Menuju konten utama

Arti FOMO dan WTS di War Tiket Coldplay yang Viral di Medsos

Arti FOMO di war tiket Coldplay adalah fear of missing out atau takut ketinggalan, sedangkan WTS artinya want to sale atau untuk dijual.

Arti FOMO dan WTS di War Tiket Coldplay yang Viral di Medsos
Ilustrasi Media Sosial. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Istilah FOMO dan WTS kembali viral di sejumlah platform media sosial (medsos). Kedua istilah ini mendadak trending bersamaan dengan berlangsungnya war tiket presale konser Coldplay.

Arti FOMO di konser Coldplay merupakan singkatan dari fear of missing out atau dalam bahasa Indonesia takut ketinggalan. Sedangkan WTS adalah singkatan dari Want to Sale yang artinya ingin dijual.

Penyebab istilah FOMO dan WTS viral lagi karena penjualan tiket presale yang berlangsung pada hari ini, Rabu (17/5/2023) pukul 10.00 WIB berlangsung sengit.

Tingginya peminat tiket konser Coldplay membuat sejumlah tiket ludes terjual dalam hitungan detikk. Beberapa tiket konser Coldplay yang dikonfirmasi sudah habis, yaitu CAT 6, CAT 5, Cat 1, dan Ultimate Experience.

Akibatnya, banyak penggemar Coldplay yang tidak terima kehabisan tiket dan menuding tiket ludes terjual karena orang-orang yang FOMO dan WTS.

Hal ini menyebabkan banyak warganet yang menyampaikan keluhannya dengan mencuitkan kata FOMO dan WTS di Twitter. Hingga Rabu, 17 Mei 2023 pukul 14.00 WIB, kedua kalimat ini menempati trending topic dengan lebih dari 122 ribu cuitan.

Lantas apa makna dari kedua istilah tersebut?

Arti FOMO dalam War Tiket Konser Coldplay

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, FOMO dalam war adalah istilah slang dalam bahasa Inggris yang artinya takut ketinggalan.

Dikutip dari MMGuardian, FOMO merujuk pada fenomena muda mudi yang khawatir tidak bisa berpartisipasi dalam suatu tren tertentu.

Meskipun sering terjadi pada remaja atau muda-mudi, nyatanya FOMO bisa terjadi pada setiap kalangan. FOMO biasanya berkaitan dengan harga diri seseorang dan secara tidak langsung berkaitan dengan kondisi mental.

Istilah FOMO diketahui sudah ada sejak tahun 1990-an. Ini dibuktikan dari sebuah literatur yang ditulis oleh seorang ahli strategi pemasaran bernama Dr. Dan Herman pada 1996.

Melalui makalahnya itu ia menuliskan soal "Fear of Missing Out." Selanjutnya, memasuki tahun 2000-an, para psikolog mulai menggunakan istilah FOMO untuk menggambarkan fenomena terkait penggunaan media sosial.

Pada kasus war tiket Coldplay, orang-orang yang disebut FOMO adalah mereka yang dinilai ikut-ikutan dalam agenda konser Coldplay di Jakarta 15 November mendatang.

Menurut sebagian warganet, orang-orang yang menyerbu tiket Coldplay sebenarnya bukanlah ingin menonton konser atau penggemar band asal Inggris tersebut.

Mereka dituduh hanya ingin membeli tiketnya karena agar tidak mau ketinggalan dengan tren terkini.

Perlu diketahui bahwa penjualan tiket Coldplay bersifat umum. Ini artinya tiket bisa dibeli secara luas oleh berbagai kalangan terlepas mereka penggemar atau tidak.

Arti WTS dalam War Tiket Konser Coldplay

Arti WTS dalam war tiket konser Coldplay hari ini adalah want to sale atau ingin dijual.

Dikutip dari How To Geek, istilah ini juga merupakan kata slang internet yang merujuk pada penjualan barang kepada calon pembeli melalui pasar online maupun media sosial.

Artinya kurang lebih mirip seperti for sale atau untuk dijual yang menunjukkan bahwa produk yang ditawarkan siap diklaim dengan harga.

Namun, pada kasus WTS tiket konser Coldplay yang terjadi hari ini merujuk pada orang-orang yang sengaja membeli tiketnya untuk dijual kembali.

Alih-alih disebut pengecer atau reseler, WTS tiket konser Coldplay dituduh sebagai calo. Hal ini karena sebagian di antara orang-orang yang menawarkan WTS membeli tiket dalam jumlah besar dan dijual lagi dengan harga berkali-kali lipat lebih tinggi.

Lagi-lagi istilah ini trending di Twitter karena banyak orang yang menyampaikan keluh kesahnya melalui cuitan. Beberapa warganet memengecam orang-orang yang menawarkan WTS menyebabkan tiket konser cepat habis.

Baca juga artikel terkait WORK AND MONEY atau tulisan lainnya dari Yonada Nancy

tirto.id - Gaya hidup
Penulis: Yonada Nancy
Editor: Yantina Debora