Menuju konten utama

Atap & Dinding RSKI COVID-19 di Pulau Galang Rusak Tertiup Angin

Atap dan dinding RSKI COVID-19 Pulau Galang copot serta beterbangan akibat ditiup angin kencang pada Rabu (16/9/2020) dini hari.

Atap & Dinding RSKI COVID-19 di Pulau Galang Rusak Tertiup Angin
Bangunan RSKI COVID-19 Pulau Galang rusak, diterjang angin kencang. ANTARA/Dok RSKI CPVID-19 Pulau Galang

tirto.id - Atap serta dinding salah satu gedung karantina di Rumah Sakit Khusus Infeksi (RSKI) COVID-19 Pulau Galang copot dan beterbangan akibat ditiup angin kencang pada Rabu (16/9/2020) dini hari.

"Sekitar pukul 01.30 WIB hujan deras disertai angin kencang dan pada pukul 02.30 WIB seng beterbangan semua, di bangunan karantina 240," kata Kepala RSKI COVID-19 Pulau Galang Kolonel Khairul Ihsan melalui sambungan telepon dikutip dari Antara, Rabu (16/9/2020).

Gedung karantina yang diisi 160 orang terkonfirmasi positif COVID-19 itu rusak. Akibatnya seluruh pasien harus dipindahkan ke gedung yang berlokasi di sebelahnya.

Ia menyatakan tidak ada pasien yang mengalami luka akibat insiden itu. Menurut Khairul bangunan karantina pasien tanpa gejala itu berlokasi berhadapan dengan alam terbuka, sehingga angin mudah menerjang.

"Karena berbatasan langsung dengan alam terbuka, sehingga enggak ada penahan angin, mungkin. Kalau yang di ruang 50 aman," katanya.

Pihaknya langsung berupaya memperbaiki bagian yang copot. Namun, kondisi bahan tersebut tidak bisa digunakan kembali karena rusak.

"Hari ini kami laporkan ke bagian pemeliharaan vendornya. Kami masih ada kontrak kerja, karena itu belum sampai enam bulan," katanya.

Sebagai antisipasi ke depan, ia berharap vendor memasang bagian bangunan lebih kuat agar tidak mudah copot dihantam angin.

"Takutnya bangunan itu pakunya kurang, gimana ya, kok bisa terbang," keluh Khairul.

Sementara itu, berdasarkan catatan Gugus Tugas COVID-19, terdapat 228 orang terkonfirmasi positif COVID-19 yang hingga kini masih dirawat di RSKI Pulau Galang.

RS darurat yang terletak di Batam Kepulauan Riau ini awalnya adalah tempat pengungsian rakyat Vietnam dan Kamboja pada masa Orde Baru. Ia mulai dialihfungsikan dan ditambahkan fasilitas-fasilitas penunjang lain pada awal Maret lalu, ketika COVID-19 mulai menghantam Indonesia. Biaya yang dihabiskan untuk membangun RS darurat ini mencapai Rp400 miliar.

Baca juga artikel terkait RS COVID-19 DI PULAU GALANG

tirto.id - Sosial budaya
Sumber: Antara
Penulis: Bayu Septianto
Editor: Bayu Septianto