Menuju konten utama

Asosiasi Ban Khawatir Produksi Karet Turun Karena Petani Tak Untung

Jumlah petani karet disebut mulai berkurang karena hasil panennya dihargai murah akibat oversupply.

Asosiasi Ban Khawatir Produksi Karet Turun Karena Petani Tak Untung
Pekerja mengumpulkan getah karet di perkebunan PTP Nusantara IX Sukamangli, Desa Selosabrang, Bejen, Temanggung, Jawa Tengah, Jumat (1/11/2019). ANTARA FOTO/Anis Efizudin/ama.

tirto.id -

Ketua Asosiasi Perusahaan Ban Indonesia (APBI) Aziz Pane mengkhawatirkan produktivitas karet di dalam negeri mulai turun.

Hal tersebut terjadi karena jumlah petani yang mulai berkurang karena hasil panennya dihargai murah akibat oversupply.

"Kami khawatir banyak petani yang tidak lagi bertani karet, karena harga karetnya dibeli murah. Padahal kualitas karet Indonesia bagus. Saat ini harus ada cara dari pemerintah untuk mengoptimalkan penggunaan karet di dalam negeri," jelas dia di Menara Kadin, Rasuna Said, Jakarta Selatan, Selasa (20/1/2020).

Indonesia merupakan salah satu negara penghasil karet terbesar di dunia dengan total produksi pada tahun 2019 mencapai 3,55 juta ton/tahun, dan luas seluruh area perkebunan karet di Indonesia mencapai 3,4 juta hektar.

Produksi karet nasional [lateks] dalam kurun waktu 5 tahun terakhir cukup besar yakni di atas 3,3 juta ton, sedangkan untuk harga karet dalam 5 tahun terakhir terus mengalami tekanan pada level yang dinilai tidak remunerative bagi produsen. Selain itu, daya serap karet (lateks) untuk industri ban hanya menyerap 70 persen dari kosumsi karet alam nasional.

"Kalau petani tidak mendapatkan kuntungan karena harga karet turun. Bisa saja petani karet beralih untuk bertani tanaman lainnya. Ujung-ujungnya impor ini yang kita takutkan," jelasnya.

Peneliti Senior Pusat, Penelitian Bioteknologi dan Bioindustri Indonesia Didiek Hadjar Goenadi mengatakan, serapan dari industri ban nasional masih dalam kisaran 15 persen dari jumlah kebutuhan produksi.

Hal ini membuat karet indonesia mengalami oversupply dan produktivitas petani karet mengalami tren penurunan sejak 2017.

Indonesia kalah dibandingkan Vietnam yang saat ini ada di peringkat ke tiga dari total produksi karet dunia.

"Dulu Vietnam produksinya di bawah Indonesia, sekarang melesat di posisi tiga dari produksi dunia. Karena dia bisa menyerap hasil produksi karet secara optimal," kata Didiek.

Lantaran itu lah, ia mendorong pemerintah memberikan stimulis bagi industri karet nasional agar penyerapan karet dalam negeri bisa lebih besar dan cepat.
"Insentif yang diperlukan yaitu insentif fiskal, subsidi, dan daban pengelola dana perkebunan karet alam," tandas dia.

Baca juga artikel terkait KARET atau tulisan lainnya dari Selfie Miftahul Jannah

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Selfie Miftahul Jannah
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Hendra Friana