tirto.id -
Para petani sawit di tiga provinsi di Sumatera, yakni Sumatera Utara, Riau dan Jambi akan mendapat pelatihan supaya bisa meraih sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) atau kelapa sawit berkelanjutan. Hal ini sebagai komitmen PT Asian Agri Group pada petani sawit di daerah tersebut.
“Tidak hanya petani sawit plasma, tetapi juga petani swadaya kami dorong untuk bisa raih ISPO dalam beberapa tahun ke depan,” kata Direktur Asian Agri Group, Freddy Widjaya di Pekanbaru, Kamis (31/3/2016).
Menurut Freddy, selama ini pihaknya telah memberi pelatihan bermanfaat seperti meraih sertifikasi tersebut pada petani sawit swadaya di Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau dengan memetakan bagaimana cara terbaik dalam menanam, perawatan dan meningkatkan kapasitas tandan buah segar.
Pekan ini, lanjut dia, 30 orang petani swadaya di Desa Trimuljaya Jaya, Kecamatan Ukui, Pelalawan mengikuti pelatihan seputar standar ISPO selama tiga bulan dimulai tanggal 29 Maret 2016 dengan dukungan Kementerian Pertanian dan the United Nations Development Program (UNDP).
Setelah pelatihan selesai, maka akan dievaluasi secara independen dalam hal kepatuhan dan penerapan prinsip serta kriteria ISPO. Bila koperasi petani swadaya berhasil dalam proses audit, maka akan menerima sertifikasi ISPO.
“Kami berharap proses ini dapat mengidentifikasi dan merevisi faktor-faktor jadi penghambat peraturan, sehingga pihak lain di sektor swasta akan mengikuti langkah kami dan bermitra dengan pemerintah,” kata dia.
Koperasi Unit Desa (KUD) Amanah beranggotakan 500 petani kelapa sawit di Desa Trimulya Jaya dipilih menjadi proyek percontohan oleh Kementerian Pertanian dan UNDP bekerja sama dengan perusahaan perkebunan kelapa sawit.
Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Swadaya Amanah, Narno mengatakan, para petani di desa tersebut sangat bersemangat dalam mengikuti tahapan pelatihan, agar bisa mengantongi sertifikat ISPO.
Pelatihan tersebut, lanjut dia, dengan tujuan agar bisa meningkatkan daya saing di era masyarakat ekonomi ASEAN karena perkebunan kelapa sawit yang dihasilkan sudah sesuai standar di pasar internasional.
“Bila lolos sertifikasi ISPO, maka kami siap menjadi tempat pelatihan bagi petani-petani lainnya yang ingin mendapatkan sertifikat tersebut,” ujarnya.
Sebelumnya, Direktur Tanaman Tahunan dan Penyegar Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian Dwi Praptomo Sudjatmiko mengaku, pihaknya bangga karena dapat bekerja sama antara UNDP dan Asian Agri dalam memperluas standarisasi ISPO bagi petani-petani sawit di Indonesia.
“Kita ketahui para petani sawit ini, paling rentan terhadap tuntutan pasar global akan minyak kelapa sawit berkelanjutan dan paling butuhkan dukungan saat ini,” ujarnya.
Hingga kini, lanjut Dwi, para petani sawit swadaya bertanggung jawab atas lebih dari 40 persen perkebunan sawit tersebar di seluruh Nusantara dengan rata-rata mengelola dua hektare lahan dan berkontribusi terhadap sepertiga dari total pasokan minyak sawit nasional. (ANT)