tirto.id - Pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi menuding masyarakat internasional mengobarkan kebencian antara umat Buddha dan Muslim di barat laut negara itu.
Aung San Suu Kyi menyerukan agar masyarakat internasional memahami kompleksitas etnis bangsanya, dan mengatakan dunia seharusnya tidak melupakan operasi militer tersebut diluncurkan sebagai reaksi atas serangan terhadap pasukan keamanan pemerintah yang dilakukan gerilyawan Muslim.
Seperti diketahui, dua pekan lalu militer Myanmar menyerang suku Rohingya sehingga menewaskan sedikitnya 86 orang dan membuat 10.000 melarikan diri ke Bangladesh.
"Saya akan sangat menghargai jika masyarakat internasional membantu kami menjaga perdamaian dan stabilitas, dan membantu membuat kemajuan dalam membangun hubungan yang lebih baik antara kedua komunitas, bukan malah menggelorakan kebencian," kata Aung San Suu Kyi kepada Channel News Asia, Jumat (2/12/2016).
"Itu tidak membantu jika semua orang hanya berkonsentrasi pada sisi negatif dari situasi, terlepas dari fakta bahwa ada serangan terhadap pos-pos polisi."
Kekerasan di Rakhine utara sejauh ini menjadi tantangan terbesar bagi pemerintah Aung San Suu Kyi selama delapan bulan terakhir, dan telah memicu kecaman internasional karena pemenang Hadiah Nobel Perdamaian dinilai tak banyak melakukan tindakan kepada minoritas Muslim Rohingya.
Pernyataan Aung San Suu Kyi tersebut sebenarnya untuk merespons pernyataan pemerintah Malaysia yang menyebut kekerasan terhadap kelompok minoritas Muslim Rohingya di Myanmar sebagai "pembersihan etnis.”
Tentara Myanmar telah diterjunkan ke negara bagian Rakhine, dekat dengan perbatasan dengan Bangladesh, setelah serangan terhadap pos perbatasan pada 9 Oktober yang menewaskan sembilan polisi. bantuan kemanusiaan telah diceegat ke daerah tersebut sehingga menutup bagi pengamat luar.
Militer Myanmar dan pemerintah telah menolak tuduhan masyarakat dan kelompok-kelompok hak asasi manusia bahwa tentara telah memperkosa wanita Rohingya, membakar rumah-rumah dan membunuh warga sipil selama operasi.
Pernyataan Aung San Suu Kyi tersebut juga merupakan tanggapan atas kedatangan mantan Sekjen PBB Kofi Annan di Myanmar.
Meskipun tinggal di Myanmar selama beberapa generasi, sebagian besar etnis Rohingya di negara itu ditolak menjadi kewarganegaraan dan tidak mendapat layanan kesehatan serta pendidikan.
Badan hak asasi manusia PBB mengatakan pekan ini menyebutkan Myamar telah melakukan jutaan kejahatan kemanusiaan kepada Rohingya.
Sumber: The Guardian, Chanel News Asia
Penulis: Agung DH
Editor: Agung DH