tirto.id - Inner child kerap diperbincangkan oleh banyak orang di media sosial. Masyarakat pun meyakini bahwa perilaku seseorang sangat dipengaruhi oleh inner child yang ada dalam dirinya. Lalu, apa itu inner child?
Konsep inner child diperkenalkan pertama kali oleh psikolog Carl Jung. Inner child sendiri bisa diartikan sebagai bagian dalam diri seseorang yang tidak ikut tumbuh dewasa. Jadi, dalam tubuh orang dewasa sebenarnya ada sosok anak kecil dengan sifat kekanakannya.
Dilansir dari laman Fakultas Psikologi UMP, Dzikria Afifah Primala Wijaya, S.Psi., M.A menjelaskan bahwa inner child merupakan sekumpulan pengalaman di masa kecil yang bisa mempengaruhi perilaku kita saat sudah dewasa. Disadari atau tidak, apa yang terjadi di masa kecil akan selalu tertanam dalam memori dan hal inilah yang akan mempengaruhi kepribadian serta perilaku seseorang.
Jadi, pada dasarnya setiap orang pasti memiliki inner child dan sifat kekanakannya bisa muncul dalam situasi tertentu. Di sisi lain, inner child juga bisa jadi booster atau penyemangat hidup.
Psikolog Dr. Diana Raab mengungkapkan bahwa terhubung dengan inner child dan merasakan kembali kebahagiaan di masa kecil bisa membantu kita menghadapi berbagai kesulitan.
Sayangnya, pengalaman masa kecil setiap orang berbeda-beda. Sebagian memiliki masa kecil yang bahagia dan penuh tawa, tapi ada pula yang sebaliknya.
Saat seseorang memiliki masa kecil yang suram, maka inner child-nya akan terluka. Luka inner child inilah yang bisa menjadi masalah di kemudian hari apabila tidak segera diatasi.
Penyebab dan Ciri-Ciri Inner Child Terluka
Inner child dapat terluka ketika seseorang merasakan pengalaman buruk yang tak terselesaikan di masa kecilnya. Contohnya antara lain mendapat kekerasan fisik atau verbal dari orang tua, kehilangan orang yang sangat dicintai, atau menjadi korban bullying di sekolah.
Jika seseorang pernah mengalami hal-hal buruk dan saat itu ia melaluinya seorang diri atau tidak terselesaikan dengan baik, maka inner child-nya akan terluka. Inner child yang terluka bisa menghambat perkembangan psikologis dan berdampak negatif pada kehidupan seseorang saat sudah dewasa.
Apa Saja Tanda Inner Child yang Terluka
Menurut laman Kementerian Kesehatan dan BEMU UMM, berikut tanda-tanda inner child yang terluka:
- Merasa kurang percaya diri dan insecure
- Takut ditinggalkan atau merasa tidak layak dicintai.
- Merasa bersalah secara berlebihan tanpa alasan yang jelas.
- Memiliki trust issue atau sulit percaya kepada orang lain.
- Takut menetapkan batasan privasi, misalnya sulit berkata 'tidak' pada orang lain.
- Mudah marah secara berlebihan karena inner child yang memendam amarah.
- Selalu mendahulukan kebahagiaan orang lain dan tidak pernah menganggap penting dirinya sendiri.
- Sering merasa cemas atau takut saat berhadapan dengan situasi baru.
- Takut menyampaikan pendapat karena merasa dirinya tidak penting, tidak berharga, atau takut dihakimi.
Cara Menyembuhkan Luka Inner Child
Mengatasi dan menyembuhkan luka inner child memang tidak mudah, tapi sangat perlu dilakukan demi kehidupan yang lebih baik. Menurut laman Healthline, berikut beberapa tips untuk menyembuhkan inner child yang terluka:
1. Mengakui adanya inner child
Terapis Kim Egel dari California menjelaskan bahwa hal pertama yang harus dilakukan dalam proses penyembuhan adalah mengakui keberadaan inner child.
Caranya bisa dengan mengingat seluruh pengalaman di masa kecil, baik senang maupun susah. Dari sinilah kita bisa mengenali diri kita sendiri sekaligus menerima dan memahami dampaknya.
2. Dengarkan inner child dan validasi perasaan sendiri
Saat mengingat kejadian di masa kecil, kita mungkin akan merasakan berbagai emosi yang dulu pernah dirasakan. Mulai dari rasa marah, malu, menyesal, bersalah, cemas, atau emosi negatif lainnya.
Tanpa kita sadari, kita versi dewasa mungkin pernah mengalami kejadian serupa dengan respons emosi yang sama. Saat inilah kita perlu memvalidasi perasaan kita sendiri.
Jangan pernah mengabaikan emosi yang muncul atau berusaha menekannya. Menerima dan membiarkan diri kita merasakan emosi tersebut dapat membantu kita mengidentifikasi masalah yang sedang dihadapi.
3. Tulis surat
Psikolog Dr. Diana Raab menyarankan untuk menulis surat yang ditujukan pada inner child sebagai bagian dari proses penyembuhan.
Kita bisa menuliskan kembali pengalaman buruk di masa lalu dari sudut pandang orang dewasa. Kemudian menjelaskan masalah tersebut karena diri kita di masa lalu belum paham sepenuhnya.
Misalnya saat kecil sering dimarahi oleh orang tua. Saat kita dewasa, kita mungkin baru paham alasan di balik itu semua. Alasan inilah yang kita tulis dalam surat disertai dengan pesan yang menenangkan untuk inner child kita.
4. Lakukan meditasi
Meditasi dapat membantu menenangkan pikiran dan mengatasi emosi-emosi negatif. Meditasi juga membantu kita agar bisa lebih menerima emosi yang muncul, mengekspresikannya, lalu menyalurkannya ke hal-hal yang positif.
Kim Egel menyarankan untuk melakukan meditasi visual, caranya dengan membayangkan keberadaan inner child dan 'bertemu' dengannya. Lewat meditasi inilah kita bisa mengirim pesan-pesan positif dan penuh kasih sayang pada inner child agar tak lagi terluka.
5. Tulis jurnal
Menulis memang bisa jadi terapi tersendiri, termasuk menulis jurnal. Tuliskan semua memori atau perasaan yang ada. Kita tidak perlu menyembunyikan sesuatu dan tulis semua apa adanya.
Banyak hal yang bisa ditulis di dalam jurnal. Misalnya pengalaman paling berkesan di masa kecil, siapa teman terbaik saat itu, cita-cita masa kecil, ketakutan terbesar, apa yang disukai dari diri sendiri, apa yang dirasakan saat mengalami situasi tertentu, dan masih banyak lagi.
6. Bawa kesenangan masa kecil ke kehidupan sekarang
Setiap orang pasti pernah memiliki minimal satu pengalaman yang menyenangkan. Pengalaman positif inilah yang sebaiknya 'ditarik' ke masa sekarang.
Sebagai contoh, saat kecil pernah merasa senang ketika diajak jalan-jalan sambil makan es krim. Kita bisa mengulanginya lagi dengan mengajak teman, pasangan atau anak-anak kita. Hal ini merupakan bentuk relaksasi yang penting bagi kesehatan mental kita sendiri.
7. Minta bantuan profesional
Menyembuhkan luka inner child bukanlah perkara mudah, bahkan bisa berlangsung seumur hidup. Saat kita merasa tidak sanggup mengatasi luka atau trauma di masa kecil, meminta bantuan profesional seperti psikolog atau terapis adalah langkah yang tepat.
Penulis: Erika Erilia
Editor: Nur Hidayah Perwitasari