-situ adalah pembersihan di lokasi. Sementara remediasi ex-situ adalah pembersihan tanah yang dilakukan dengan cara menggali tanah yang tercemar, kemudian di bawa ke daerah yang aman.

Selanjutnya, tanah tersebut dibersihkan dari zat tercemar dengan cara disimpan di bak/tanki yang kedap. Zat permbersih lantas dipompakan ke bak/tanki itu. Kemudian, zat pencemar dipompakan keluar dari bak kemudian diolah dengan instalasi pengolah air limbah.

Remediasi bertujuan untuk menghindari resiko yang diakibatkan dari kontaminasi logam baik yang berasal dari alam ataupun akibat dari aktivitas manusia.

Sekarang juga telah berkembang teknologi bioremediasi, yaitu metode pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan mikroorganisme seperti jamur dan bakteri. Contoh, bakteri pemakan senyawa hidrokarbon digunakan untuk membersihkan tanah yang tercemar oleh minyak bumi.

Tujuan bioremediasi adalah untuk memecah zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun seperti karbondioksida dan air. Bioremediasi tanah dilakukan dalam beberapa tahap. Berikut tahapan bioremediasi tanah.

Penyebab Pencemaran Tanah dan Contohnya

Environmental Pollution Centers menyebut ada dua kategori penyebab utama pencemaran tanah, secara umum. Keduanya adalah polutan antropogenik (buatan manusia) dan pencemar alami. Apa saja contoh polutan antropogenik dan alami? Berikut ini penjelasannya.

1. Penyebab pencemaran tanah antropogenik (buatan manusia)

Pencemaran tanah antropogenik (buatan manusia) berasal dari beberapa jenis proses, beberapa disengaja (industri) dan selebihnya tidak disengaja. Pencemaran tanah yang disebabkan manusia dapat bekerja sama dengan proses alami untuk meningkatkan tingkat kontaminasi racun di dalam tanah.

Berikut contoh pencemaran tanah akibat polutan buatan manusia:

a. Tumpahan dan kebocoran yang tidak disengaja selama penyimpanan, pengangkutan, atau penggunaan bahan kimia (misalnya kebocoran dan tumpahan bensin dan solar di SPBU);

b. Kegiatan pengecoran dan proses manufaktur yang melibatkan tungku atau proses lain yang mengakibatkan kemungkinan dispersi kontaminan di lingkungan;

c. Kegiatan pertambangan yang meliputi penghancuran dan pengolahan bahan mentah, misalnya logam berat, mengeluarkan zat beracun;

d. Kegiatan konstruksi;

e. Kegiatan pertanian yang melibatkan difusi herbisida, pestisida dan/atau insektisida dan pupuk;

f. Kegiatan transportasi, melepaskan emisi kendaraan beracun;

g. Pembuangan limbah kimia, baik disengaja maupun tidak disengaja seperti pembuangan ilegal;

h. Penyimpanan limbah di tempat pembuangan akhir, karena produk limbah dapat bocor ke air tanah atau menghasilkan uap yang tercemar;

i. Serpihan cat yang jatuh dari dinding bangunan, terutama cat berbahan dasar timbal.

Kegiatan konstruksi termasuk salah satu pemicu paling penting dari pencemaran tanah di daerah perkotaan, karena sifatnya yang hampir ada di mana-mana. Hampir semua bahan kimia yang ada di lokasi konstruksi dapat mencemari tanah.

Namun, risiko yang lebih tinggi berasal dari bahan kimia yang dapat melakukan perjalanan lebih mudah melalui udara sebagai partikel halus. Bahan kimia yang bergerak sebagai partikel halus ini lebih tahan terhadap degradasi dan bioakumulasi dalam organisme hidup.

Selain itu, debu konstruksi dapat dengan mudah menyebar di udara dan sangat berbahaya karena ukuran partikelnya yang lebih rendah (kurang dari 10 mikron). Debu konstruksi juga dapat memicu penyakit pernapasan, seperti asma dan bronkitis, bahkan kanker.

Selain itu, pembongkaran bangunan tua pun dapat melepaskan asbes, mineral beracun yang bisa menjadi polutan di tanah. Partikel asbes dapat pula didistribusikan kembali oleh angin dan berisiko bagi kesehatan manusia

2. Penyebab pencemaran tanah secara alami

Terlepas dari kasusnya yang jarang terjadi, saat akumulasi bahan kimia alami memicu pencemaran tanah, proses yang kompleks bisa terjadi.

Contoh penyebab pencemaran tanah secara alami, antara lain:

a. Akumulasi alami senyawa dalam tanah karena ketidakseimbangan antara deposisi atmosfer dan air hujan. Misalnya, konsentrasi dan akumulasi perklorat di tanah kering.

b. Produksi alami dalam tanah di bawah kondisi lingkungan tertentu (misalnya, pembentukan alami perklorat dalam tanah dengan adanya sumber klorin, benda logam dan menggunakan energi yang dihasilkan oleh badai petir).

c. Kebocoran dari saluran pembuangan ke bawah permukaan (misalnya, menambahkan klorin yang dapat menghasilkan trihalometana seperti kloroform).

Baca juga artikel terkait PENCEMARAN TANAH atau tulisan lainnya dari Balqis Fallahnda

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Balqis Fallahnda
Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Addi M Idhom