Indeks Tulisan
Candi Sukuh Jelang Majapahit Runtuh, Benarkan Perlambang Erotis?
Keberadaan sosok Bhima dalam relief di Candi Sukuh yang digambarkan dengan simbol maskulinitas dianggap sebagai mediator antara manusia dengan Dewa Śiwa.
Tuah Besi dalam Kebudayaan Nusantara, Logam yang Ditempa Empu
Besi dalam kebudayaan logam di Nusantara berkaitan erat dengan hak istimewa para pengolahnya, yakni pandai besi, yang dianggap sakti dan bertuah.
Riwayat Sukabumi, dari Kabuyutan hingga Merebut Cianjur
Riwayat sebuah kota, dari era prasejarah hingga kolonial. Seperti kota-kota lainnya di Indonesia, Sukabumi lahir dari persalinan politik.
Jejak Bahasa Jawa Kuno dalam Prasasti dan Naskah Urang Sunda
Bahasa Jawa Kuno dalam prasasti & naskah Sunda bukti bahwa agamawan-intelektual baheula memiliki jaringan yang melintasi batas identitas politik dan budaya.
Ketika Raja Bali Ziarah dan Menyaksikan Reruntuhan Majapahit
Bali punya ikatan kuat dengan Majapahit. Dan ini sebuah fragmen tentang seorang raja dari Bali yang ziarah ke reruntuhan bekas ibu kota Majapahit.
Pasemah, Jejak Kebudayaan Megalitik dan Kutukan Si Pahit Lidah
Mitos Si Pahit Lidah menimbulkan dugaan di kalangan peneliti. Mereka menduga nenek moyang Sriwijaya berasal dari daerah Pasemah yang peradabannya lebih tua.
Hamzah Fansuri, Penyair Sufi yang Mengkritik Pelaku Zuhud & Yoga
Bagi Hamzah Fansuri, mendekatkan diri dan menyatu dengan Tuhan bisa dilakukan dalam laku yang universal. Tuhan bisa dikenali dari berbagai kegiatan manusia.
Misteri Prambanan, Kurban Manusia hingga Politik Candi
Dalam pelbagai penelitian, Candi Prambanan sejatinya diliputi misteri yang belum terpecahkan, atau setidaknya masih jadi bahan perdebatan. Berikut kisahnya.
Kisah Orang Betawi Menggandrungi Naskah-Naskah Melayu Klasik
Tempo dulu di kalangan orang Betawi banyak beredar naskah Melayu Klasik, dengan Pecenongan sebagai daerah yang paling banyak memproduksi naskah di Jakarta.
Riwayat Larantuka & Klan Portugis Hitam sebelum Direbut Belanda
Setelah mengungsi dari Goa, India, kekuatan Portugis bergeser ke timur Nusantara. Larantuka jadi medan akulturasi sebelum akhirnya direbut Belanda.
Dokter dan Kriminalitas pada Era Nusantara Kuno
Tindakan kriminal yang dilakukan dokter dalam prasasti era Sriwijaya: membuat orang menjadi sakit, meracuni orang, dan membuat orang menjadi gila (mabuk).
Senarai Kisah Kedatangan Agamawan Asing di Nusantara Kuno
Sejak zaman baheula, wilayah Nusantara sudah kedatangan agamawan asing yang menyebarkan ajaran, bahkan ada yang berguru kepada sejumlah agamawan lokal.
Respons Raja Jawa Menghadapi Kritik Rakyat, Kebaikan dan Angkara
Dari masa yang amat jauh, sejumlah Raja Jawa mampu merespons kritik rakyatnya dengan baik. Namun sebagian justru sebaliknya, dijawab dengan angkara.
Serba-serbi Memilih Ibu kota di Zaman Nusantara Kuno
Ibu kota di Nusantara bukan hanya fungsi pragmatis, tapi juga dogmatik. Maka kota-kota bekas ibu kota kerajaan kerap memiliki komponen-komponen simbolis.
Kisah Pangeran Wangsakerta dan Naskahnya yang Kontroversial
Di luar naskahnya yang kontroversial, Wangsakerta nyatanya tak kebagian wilayah kerajaan, ia hanya mendapat wewenang mengelola naskah-naskah keraton.
Riwayat Timah di Sumatra yang Jadi Bahan Prasasti dan Azimat
Keberlimpahan timah membuat sejarah kebudayaan di Pulau Sumatra memiliki pola yang cenderung unik dibandingkan dengan pulau-pulau lain di Nusantara.
Akhir Riwayat Aru, Negeri Perompak Takluk di Tangan Daulat Aceh
Setelah rajanya tewas dan sang ratu ditawan, maka Kerajaan Aru di timur Selat Malaka jatuh ke tangan Kesultanan Aceh.
Airlangga dan Politik Perwujudan Wisnu di Pulau Jawa
Model pencitraan Airlangga sebagai Wisnu atau pelindung dunia kelak akan berkali-kali dimanfaatkan dalam kepentingan kampanye politik dan militernya.
Titik Nol Peradaban Hindu-Buddha di Pesisir Jawa Tengah
Tinggalan arkeologis periode Hindu-Buddha yang lebih tua dibandingkan dengan temuan-temuan di Kedu atau Prambanan terdapat di Jawa Tengah bagian pesisir.
Prahara Suriadiwangsa, Raja Sumedang Larang Keturunan Madura
Karena hendak menguasai Kerajaan Sumedang seluruhnya, Suriadiwangsa meminta bantuan Banten. Namun, hal ini membuat Sultan Agung berang dan ia dihukum mati.