tirto.id - Badai dasyat yang menghantam Filipina setidaknya telah menyebabkan 208 orang tewas dan sedikitnya 239 orang terluka. Sedangkan 52 orang lainnya dilaporkan hilang oleh polisi setempat.
BBC melaporkan, badai bernama Super Typhoon Rai itu berkecepatan angin sekitar 195km/jam atau 120 mph. Sekitar 300 ribu orang berlari menyelamatkan diri ketika badai itu melanda pulau-pulau negara itu.
Sampai saat ini, tim penyelamat masih belum bisa menentukan skala kerugiannya karena terputusnya komunikasi di sejumlah daerah. Bahkan, ada kekhawatiran tanah longsor yang meluas dan banjir turut merenggut banyak nyawa.
Ketua Palang Merah Filipina, Richard Gordon mengatakan kepada BBC setidaknya: "Banyak daerah tidak memiliki listrik, tidak ada komunikasi, sangat sedikit air."
Gordon juga menggambarkan situasi dengan mengatakan: "Ada beberapa daerah yang tampaknya telah dibom lebih buruk daripada Perang Dunia Kedua."
Situasi Filipina Terkini
Gordon melaporkan, ada banyak rumah, rumah sakit dan bangunan masyarakat "telah hancur berkeping-keping." Namun demikian, relawan telah diturunkan untuk memberikan bantuan kepada "orang-orang yang telah kehilangan segalanya."
Selain para relawan, ribuan militer, penjaga pantai dan pemadam kebakaran juga diturunkan di wilayah terdampak, khususnya di tempat yang paling parah untuk membantu upaya pencarian dan penyelamatan.
Di sisi lain, CNN melaporkan, badai itu turut merobohkan rumah, pohon dan tiang listrik. Sedangkan jumlah korban tewas diperkirakan akan meningkat karena masih dalam proses pencarian.
Sekitar 75 persen rumah di provinsi Bohol di wilayah Visayas Tengah rusak. Menurut keterangan asisten sekretaris Kantor Pertahanan Sipil, Casiano Monilla, setidaknya 227 kota dan kotamadya mengalami pemadaman listrik dan 25 penerbangan dibatalkan.
Monilla mengatakan, perkiraan biaya kerusakan akibat bencana ini ditaksir mencapai lebih dari 4,5 juta dolar AS.
Bahkan, melalui laman Facebook, Gubernur Kepulauan Dinagat, Arlene Bag-ao mengatakan, terjangan topan itu nyaris membuat semuanya rata dengan tanah.
"Ladang para petani dan perahu nelayan kami telah hancur," katanya dalam pesan yang dikutip oleh situs berita Rappler.
"[Kami] telah kehilangan rumah kami. Dinding dan atap robek dan tertiup angin... Kami memiliki persediaan makanan dan air yang semakin menipis."
Menurut dia, badai baru-baru ini mengingatkannya pada kejadian tahun 2013 lalu, di mana lebih dari 6.000 orang tewas akibat badai Topan Haiyan. Akan tetapi, badai Super Typhoon Rai adalah yang paling kuat melanda Filipina di tahun 2021.
Editor: Iswara N Raditya