Menuju konten utama

Arti Tren YONO yang Viral di Kalangan Gen Z, Pengganti YOLO?

Berikut ini arti tren YONO yang viral di media sosial. YONO bisa mengganti prinsip YOLO yang berpotensi membahayakan perekenomian individu.

Arti Tren YONO yang Viral di Kalangan Gen Z, Pengganti YOLO?
Ilustrasi gen z. (FOTO/iStockphoto)

tirto.id - Pengguna media sosial saat ini kerap mendengungkan istilah "YONO", yang merupakan akronim dari You Only Need One.

Konsep ini menekankan bahwa seseorang hanya membutuhkan satu hal yang benar-benar penting untuk mencapai kebahagiaan.

Filosofi ini berakar pada prinsip minimalisme dan mindfulness, yang mengajarkan untuk hidup dengan lebih bijak, memilih hal yang benar-benar butuh, dan meninggalkan kebiasaan konsumtif.

Konsep ini mengajak orang untuk berpikir kritis perihal menentukan apa yang penting dan bermakna.

Prinsip ini muncul sebagai lawan dari YOLO (You Only Live Once) yang para penganutnya tidak memiliki tujuan hidup jangka panjang selain mencari senang.

YOLO menjadi pembenaran untuk konsumtif. Hal itu tentu berpotensi membawa dampak negatif di masyarakat.

Bagaimana Tren YONO Bisa Muncul dan Mengapa Gantikan YOLO?

Tren YONO berkembang di masyarakat karena krisis global. Masyarakat menyadari gaya hidup konsumtif tidak lagi relevan dengan kehidupan saat ini.

Kondisi ekonomi yang semakin sulit karena berbagai konflik dan inflasi yang tinggi memaksa masyarakat untuk lebih banyak menyimpan uang dan fokus terhadap kebutuhan esensial.

Konsep YONO ini semakin digemari oleh Generasi Z karena berorientasi masa depan, sesuai dengan nilai-nilai yang mereka anut, sebagai contoh Generasi Z sangat peduli pada isu-isu lingkungan dan keberlanjutan.

Berbeda dengan YOLO yang sering kali mengarah pada keputusan impulsif, YONO mengedepankan pemikiran matang dan keputusan yang penuh pertimbangan. YONO bukan tentang hidup tanpa batas, melainkan tentang hidup dengan batasan yang bermakna.

Kelebihan Prinsip "YONO"

Gaya hidup YONO sangat mirip dengan gaya hidup minimalis, kedua konsep itu memiliki kesamaan yakni, menawarkan berbagai keuntungan baik dari segi finansial maupun kesejahteraan mental.

Dengan mengelola konsumsi secara lebih efektif, individu dapat mengurangi pengeluaran yang tidak perlu dan meningkatkan tabungan mereka.

Selain itu, YONO juga berkontribusi pada peningkatan kesehatan mental, para penganut gaya hidup YONO lebih berfokus terhadap makna hidup dan tujuan jangka panjang.

Dari sudut pandang lingkungan, mengadopsi gaya hidup YONO membantu mengurangi dampak negatif dari konsumsi berlebihan, yang sering kali berakibat pada kerusakan lingkungan.

Hal itu tidak lepas karena para penganut YONO menghindari gaya hidup konsumtif dan penggunaan barang sekali pakai.

Mengadopsi gaya hidup YONO dalam kehidupan sehari-hari dapat dimulai dengan menerapkan hal-hal sederhana.

Contoh, memprioritaskan pengalaman seperti menjalankan hobi atau mengikuti kegiatan amal, daripada melakukan aktivitas yang bertujuan mendapatkan kesenangan sesaat seperti berperilaku konsumtif.

YONO juga mengedepankan konsumsi yang bijak. Filosofi YONO berfokus pada kebutuhan esensial dan menekan pembelian barang-barang yang tidak perlu.

Misalnya, daripada membeli pakaian murah yang mudah rusak, pengikut YONO akan memilih pakaian berkualitas tinggi yang tahan lama.

Lebih dari itu, YONO juga menekankan pentingnya keberlanjutan lingkungan. Membeli barang ramah lingkungan, mendaur ulang, atau memilih barang bekas adalah langkah nyata dalam mendukung filosofi ini.

YONO itu seperti jalan pintas menuju hidup yang lebih tenang dan hemat. Dengan YONO, seseorang bisa menghemat uang, mengurangi beban pikiran, dan bahkan bantu lingkungan.

Kunci prinsip YONO adalah fokus pada kebutuhan dasar, pilih barang yang berkualitas, dan jangan lupa untuk selalu berpikir tentang dampak setiap keputusan kita terhadap bumi.

Baca juga artikel terkait GEN Z atau tulisan lainnya dari Astam Mulyana

tirto.id - Aktual dan Tren
Kontributor: Astam Mulyana
Penulis: Astam Mulyana
Editor: Dipna Videlia Putsanra