tirto.id - Sekretaris Asosiasi Pengusaha Industri Kreatif Sulawesi Utara, Asep Rahman, mengungkapkan, rencana penutupan media sosial Facebook akan mengancam para pebisnis.
"Saat ini banyak pelaku usaha di Sulut yang mempromosikan hasil usahanya melalui media sosial Facebook," ujar Asep, di Manado, Jumat (20/4/2018) dilansir Antara.
Asep menilai rencana penutupan Facebook akan menjadi pukulan bagi pelaku usaha.
"Facebook itu sudah melekat dengan pelaku usaha, seharusnya diambil jalan tengah agar tidak merugikan orang yang sedang membangun usaha," tambahnya.
Asep juga menjelaskan, sejauh ini Facebook telah mendukung pelaku usaha menjual secara online untuk memperlebar pasar penjualan. Terlebih untuk pelaku usaha mikro kecil menengah, yang memasarkan produk mereka secara online hanya dengan mengandalkan media sosial tersebut.
Menurut Asep, hal tersebut juga sekaligus merupakan bentuk dukungan pemerintah terhadap pelaku usaha. Sehingga, tambahnya, penutupan Facebook sudah semestinya dipertimbangkan kembali.
Asep juga menjabarkan, jika harus membuat website, pelaku usaha harus mengeluarkan biaya yang cukup besar. Belum lagi untuk membayar sistem IT dan sebagainya.
"Jadi, perlu ada pemikiran yang matang untuk menutup FB di Indonesia," tegasnya.
Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) telah berkomitmen menghentikan operasi Facebook di Indonesia apabila tidak ada langkah tegas dari mereka menyusul kebocoran data sekitar 1 juta pengguna.
Sementara itu, Ketua DPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) juga menganggap penutupan Facebook tidak bijaksana untuk dilakukan. Wacana pemblokiran Facebook mencuat pasca skandal Cambridge Analytica yang menyebabkan bocornya data pengguna media sosial itu.
Menurut Bamsoet, Facebook tetap harus bertanggungjawab atas kebocoran data pemakainya. Namun, penutupan media sosial itu tak bisa dilakukan karena banyak manfaat yang dibawa Facebook untuk masyarakat.
"Menutup FB itu tidak bijaksana karena FB bagi warga manfaat banyak. Terutama bagi pengusaha kecil menengah, itu sangat bermanfaat dan membantu," kata Bamsoet di Hotel Bidakara, Jakarta, Rabu (18/4/2018).
Menurut Kepala Kebijakan Publik Facebook Indonesia Ruben Hattari, kebocoran data terjadi karena sebuah aplikasi dari pihak ketiga bernama “thisisyourdigitallife” yang dikembangkan Aleksander Kogan. Aplikasi itu menggunakan fitur Facebook Login yang memungkinkan pengembang meminta persetujuan dari pengguna untuk bisa mengakses kategori data tertentu.
Dari sana Kogan mendapatkan data para pengguna Facebook dan kemudian memberikannya ke Cambridge Analytica. Facebook telah menangguhkan akses aplikasi “thisisyourdigitallife” sejak Desember 2015.
Terkait data orang Indonesia, Ruben menyebutkan setidaknya ada 748 orang di Indonesia yang sempat memasang aplikasi tersebut dalam kurun waktu November 2013 sampai dengan 17 Desember 2015. Adapun angka tersebut setara dengan 0,25 persen dari total pemasangan aplikasi di seluruh dunia.
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Yulaika Ramadhani